~CAST~
SMALLKEY MEMBER AS YEOJA CAST
Kim EunHee ( f(x) Victoria)
Wu Yoora (f(x) Krystal),
Oh InKyung (BPPOP Kang Inkyung),
Kim minhyo (HV Yoonjo),
Park Sungchan (Ulzzang Ryu Hyeju),
Xi Yi Jie / Micha (IU),
Lee Miyoung (SNSD Yoona),
Lee Songhee (f(x) Sulli),
Kim EunKyo (AOA Hyejeong)
EXO MEMBER AS NAMJA CAST
Kim Minseok (Xiumin)
Kris Wu
Xi Luhan
Do Kyungsoo (DO)
Byun Baekhyun
Kim Jongdae (Chen)
Zhang Yixing (Lay)
Park Chanyeol
Kim JoonMyeon (Suho)
Huang Zi Tao (Tao)
Kim Jongin (Kai)
Oh Sehun
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok.
19.42 (07.42 PM)
Clekk.. Pintu kamar Eunhee terbuka,
Bibi Shin berdiri didepan sana, Ia berjalan menuju tempat tidur Eunhee. Eunhee
duduk diatas tempat tidurnya, ia meringkuk seperti orang ketakutan.
"Euhhhh..~~" Eunhee bersembunyi di balik selimutnya untuk menghindari
Bibi Shin. Kulihat secerca senyum di wajah Bibi Shin "Teruslah seperti
ini.. setidaknya sampai aku menemukan surat-surat peninggalan ayah mu"
Ujar nya.
"Hehhh.. Eungg.." Eunhee
menggeleng-geleng ketakutan. Bibi Shin meninggalkan Eunhee penuh keangkuhan,
dasar wanita Iblis. BRAK.. Ia keluar dari dalam kamar Eunhee.
Ku hela lega nafas ku. Tubuh ku
muncul dari kolong tempat tidur Eunhee "Acting mu bagus sekali.."
Puji ku pada Eunhee. Eunhee tersenyum. Benar, Eunhee hanya beracting.
Pelan-pelan ia memang sudah sembuh dari depresinya, setelah bertemu dengan
orang-orang yang dirindukannya, keadaanya terus membaik. Ia tetap beracting
didepan bibi Shin, kalau sampai wanita itu mengetahui Eunhee sudah sembuh, ia
pasti akan menyakiti Jongin lagi, seperti saat Eunhee menolak untuk meminum
obat pelemah syaraf yang sebenarnya selama ini ia selalu berikan untuk Eunhee.
Aku membawa sample obat tersebut
kepada Miyoung dan Kris, mereka lah yang memberitahu ku tentang obat itu
setelah mengeceknya. Alasan itu juga yang membuat Eunhee menolak meminumnya, ia
merasa tubuhnya menjadi lemah setiap kali meminum obat tersebut.
"Kau sudah menemukan dokumen
itu?" Tanya ku padanya.
'Belum' Jawab Eunhee melalui
tulisannya. Eunhee mengingat sesuatu, ia kembali menuliskannya 'Ah, Bagaimana
cara mu bisa berada didalam ruangan brankas? Bagaimana kau masuk tanpa kunci
kesana? kenapa tadi kau tiba-tiba muncul menolong ku?'
"Aku.." Kupercayakan
jawaban ini pada kerja pikiran dan bibi ku, aku bahkan tidak pernah mengetahui
alasan ku bisa melakukan semua ini "Aku adalah superhero dengan kekuatan
super" begitulah jawab ku. Eunhee terkekeh mendengarnya, ia pasti berfikir
aku sedang bercanda.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Chanyeol-a, sudah hampir jam
8, kau tidak siap-siap?" Seru Chen. Ia membawa kardus-kardus berisi
barang-barang Lay, mereka masih membereskan rumah itu.
"Wwwwuuuuuzzzzzzz"
Shhuunggg.. Baekhyun meluncur melewati Chen sambil menunduk untuk mengepel
lantai, ia sengaja mengenai kaki Chen "Duuuaak" Baekhyun mengelurkan
suara pesawat menabrak tebing. Ia meluncur ke tempat lain setelah itu. Chen
mencoba menahan amarah nya. Ia sedang konsentrasi bicara dengan Chanyeol.
"Aku sudah tidak bersemangat"
Jawab Chanyeol.
"Wae?" Tanya Chen serius.
"Wwwuuuuuzzzzzz" Baekhyun
muncul untuk kedua kalianya, dengan pose(?) dan tingkah yang sama, ditambah
lagi kain yang ia gunakan untuk mengepel lantai menggunakan tangan itu sekarang
jauh lebih basah dari sebelumnya, ia kembali meluncur dan dengan sengaja
mengenai kaki Chen "Duaaaakk" Seru nya membuat suara dengan mulut
lagi.
Bukan hanya Chen yang habis
kesabaran, Chanyeol pun ternyata terganggu oleh kejahilan Baekhyun, keduanya
menyentak "YA!!!!"
Baekhyun memerhatikan Chen dan
Chanyeol, ia memasang wajah sedih ala anak kecil digangu oleh orang dewasa
"Eomaaaaaa huaaa T.T" Ia pun berlari ke dapur.
"Anak itu tidak bisa membaca
situasi.. Psh" Eluh Chen "Chanyeol-a, lanjutkan ucapan mu tadi"
"Hem.." Chanyeol
mengelurkan handphone nya, ia meminta Chen membaca pesan dari Songhee. "Ia
baru menjawab belum lama ini"
"Songhee bilang ia masih
dirumah? Itu artinya ia berbohong.. padahal Suho hyung tadi jelas-jelas bilang
akan pergi bersamanya.. Eumm mencurigakan sekali" Ujar Chen.
***
Baekhyun bersembunyi didapur, ia
mendengarkan pembicaraan Chen dan Chanyeol. Tangan Baekhyun sibuk mengetik
pesan untuk Kyungsoo. Kyungsoo sedang curhat (?) sesuatu padanya, tapi
telinganya setia menguping.
"Kapan masalah akan berhenti datang"
"Mereka membicarakan
apa?"
Buluh kuduk Baekhyun merinding,
setahunya tadi tidak ada siapapun di dekat dirinya, tapi sekarang ia mendengar
suara wanita, lehernya menengok kaku "Whuaa!"
“Whuaa!" Micha yang ternyata
disamping Baekhyun justru balik berteriak.
"Ah.. Kamchagiya.. !"
Seru Baekhyun kaget "Sejak kapan kau disamping ku?"
"Sejak tadi, aku ingin minta
pertanggung jawaban mu bebek jelek, kau membuat semua lantai menjadi basah, kau
mengepel atau menyiram lantai?" Ucapnya sebal "Kau niat membantu atau
tidak sebenarnya?" Micha menunjuk-nunjuk kening Baekhyun dengan jarinya.
Micha berdiri menyentak, ia mengambil lap pel kering, kemudian mulai
membersihkan lantai ulang. Baekhyun hanya bisa memperhatikan "Ia berubah
sekali, atau pikiran ku yang sedang bermasalah?"
Micha beberapa kali bolak-balik
sekitar Baekhyun untuk memeras lap pel (Ember berisi air pel diletakkan
didapur). Keempat kalinya Micha kembali ke arah dapur, Baekhyun sengaja
menghalanginya. "Tidak boleh lewat" Ia merentangkan tanganya.
"Ya sudah, aku juga sudah
selesai, jangan lupa buang air kotor nya" Jawab Micha santai.Baekhyun
mendekatkan wajahnya "Kau pasti sudah tidak normal, seharusnya semua yeoja
akan menjauh setiap ada namja yang mendekatkan wajahnya seperti ini"
"=_= Masalahnya kau sudah sering
seperti itu, kau juga tidak akan berani melakukan apa-apa, aku sudah kebal
dengan tingkah mu" Celetuk Micha. Baekhyun memposisikan diri normal
kembali "Hufh~" Desahnya sebal, ia menaikkan bagian lengan bajunya,
menunjukkan terdapat memar disana "Kemarin Inkyung menyengkat kaki ku, aku
terjatuh lalu menabrak buffet" Adunya. Apa yang dicari Baekhyun akhirnya
ditemukannya. Micha menyentuh lengan Baekhyun
tanpa menjawab, ia menatap Baekhyun dengan cara aneh, ia seperti menemukan
sesuatu yang salah. Micha hendak berlari.
"Ya
kau mau kemana?" Tahan Baekhyun "Ada yang lebih penting"
"Kau
pikir ini lucu? Memar mu sampai seperti itu" Bentak Micha, ia membentak
Baekhyun karena ia terlalu cemas melihat memar yang cukup besar di lengan
Baekhyun.
"Tapi
aku ingin kau bertanya apa hubungan ku dengan Inkyung dibanding pusing dengan
memar ku, aku sudah terlalu terbiasa dengan memar semacam ini" Balas
Baekhyun. "Aku sedang mau menjelaskan, kalau kau tidak mau tanya
ya sudah, tapi lain waktu aku tidak mood lagi" ancam Baekhyun sambil
menggembungkan pipi.
"=_= bagaimana kalau aku
sedang tidak mood bertanya?"
"Kalian berdua sedang apa
o_O?" Lay tidak bisa lewat karena Baekhyun dan Micha adu argumen di depan
dapur "Bukan maksud ku menganggu, tapi yang lain sudah lapar nampaknya,
aku ingin masak ramyun"
"Biar kubantu Lay" Micha
mendorong Baekhyun "kau tidak mau diobati kan? Jadi minggir"
***
20.20 (08.20 PM)
"Chanyeol-a kenapa kau diam
saja sejak tadi? Kau sakit?" Tanya Songhee, ia dan Chanyeol tengah
menjalankan kencan mereka, tapi Chanyeol sepertinya sedang tidak enak hati. "Aku
tidak apa-apa" Jawab Chanyeol, ia menunjukkan 2 second smile. Songhee
menyerahkan kotak kado berwarna putih pada Chanyeol, dibungkus rapih dengan
pita merah muda. "Mianhae aku agak telat datang, tadi aku menyempatkan
diri untuk membeli ini dulu." Ujar Songhee. "Ah, tadi aku pergi
dengan Suho Oppa, siapa tau ia akan membantu ku mencari kado untuk mu, tapi..
ia sama sekali tidak membantu haah~" Gerutu Songhee. Pelupuk mata Chanyeol
melebar "Jadi kau tadi pergi dengan Suho Hyung untuk menyiapkan hadian
untukku??" Tanya Chanyeol sumringah.
"Ne..ya chamkaman..
Jangan-jangan kau marah dari tadi karena kau sudah tau aku pergi dengan Suho
Oppa? Kau.."
"Aku cemburu" Sambar
Chanyeol. Wajah Songhee memerah setelah mendengar pernyataan terang-terangan
Chanyeol. Ia tersipu sampai tak bisa berkata apapun. Chanyeol keluar dari cafe
tempat mereka saat ini.
"Chanyeol!" Panggil
Songhee kaget kenapa tiba-tiba Songhee keluar. Chanyeol tetap berlari keluar,
ia mengetuk jendela cafe yang kini membatasi dirinya dan Songhee. Songhee
menengok keluar dan menemukan Chanyeol tepat didepannya, ia pun menghadap ke
kaca jendela cafe tersebut.
"Hooh~~" Chanyeol meniup
kaca jendela cafe tersebut. Ia menuliskan sesuatu di kaca jendela itu.
'Lee Songhee'
Chanyeol menunjuk kaca tersebut,
lalu mengacungkan ibu jarinya. Ia mencoba meminta Songhee untuk menunjukkan Ibu
jadi apabila Songhee bisa membaca tulisannya. Saat itu juga Songhee
mengacungkan ibu jadinya. Chanyeol meniup lagi kaca jendela cafe tersebut. Juga
menuliskan kata berikutnya.
'니가....
너무.....
좋아~~~~~'
Songhee tersenyum, tidak ada hari
yang lebih membahagiakan baginya selain hari itu. Dreetttt... Dreettt handphone
Songhee bergetar, ia membaca pesan yang masuk ke dalamnya. Ku letakkan gumpalan
tissu pada meja mu, bukalah. -Chanyeol's message-
Songhee menemukan gumpalan tissu
yang Chanyeol maksud, ia membuka gumpalan tissu tersebut, ia tidak menyangka
didalam gumpalan tissu, terdapat kotak berbentuk hati berwarna ungu. Dengan
tangan yang sedikit gemetar Songhee membuka nya, ia menemukan kertas kecil
bertuliskan
"Would you be my girl, Lee Songhee?"
-Your Prince, Park Chanyeol-
Dalam kotak juga terdapat sebuah
cincin dengan design simple. Songhee kembali mengarahkan pandangannya pada
Chanyeol yang menunggu diluar sana. Keyakinannya penuh, ia mengangguk pada
Chanyeol tanpa ragu. Ia menuliskan 'Ne' pada jendela. Dilihatnya senyum
sumringah dari Chanyeol.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
22.00 (10.00 PM)
Suho mengantar Eunkyo sampai ke
depan rumahnya setelah melewati malam panjang itu berdua. Ia turun lebih dulu
dari Eunkyo, membuka pintu mobilnya untuk Eunkyo selayaknya seorang namja. Perlakukan
Suho membuat Eunkyo gugup saat turun dari mobilnya. "Terima kasih banyak
untuk hari ini, aku tak tahu kau juga suka membaca"
"Seharusnya kita lebih sering
mencari buku bersama, aku juga memiliki beberapa buku yang bagus, kita bisa
bertukar koleksi buku kapan-kapan" Jawab Suho. Eunkyo mengangguk-angguk
malu. Suho menggaruk kepalanya "Eumh.. Masuklah, kurasa aku terlalu malam
memulangkan mu, atau mungkin lebih baik aku menyapa kedua orang tua mu
dulu?"
"Eum.. kebetulan kedua orang
tua ku sedang menginap di rumah halmoni karena kondisi kesehatannya sedang
memburuk, aku sendiri di rumah, kau mau mampir dulu?" Tawar Eunkyo.
"Gurae.. Tidak baik nampaknya
aku berkunjung saat kau hanya sendiri di rumah, lain waktu aku pasti mampir
dulu" Suho menyentuh lengan Eunkyo "Hati-hati.. jangan lupa kunci
pintu, banyak orang jahat dimana-mana"
"Ne" Eunkyo beranjak
meninggalkan Suho, ia berjalan masuk pekarangan rumahnya, sesekali ia masih
melirik kebelakang dan masih menemukan Suho disana.
***
Suho baru benar-benar masuk mobil
ketika Eunkyo masuk ke dalam rumah, ia hanya memastikan Eunkyo baik-baik saja.
Mata Suho tertarik melihat bag bertuliskan nama sebuah shop yang sempat ia
masuki bersama Songhee tadi. Ia mengambil bag tersebut, mengecek apa yang
Songhee berikan untuknya. Suho terdiam sesaat setelah melihat hadian pemberian
Songhee tersebut.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok
01.02 AM
Belum dapat ku pejamkan mata ku,
dadaku terasa sesak. Mendadak membuat ku takut tak dapat membuka mata ku lagi
saat aku tertidur. Aku.. bahagia berada di alam mimpi ku, tetapi.. Tak akan
pernah kudapatkan kebenaran jika selamanya aku hidup dalam kepalsuan. Jika
memang orang-orang yang kutemui dalam mimpi ku, benar-benar ada dalam dunia
nyata, maka ada kemungkinan aku bisa bertemu Eunhee. Masalah terbesar adalah,
aku cacat. Sekujur tubuh ku tak bisa kugerakkan sedikitpun. Bagaimana aku bisa
bertemu dengannya sementara aku hanya terkunci di atas tempat tidur ku. Tapi
tunggu.. Kurasa aku terlalu percaya diri dan terlalu cepat menyimpulkan.
Bertemu dengan Eunhee di dunia nyata? Kalaupun ia mengenali ku, mungkinkah ia
benar-benar membutuhkan ku seperti apa yang kupikirkan? Ia memiliki namjachingu
sesempurna Kris, suatu hari nanti mungkin ia sudah tidak membutuhkan ku lagi,
lalu bagaimana dengan Inkyung, ia telah mengorbankan hidup dan perasaan nya
untukku. Sejak awal aku mengenalnya, ia mengatakan padaku bahwa ia tidak pernah
menyukai ku, ia meminta ku untuk tidak banyak berharap padanya. Kenyataannya ia
tetap menjadi tunangan yang setia disamping ku, tak perduli aku protektif dan
selalu membuatnya kesal. Tanpa aku dan ia sadari.. ia telah mempersilahkan ku
masuk ke dalam hidupnya. Bahkan ketika aku hanya seperti seonggok batu yang tak
berguna begini, Inkyung masih rela melepaskan namja yang benar-benar ia cintai.
Seharusnya aku berusaha sembuh untuk dirinya, bukan untuk wanita lain.
Clekk.. Suara pintu kamarku
terbuka, heol ~anak itu. ia hobi sekali berkunjung tengah malam ke kamar ku,
ah.. tapi aku penasaran apa yang akan ia ceritakan padaku hari ini, berhubung
ada hal penting yang sudah kulakukan.
Ia datang seenaknya, mengistirahatkan
diri di lantai samping tempat tidur ku, tubuhnya bersandar pada laci, ia tidak
menarik kursi seperti biasanya. Ditangannya Handphone berwarna putih menyala,
cahaya layarnya cukup terang, mengingat lampu kamar ku sengaja dimatikan agar
aku bisa beristirahat. "Kurasa ia bisa membaca pikiran ku.." kalimat
pertama yang ia ucapkan. "Atau ia.. menyukai ku sungguhan? Mana yang
menurut mu benar Minseok-a?" Tanya nya sedikit kurang ajar, ia memanggil
ku hanya dengan nama meski usia nya lebih muda dari ku =_=.
"Hehehehhe hahahaha
hohoho" Suara tawanya sekarang persis spongebob, ekpresi wajah bodohnya
meniru patric =_=, dan aku hanya bisa diam keanehannya. Apa ia sedang bahagia?
Cepat beri tahu aku alasannya.
"Telpon.. Tidakk.. Telpon
tidak... Ahhh kalaupun ku telpon tidak ada topik pembicaraan =_= ia bisa besar
kepala nanti" Kau bertanya kau menjawab sendiri.
"Aku tidak akan bisa tidur
malam ini. Ya Kim Minseok.. Apa kau akan tidur? Bagaimana kalau temani aku
saja" Serunya, ia naik ke atas tempat tidur ku, merebahkan diri di bagian
tempat tidur ku yang masih kosong. Untung saat ini sudah tidak banyak alat-alat
penopang hidup yang terpasang di tubuh ku kecuali alat infus. Ia menunjukkan
sebuah foto di handphone nya "Aku mengambil nya malam ini, kami serasi
bukan haha"
Senyum ku terkembang kecil. Tak
tahu mengapa tapi hatiku begitu bahagia melihat ia mengambil selca bersama
yeoja yang setiap malam ia ceritakan padaku itu. Dapat kubaca juga raut bahagia
dari pancaran wajahnya. Ia meletakkan handphone pada dadanya, kelopak matanya
mengatup pelan. Ia belum tidur, mungkin hanya berusaha tidur. Kakinya masih
terus bergerak di bawah sana, ia seperti cacing yang tak pernah bisa diam.
Meski selalu menyusahkan, ia begitu berharga bagiku. Kupaksa diriku untuk
bergerak, tapi tak satupun anggota tubuh ku medengar perintah pikiran ku ini,
mungkinkah aku sembuh jika terus seperti ini? Ani.. Aku harus sembuh. Aku juga
harus mengatakan hal penting demi hidup mahluk disamping ku ini.
"Kapan kau sembuh?" Tanya
nya dengan mata masih mengatup "Aku ingin mengajak mu menemui yeoja itu
hehehe.. Aku ingin minta pendapat mu tentang dirinya" Ia terus bicara
tanpa mengetahui fakta tentang aku yang sebenarnya sudah cukup mengenal yeoja
yang ia maksud.
Matanya terbuka, ia melirikku
"Kau selalu tau yang baik dan buruk bagiku. Jika aku bisa mengulang waktu,
aku ingin mendengarkan semua saran mu.. Kau juga masih berhutang mengajari ku
bermain piano lagi, aku ingin bermain piano dihadapannya agar terlihat keren
hahahahahah" Ia terkekeh sendiri akibat ceritanya "Tapi aku tidak
suka cara-cara yang terlalu romantis, membuat selalu ingin tertawa haha"
Ingin sekali aku menghajar bocah ini =_= Ia menarik ulur ceritanya. Ia
mengeluarkan kotak perhiasan yang sangat ku kenal dari dalam saku celana, menatapnya
tenang "Dulu kau membelikan ini untukku.. Kau bilang aku harus menemukan
seseorang yang kucintai dan memberikan ini kepadanya. Sekarang aku sudah
menemukan yeoja itu.. tapi apa mungkin aku bisa memberikan ini padanya? aku
bahkan tidak yakin apa aku bisa membuatnya bahagia.. lalu apa yang harus
kulakukan dengan benda ini?"
Aku mendengar hal itu sudah ribuan
kali, ia selalu ragu untuk mengambil keputusan, pada akhirnya ia hanya akan
membiarkan sesuatu berjalan begitu saja, selalu seperti itu.. Ia tidak pernah
berubah. Aku ingin melihatnya bahagia, sekali saja.. aku ingin melihatnya
berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan, aku ingin ia berhenti menyerahkan
nasib nya pada waktu yang terus berjalan. Bisakah kau melakukannya? Berhenti
membuat ku cemas akan nasib mu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.24 AM
"MWORAGO EVENT?" Seru
Baekhyun, Chen, Chanyeol, Songhee dan Micha bersamaan, hanya D.O yang tidak
kaget dengan pernyataan Suho. Suho begitu bersemangat meminta bantuan pada
anak-anak kelas itu, tapi sebagian dr mereka justru ragu untuk membantu.
"Kau yakin yeoja itu menyukai mu atau
tidak? Jangan-jangan kau hanya besar kepala saja menganggap yeoja itu menyukai
mu" ledek Micha tidak yakin Suho memiliki penggemar(?).
"Ya! Semua yeoja disini begitu
mengagumi ku, kau saja yang buta dan selalu memandang rendah diriku Xi Yi Jie,
urus saja diri mu sendiri, 21 tanpa kekasih itu mengenaskan!" Sindir Suho.
"Tidak ada yang buruk dari 21
tahun tanpa kekasih" Celetuk Baekhyun yang secara tidak lansung ikut
tersinggung karena selama hidupnya ia juga belum pernah memiliki kekasih
"Itu tidak berarti aku kurang tampan" Lanjutnya protes.
"Byun Baekhyun, kenapa kau
marah? bukan kah selama di high school saja kau sudah 3 kali memiliki memiliki
yeojaching.. Yang pertama 2 hari, yang kedua 1 minggu, yang ketiga 2 jam.
Ahhaahhaa" Ujar Chen mengangkat cerita lama.
"Ya! Mereka yang menyukai ku,
aku tidak pernah bilang aku adalah namjachingu mereka, kapan resmi kapan
berakhir semua hanya rekayasa mereka saja" elak Baekhyun.
"Aw... Jangan sok tampan tuan
Baek, aku saja seram dekat-dekat dengan mu dulu" Chanyeol membentuk huruf
X didepan dadanya seperti anak perawan yang takut ternodai "Byun Baekhyun
dulu itu menyeramkan aw.. Semua yeoja akan berkata 'jangan dekati aku, jangan
dekati aku' jadi mustahil mereka mengaku-ngaku"
"Ya! Dulu aku keren, meski
sekarang tidak kalah keren setelah sadar dan jadi anak baik" Baekhyun
menggerak-gerakkan alisnya genit.
"Tidak ada anak baik yang
mengaku baik, belang mu sudah terlihat dari situ" D.O bergabung dengan Chen
dan Chanyeol "Dulu dan sekarang sama saja, kau tidak keren sama sekali,
dulu menyeramkan (sebagai anak nakal) , sekarang mengerikan (sebagai anak jahil
dan genit)"
"Sejak kapan kau berani ikut
mencela ku, Ya! Do Kyungsoo. Setidaknya aku bukan seorang anak yang ditolak 20
kali masuk tim basket" Balas Baekhyun.
"=_= Aku mengaku kalah"
Ujar D.O menyerah begitu saja saat mendengar Baekhyun mulai menguak masa
lalunya. Nyatanya Baekhyun belum puas meski D.O sudah mengaku kalah "Ah..
dulu juga ada seorang anak yang tidak kebagian seragam karena tubuhnya terlalu
kecil, aku sudah memberi tahu sonsangnim untuk memberinya seragam wanita saja,
tapi sonsaengnim tidak percaya". Dahi D.O semankin mengerut, ia berdiri
dari tempat duduknya. Tangannya melingkar kuat disekitar leher Baekhyun, tenaga
D.O terpusat pada tangan tersebut.
"Aaahh.." Rintih
Baekhyun.
"Coba bicara lagi"
Tantang D.O, ia masih menyiksa (?) Baekhyun.
"Lebih kuat lagi.. Byun
Baekhyun pantas mendapatkannya ahhaahhaah" Tawa Chen nyaring hingga
telinga siswa lain pengang.Suho mendengus kesal, ia belum juga mendapat
jawaban, tapi justru anak-anak ini malah sibuk berkelahi. "Jadi kalian
sebenarnya ingin membantuku atau tidak?" Tanya Suho sekali lagi.
"Tenang saja Oppa, aku pasti
membantu mu" Jawab Songhee lantang.
"Nado Hyung" Seru
Chanyeol dan Chen.
"Aku ikut saja" Ujar
Micha.
Suho menunggu jawaban D.O dan
Baekhyun "Kalian berdua?". D.O melepaskan jeratan tangannya pada
leher Baekhyun "Aku bisa membantu, tapi mungkin tidak bisa sampai acara
selesai hyung" Jawab D.O
"Aku tidak bisa ikut!"
Selak Baekhyun.
***
11.30 PM
"Byun Baekhyun" Panggil
D.O
"Eo" Baekhyun membereskan
meja nya yang sudah seperti kapal pecah itu.
"Kau menolak membantu Suho
hyung, Wae?"
Ekpresi wajah Baekhyun serius, ia
menghentikan aktivitasnya "Aku tidak ingin melihat yeoja yang dicintai
sahabat ku direbut orang lain begitu saja" Tatapannya tajam mengarah pada
D.O "Siapa yang pengecut sekarang? Kau menyerahkan yeoja yang kau cintai
pada namja lain, kau pikir hal itu hebat?"
D.O membuang pandangannya "Aku
sudah berusaha semampu ku. Takdir memang membawa nya pada Suho hyung, tidak ada
yang bisa aku lakukan?"
"Baiklah" Baekhyun
berjalan hingga ia berada persis disamping D.O "Aku akan membantu Suho
hyung, tapi aku tidak jamin acara akan berjalan lancar" Seru Baekhyun lalu
pergi keluar kelas.
"Ya Byun Baekhyun!"
Sentak D.O "Aissh Anak itu.."
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Sehun merasa ia harus move on dari
Yoora, ia tidak bisa meratapi nasibnya setelah Yoora menolak nya sebelum ia
mulai mendekati anak itu. Sehun hanya santai menanggapi hal tersebut. Ia masih
muda, ditolak bukan berarti hidup nya akan berakhir, begitu pikirnya. "Ya
Wu Yoora, kau memiliki teman yang cantik tidak, kenalkan dengan ku"
Ujarnya santai.
"Aku bukan biro jodoh, apa
urusannya kau memintaku memperkenalkan teman padamu" Jawab Yoora juga
santai.
"Kau harus bertanggung jawab,
gara-gara kau hatiku berpotensi menjadi pengangguran untuk 2-3 tahun
kedepan" Seru Sehun.
Yoora menyentak, kenapa harus hidup
manusia sejenis Sehun di permukaan bumi, pikir Yoora "Yak! tanggung jawab
untuk apa, aku tidak pernah melakukan hal buruk terhadap mu juga hati mu, dasar
bocah tidak jelas"
"Tidak mau tau.. carikan aku
yeojachingu" Sehun tetap teguh memegang pendiriannya. Ia beranjak dari
kursinya "Ayo makan, aku lapar.." "Ya Kai! Yoora mengajak mu
makan siang" Ujar Sehun Usil. Ia dengan santai pergi lebih dulu.
"YA NEO JINCHA OH
SEHUN!!" Bentak Yoora. Kai menanggapi hal itu tenang, ia tertawa
"Sudah jangan marah-marah terus, nanti kau darah tinggi.. Palli
Yoora-a" Ajaknya tanpa tahu apapun, ia hanya tau Sehun bercanda. Kai
menyusul Sehun keluar dari kelas.
Yoora segera mengejar kedua namja
itu. Langkah kakinya tertahan, dilihatnya Tao hanya duduk di kursinya dengan
pandangan melayang kemana-mana. Sekitar seminggu terakhir Tao sering begitu.
Yoora kasihan juga melihatnya "Tao-a tidak mau makan? Ayo ke kantin sama-sama"
Ajak Yoora. Tao menggeleng lemas "Kau saja" jawabnya kehilangan
semangat hidup.
"Kau yakin? Kau sakit?"
Tanya Yoora semakin miris melihat Tao. Tao menggeleng lemas lagi "Eumh..
gwenchana" Jawab Tao.
"Menghawatirkan sekali.. dia
kenapa?" Gumam Yoora.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Patah hati bukan hanya milik Tao
sendiri, perasaan tersebut serupa dengan Luhan. Ia juga menolak untuk pergi ke
kantin bersama teman-temannya, ia berdiri didepan pintu kaca yang langsung
terhubung dengan pemandangan taman belakang academy. Banyaknya sepasang kekasih
yang sedang menikmati makan siang bersama disana membuatnya harus berkali-kali
menahan kerinduan melakukan hal serupa. Miyoung kebetulan lewat disana, sebagai
sahabat yang cukup lama mengenal Luhan, ia menghampiri Luhan "Kembali lah
padanya, kau masih menyukainya"
"Uh.. Miyoung-a" Seru
Luhan kaget.
"Hemh~ Kau jadi seperti orang
lain semenjak Sungchan tidak disamping mu"
"Benarkah? Kurasa biasa
saja" Elak Luhan
Miyoung mengarahkan pandangannya
keluar "Psh.. bukan satu dua tahun aku mengenal mu Luhan, tidak ada
gunanya kau berbohong padaku" Miyoung menahan ucpaannya beberapa saat
"Kau.. adalah cinta pertama ku" ujarnya. Luhan menarik bibirnya tipis
"Ne.. sepertinya aku sedang mendapatkan karma haha" Candanya miris.
"Eumh" Jawab Miyoung
singkat.
Mereka berdua terdiam setelahnya,
keheningan menyapa mereka.
"Ternyata ini
menyakitkan" Ujar Luhan.
"Apa yang menyakitkan?"
Tanya Miyoung tenang. Luhan terdiam, ia tidak menjawab pertanyaan Miyoung,
sampai Miyoung mengerti sendiri maksud Luhan.
"Mengetahui seseorang yang
sangat kau cintai, ternyata tidak mencintai mu?" Ucap Miyoung perlahan. Luhan
memberi sebuah anggukan tak bertenaga, perih yang terpancar dari senyumannya
menjawab segalanya "Mianhae.. mianhae karena aku selalu dengan tenang
mengatakan pada mu tentang perasaan ku sesungguhnya, kau.. pasti merasa
tersakiti selama ini"
"Jangan terlalu dramatis
begitu.." Seru Miyoung "Kondisi kita berbeda"
"Apa maksud mu berbeda?"
"Jangan bodoh Luhan.. Namja
yang kusukai dari kecil sampai saat ini jelas-jelas mengatakan pada ku ia tidak
pernah menyukai ku.. sedangkan kau, dirimu sendiri lah yang mengatakan yeoja
yang kau sukai itu tidak menyukai mu" Miyoung tak menyangka ia akan
bertindak sejauh ini, ia begitu kesal melihat tingkah Luhan yang seenaknya
mengambil kesimpulan. "Lay sekarang bekerja di toko bunga milikku, kami
sering berbincang.. ia mencintai gadis bernama Oh Inkyung, ia melakukan apapun
agar yeoja itu tetap bersamanya, tidak ada hubungannya dengan kau dan Sungchan.
Aku tidak tahu pasti perasaan Sungchan padamu, bisa dibilang lebih kepada tidak
mau tahu juga.. tapi apakah kau bernah bertanya pada Sungchan secara langsung
tentang perasaan nya kepada mu?"
Luhan tidak bisa menjawab apa yang
Miyoung jabarkan, ia.. memang tidak pernah bertanya pada Sungchan tentang
perasaan Sungchan, selama ini ia terlalu takut Sungchan akan berkata
sejujurnya, lalu meninggalkan nya. Sementara kata 'sejujurnya' sendiri tidak
pernah ia ketahui dengan pasti.
"Meski terdengar sakit bagiku,
tapi aku cukup berterima kasih pada mu karena kau selalu jujur mengungkapkan
perasaan mu pada ku, setidaknya aku tidak akan berharap banyak dan tau resiko
jika aku tetap ingin tetap berharap.. dengan begitu kau dan aku juga tetap bisa
menjadi sahabat normal seperti ini.." Miyoung menepuk pundak Luhan
"Kau seorang namja, kau harus berani mengambil sebuah keputusan, tapi
bukan berarti kau bisa mengambil nya tanpa berfikir panjang. Perbaiki apa yang
masih bisa kau perbaiki, sebelum kau menyesal nantinya"
"Aku mengatakan hal ini bukan sebagai
seseorang yang pernah menyukai mu, aku mengucapkan nya sebagai seorang sahabat
yang berharap kau akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidup mu, Luhan" Ujar
Miyoung.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
19.40 (07.40 PM)
Matahari sudah bersembunyi. Langit
gelap menyambut. Aku berjalan ditengah keheningan danau. Mencari jawaban yang
tak kian kutemukan. Aku merindukan suasana danau ini sekalipun aku sedang
berada ditempat ini sekarang, mungkin karena bukan tubuh ku yang sesungguhnya
yang berada disini. Seorang yeoja terlihat sedang terdiam di dekat danau sana.
Apa yang yeoja itu lakukan sendirian saat danau sedang sepi begini. Ku pertegas
penglihatan ku, sepertinya aku mengenal yeoja itu.
===
"Kau ingin pulang dengan
keadaan begini! Apa yang kau dapatkan dengan terus melakukan kebodohan semacam
ini!" Kesabaran ku mulai habis menghadapi nya, kapan ia berhenti membuat
berbagai masalah, apa ia tidak memikirkan dampak perbuatannya. Ia membalas
ucapan ku dengan smirk kesal "Cih.. Kau sudah merasa hebat, wae? karena
kau sekarang sudah remi menjalin hubungan dengan anak pertama keluarga Byun?
Chukhae Kim Minseok.. "
"Jangan mengalihkan
pembicaraan!!" Kemarahan ku memuncak, ia tidak pernah mendengarkan semua
ucapan ku, aku memang hanya anak seorang pesuruh, tapi bukan berarti aku tidak
peduli kepadanya.
"BICARA!! KAU SEBUT KITA
SEDANG BERBICARA!!! AKU HANYA MERASA KAU SEDANG MEMOJOKKAN KU!! SETIAP SAAT KAU
SELALU MELAKUKANNYA!" Bentak nya. "Aku tidak memiliki tujuan hidup,
tak penting lagi apapun yang terjadi pada ku, jadi lebih baik kau urus saja
tunangan mu itu.. dan berhenti mencampuri hidup ku, biarkan aku melakukan apa
yang kuingin kan, jangan meng- halangi ku" Ia berlari, jauh meninggalkan
ku. Ia tidak memperdulikan kondisi dirinya saat itu, tubuhnya penuh dengan luka
begitu juga dengan bagian wajahnya. Aku mengerti ia begitu kecewa, tapi.. terus
melakukan kebodohan tidak akan memperbaiki apapun.
"Tolonggg...aaaa tolongg"
Mendadak suara orang meminta tolong membuat buyar konsentrasi ku, ku cari arah
suata tersebut. Ternyata berasal dari danau, seorang anak wanita tenggelam di
dalau sana. Aku berlari cepat mendekat, tanpa banyak berfikir kubiarkan diriku
merasakan dinginnya air danau malam itu untuk menyelamatkannya. Kubawa ia
menepi, ia terlihat masih sulit mengatur nafasnya. "Gwenchana? apa yang
kau lakukan disini?"
Ia menatap ku lemah "Eungh~
Kamsahamnida Oppa"
Yeoja ini memang terlihat jauh
lebih kecil dari ku, mungkin ia melihat seragam yang melekat pada tubuh ku,
karena itu ia bisa menyimpulkan aku lebih tua darinya. "Bagaiman kau bisa
sampai tenggelam?"
Ia menarik pakaian ku, memeluk ku,
gadis kecil ini ketakutan "Oppa selamatkan aku.. selamatkan aku hikss...
mereka menemukan ku, mereka akan membuh ku, tapi aku harus memberikan sesuatu
pada eonnie.. Oppa tolong."
"Siapa?" Tanya ku panik
karena reaksinya. "Apa yang biasa kulakukan untuk menyelamatkan mu?"
Anak itu sepertinya teringat
sesuatu, ia berlari menuju semak-semak. Ia kembali dengan membawa sebuah boneka
teddy bear besar "Tolong berikan boneka ini pada eonnie ku"
"Eonnie? Siapa eonnie
mu?" Tanya Ku bingung. Ia menjulurkan tangannya pada ku, "Arrgh"
Ia terjatuh tiba-tiba saja, spontan ku tahan tubuhnya "Oppa, tolong
lepaskan gelang giok ini, jebal"
Ku lepaskan gelang giok milih anak
itu. Anak itu mengambil gelang gioknya, lalu memasangkannya pada tangan ku
"Aku harus pergi.. mianhae" Tiba-tiba anak wanita tersebut menghilang
begitu saja dari hadapan ku. Apa anak tadi hantu?
===
"Jogiyo.." Panggil ku
padanya, perasaan ku mengatakan anak ini ada hubungan nya dengan apa yang
terjadi pada ku. Ia menoreh ke arah ku "Oppa.. akhirnya kau datang"
"Kau mencari ku?" Tanya
ku padanya. Ia mengangguk "Ne.."
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
Perkebunan bunga ditutup untuk
sementara, Suho meminta izin pada Miyoung untuk menggunakannya. Ia ingin
mengadakan sebuah event penting malam ini. Lay, Chanyeol, D.O, Tao, Chen,
Baekhyun, Kris, Minhyo, Songhee, Micha dan yang lainnya berada disana untuk
membantu. Suho kebingungan mencari-cari seseorang, ia bolak balik dari dalam
kembali ke luar perkebunan berkali-kali.
"Hyung cari siapa?" Tanya
Chen pusing melihat Suho bolak-balik sejak tadi.
"Eunkyo belum datang?"
Tanya Suho singkat. D.O membawa kardus-kardus berisi keperluan untuk
mempercantik tampat event akan di selenggarakan "Eunkyo noona sudah
dijalan hyung, tenang saja ia pasti datang sebentar lagi"
"Ah gurae.. Baiklah kalau
begitu" Jawab Suho, ia kembali masuk ke dalam toko bunga untuk
mempersiapkan beberapa keperluan. Chen menggaruk-garus kepalanya yang tidak
gatal itu. DUUAAK.. Minhyo dengan sengaja menabrak Jongdae menggunakan troli
berisi bunga dekorasi. "Ah Mian sengaja"
"Ya! Minhyo noona.. aww
sakit" Eluh Chen.
"Manja sekali, aku hanya
menabrak mu pelan.. ahh atau jangan-jangan kau sengaja menarik perhatian ku ya,
aishh kau genit sekali, Kim Jongdae" Minhyo mencubit pipi Chen, kemudian
berlalu.
"Mwoya..aww" Chen
mengelus-elus kakinya yang sakit sungguhan.
***
Baekhyun dan Chanyeol mengurus
kertas-kertas berisi daftar acara, mereka menjadi MC dadakan event malam itu.
"Event macam apa ini sebenarnya? aku tidak bisa membuat daftar acara kalau
acara macam apa yang akan berlangsung saja aku tidak tahu" eluh Baekhyun.
"Nado Molla Eotthokhe?"
Tanya Chanyeol balik, Chanyeol dan Songhee dari tadi sibuk main berdua, ia
tidak terlalu fokus dengan pekerjaanya.
"AHH terserah" Baekhyun
jealous, ia membuang semua kertas, ia pusing mengurusi sendiri tanpa ada yang
mau membantu. "Pacaran saja terus.. terus saja.."
"Lay..bantu aku memasang itu
lebih tinggi, tubuh ku tidak sampai" Pinta Micha
"Ne.." Lay
menghampirinya, ia mengambil pita ditangan Micha "Segini?"
"Ani kurang tinggi" Ujar
Micha, ia menarik bangku agar Lay bisa memasang pita tersebut lebih tinggi
lagi. "Gunakan Ini Lay.
"Baiklah"
Baekhyun menggerutu sendiri
"HHHAAA~~~~~~~~~~"
"Ya Baekhyun, kenapa kau
membuang kertas-kertas ini?" Tanya Chanyeol baru sadar kertas-kertas itu
dibuang oleh Baekhyun.
"Aku tidak mau kerja sendiri,
aku pulang saja!" Ancam Baekhyun.
Chanyeol merangkul Baekhyun
"Kau jangan ngambek terus haha.. baiklah baikklah ayo kita lanjutkan"
mereka memungut kembali kertas-kertas itu.
***
"Kim JoonMyeon, sebenarnya
untuk siapa hendak kau nyatakan cinta sampai membuat event seperti ini?"
Tanya Miyoung. Ia dan Kris tidak ikut membantu, mereka terlalu malas, sehingga
mereka hanya menunggu didalam ruangan kerja Miyoung.
"Seseorang yang spesial"
Suho tidak ingin memberi tahu orang lain.
"Cih.. sok misterius
sekali" Gertak Miyoung.
Suho menatap jam dinding di ruang
kerja Miyoung "Ah.. sudah jam segini, sudah waktunya, aku duluan"
Suho berlari cepat-cepat meninggalkan tempat. Kris berbaring di sofa, matanya
menerjap-nerjap mengantuk "Beri tahu aku bila acara sudah selesai"
"Kris"
"Eo"
"Mengapa perasaan ku tidak
tenang sekali" Ujar Miyoung.
Kris menanggapi santai
"Mungkin jauh di lubuk hati mu, kau mencintai Suho, jadi kau tidak rela ia
akan menyatakan cinta pada yeoja lain"
"Ya! neo michoseo! Bukan
itu... tapi ah.. molla aku merasa tidak enak saja dengan acara ini"
"Kalau begitu kau cek saja
keluar, aku tidur dulu"
"Issh"
***
Diluar, 2 buah mobil mewah berhenti
didepan perkebunan, beberapa orang berpakaian rapi keluar dari sana. Mereka
memasuki perkebunan melewati jalan belakang.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
20.12 (08.12 PM)
D.O berpapasan dengan Eunkyo di
depan kawasan perkebunan. Ia mengigit bibirnya pelan.
"Kyungsoo-a acaranya sudah
mulai? aku terlambat?" Tanya Eunkyo.
"Belum.. kau belum
terlambat"
"Kau mau kemana?"
"Aku ada urusan.. good luck
Eunkyo noona" D.O melewati Eunkyo, sosoknya berlalu dengan perasaan aneh
membekas pada diri Eunkyo. Eunkyo menyentuh dadanya, terasa sesak disana
"Noona? wae?"
"Eunkyo eonniee!!"
Songhee berlari dari dalam, ia menarik tangan Eunkyo segera "Eonnie
cepat.. semua sudah menunggu"
"Mwo.. tapi"
"Sudah ayo cepat" Tarik
Songhee.
***
20.15 (08.15 PM)
Dekorasi manis taman bunga
menyambut Eunkyo dan Songhee begitu memasuki daerah tempat event diadakan
"Dari tadi aku didalam, tapi baru sadar kalau decorasinya cantik sekali
kalau dilihat dari sini"
Eunkyo belum tersadar, ia masih
tercengang melihat decorasi tempat itu "Apa ada yang akan menikah
disini?" Tanya Eunkyo.
"Heheheh.. mungkin" Jawab
Songhee.
Mereka terus berjalan menyusuri
jalan setap akyang sisi kanan dan kirinya sudah dihias dengan lilin putih.
Cahaya lilin tersebut menerangi jalan setapak itu. Mereka kini sampai ditengah.
Teman-teman mereka sudah menunggu dipinggir jalan setapak tersebut, hanya Suho
yang berdiri di ujung jalan setapak. Setelah menyampaikan beberapa sambutan(?),
Baekhyun menyerahkan mic di tangannya kepada Suho, dengan sengaja ia melepaskan
mic itu saat tangan Suho belum memegangnya sempura, alhasil suara
NGGGGIIIIINGGGGG~ keras mengganggu suasana romantis yang tercipta. Chanyeol
secepat mungkin mengambil mic tersebut, kemudian mematikannya
"Jeosonghamnida.." Ujarnya, ia menyerahkan mic nya pada Suho. dan
suasana disana pun kembali seperti semula.
Alunan suara piano yang dimainkan
oleh Lay membuat suasana disana semakin hangat.
"Beruntung sekali yeoja yang
dicintai oleh Suho Oppa" Ujar Yoora iri.
Sehun disampingnya berbisik
"Hal simple itu lebih menunjukkan ketulusan Yoora-a, untuk apa acara
sebagus ini hanya untuk menyatakan perasaan, kalau nanti putus sayang sekali
uangnya."
Kai tertawa sambil memukul-mukul
tangan Sehun "Haha Aku setuju"
"Kalian berdua tidak romantis
huh" cibir Yoora.
Suho mengambil nafas panjang
sebelum bicara "Sebelum aku memulai.. ku ucapkan terima kasih untuk kalian
semua yang telah membantu ku merealisasikan semua ini. Baekhyun menguap lebar.
"Acara apa ini huaa seperti upacara
bendera" Ujarnya.
"Mungkin Suho ingin
mencalonkan diri jadi presiden" Sambar Luhan.
"Atau pemimpin planet bumi
bwhahah" Tawa Baekhyun ribut, Luhan ikut tertawa bersama Baekhyun.
Suho menyampaikan tatapan listrik
pada dua namja yang baru saja menganggu pidato(?) nya dengan suara tawa tadi.
Keduanya pun menutup mulutnya saat itu juga. Suho lalu melanjutkan ucapannya
"Aku sengaja mengadakan acara semacam ini karena aku merasa bersalah. Aku
tidak peka terhadapnya, aku selalu memikirkan ego ku sendiri. mianhae..
jeongmal minhae"
Suho mengambil setangkai bunga
mawar putih, satu langkah Suho membawa dirinya tepat dihadapan Eunkyo dan
Songhee. Songhee tersenyum pada Eunkyo, ia diminta oleh Suho untuk mendampingi
Eunkyo. "Eunkyo-a" Suho menyerahkan setangkai mawar putih tersebut
pada Suho "Aku selalu menganggap mu teman yang baik. Tapi terkadang,
kupikir kau tidak terlalu menyukai ku, entah cara bicara ku atau yang lainnya.
Karena kau sering menghindar dariku. Sekarang aku menyadari semua itu adalah
kesalahan besar. Aku ingin lebih dekat dengan mu, apapun itu alasannya.. aku
tidak ingin kau merasa canggung berada di dekat ku. Aku ingin kau dan
aku.."
☆*:.。. o)o .。.:*☆
20.14 (08.14 PM)
Miyoung tetap merasa tidak tenang,
ia membiarkan Kris tidur di ruangannya. Ia keluar dari ruang kerja itu, ia
menemukan Tao melamun sendirian didalam toko bunga. "Tao-a sedang apa kau
sendiri disini? kau tidak ke tempat acara?"
"Tidak.. acara itu hanya
membuat hati ku semakin sakit, aku iri Suho hyung bisa mengungkap kan
perasaanya pada yeoja yang telah lama dicintainya, sementara aku... hufh~"
"Gurae.. sabar lah"
Miyoung kasihan pada Tao, ia menepuk-nepuk pucuk kepala Tao "Aku tinggal
dulu"
"Ne noona"
***
Baru Miyoung keluar bangunan toko
bunga nya, berniat menuju perkebunan bunga, ia bertemu dengan sekertaris Han.
Salah satu orang kepercayaan sang ayah. Ia kaget dengan keberadaan sekertaris
Han disana "Sekertaris Han, apa yang anda lakukan disini?"
"Annyeonghaseyo nona muda..
Ah, saya disini tentu untuk menemani tuan dan nyonya, mereka datang khusus
untuk Event ini, tadi mereka melewati jalan belakang bersama Tuan dan Nyonya
Kim" Jawab Skertaris Han.
DEG Miyoung tertohok mengetahui
kedua orang tuanya berada disana "Eomma dan Appa?" "Tidak
mungkin.. andwe" Miyoung berlari ke arah perkebunan bunga seketika itu
juga.
"Nona muda.. ada apa? nona
muda..!!"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
20.16 (08.16 PM)
"Aku ingin lebih dekat dengan
mu, apapun itu alasannya.. aku tidak ingin kau merasa canggung berada di dekat
ku. Aku ingin kau dan aku.. bisa menjadi.. sahabat mulai saat ini"
"Mworago!!! Oppa kau
mengadakan event seperti ini hanya untuk menjadikan Eunkyo eonnie
sahabat?" Bentak Songhee. Eunkyo
sangat terpukul, ia terpatung pada posisinya. "Apa yang kau pikirkan Kim
Eunkyo.. tentu saja.. tentu saja ia tidak akan menawarkan sesuatu yang lebih
dari sekedar sahabat, hiks.. Kim Joonmyeon hanya sebuah mimpi bagimu, mimpi
yang tak akan pernah kau raih" Rintih Eunkyo dalam hatinya.
"Kau tidak perlu protes begitu
Lee Songhee, Aku memang ingin meminta maaf pada Eunkyo karena selama ini
mengabaikan dirinya meskipun ia selalu berada disamping ku.. Kau tak perlu
iri" Jawab Suho memberi senyum untuk Songhee.
"Iri katamu! !" Sontak
Songhee.
TAP TAP TAP "Hentikan semua
ini..!!!" Miyoung sampai disana dengan nafas terengah, tak ada ba bi bu..
ia menarik Sang adik pergi dari tempat itu. "Mianhae JoonMyeon-a, kau
harus menunggu" Ia membawa lari Songhee dari sana. "Ya Miyoung
noona!!" Sentak Suho tak diperdulikan Miyoung.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Ah eonnie.. huhh.. huhh"
Songhee menghempaskan tangan Miyoung "Eonnie kenapa mengajakku berlari
begini, heels ku membuat kaki ku sakit"
Miyoung menoyor kepala Songhee "Ya paboya.. kau masih belum
mengerti juga? Event ini diadakan Joonmyeon untuk menyatakan cinta
padamu!"
Songhee terdiam "Mwo?"
"Eomma, Appa juga kedua orang
tua Suho juga berada disini, ia serius ingin menjadikan mu pasangan
hidupnya" Jelas Miyoung.
"Kalau begitu aku harus
lari" Ujar Songhee seenaknya. "Terimakasih telah menyelamatkan ku
eonnie"
"Aku justru datang untuk
meminta mu menerima pernyataan cinta Suho!"
Hati Songhee sakit mendengar Sang
kakak mengatakan hal semacam itu padanya "KAU KAKAK KU! BISA-BISANYA KAU
MEMINTA KU MENERIMA NYA! Aku hanya mencintai Chanyeol eonnie tau itu.."
PLAKKKK.. Sebuah tamparan Miyoung
daratkan di pipi Songhee. Ia tahu ia akan menyesalinya meski begitu ia tetap
melakukannya.
Songhee meneteskan air mata
"Hiks.. hiks.." Songhee sangat kecewa dengan sikap Miyoung. Miyoung
juga meneteskan air matanya "Mian.. tapi aku ingin kau berfikir lebih jauh
sekali saja. hiks.. Sudah kukatakan..Eomma, Appa dan kedua orang tua JoonMyeon
berada disini Lee Songhee, Jika kau pergi ataupun menolak JoonMyeon malam ini..
Kau juga tidak akan pernah bisa bersama dengan Chanyeol. Eomma dan Appa tidak
akan pernah menerimanya, mereka akan membandingkan Chanyeol dan JoonMyeon,
sementara kau tau JoonMyeon sudah memiliki tempat tersendiri di hati eomma dan
Appa. hikss.. Ini pasti sulit untuk mu, tapi jika kau menolaknya.. semua bisa
semakin sulit. Biarkan malam ini berlalu, kita bisa membicarakan dengan
JoonMyeon setelah ini, aku yakin meskipun ia begitu menyebalkan, ia pasti
mengerti dan bisa melepaskan mu. Aku akan meminta Suho yang mengakhiri hubungan kalian, sehingga eomma
dan appa tidak akan menganggap hubungan berakhir karena kesalahan mu. Dengan
begitu saat kau membawa Chanyeol kehadapan mereka nanti, meski mereka juga
pasti akan tetap membandingkan, tapi setidaknya mereka tidak akan menekan habis
Chanyeol"
Miyoung benar.. Menolak ataupun
pergi dari tempat ini akan mempersulit hubungan Songhee dan Chanyeol
kedepannya, mengingat keluarga keduanya begitu dekat. Songhee mendekap erat
Sang kakak "Eonniee.. hiksss aku takut hikss aku takut kehilangan
Chanyeol.. hikss aku takut"
Miyoung mengelus punggung Songhee
"Kita akan langsung bicara padanya.. agar Chanyeol tidak salah paham, aku
akan menahan Chanyeol agar tidak pergi sampai acara selesai.. uljima.."
"Hiks.. hikss.."
***
Baik Kedua orang tua Suho maupun
Songhee keluar dari persembunyian mereka, mereka mempertanyakan apa yang
terjadi. Saat mereka keluar semua yang datang disana sudah tahu pasti maksud
sebenarnya dari Event ini, termaksud Chanyeol. Baekhyun dan Chen menatap
kearahnya, mereka sadar perasaan Chanyeol pasti hancur saat itu
"Chanyeol-a.. Songhee belum tentu menerima kalaupun Suho hyung menyatan
cinta padanya" Hibur Chen. Baekhyun hanya diam, ia memiliki firasat kurang
baik sejak awal, bukan D.O tapi Chanyeol.. sama saja kedua orang itu sama-sama
sahabatnya.
Micha disampingnya juga terlihat
sangat terpukul "Kedua orang tua mereka disini, bagaimana cara Songhee
menolak" Ucap nya sedih. "Kasihan Chanyeol" suara Micha sangat
pelan, ia tidak ingin ucapannya terdengar banyak orang, hanya Luhan dan
Baekhyun yang berada di dekatnya yang mendengar. Sungchan yang berdiri di
samping Chanyeol terus menggenggam tangan Chanyeol, berharap itu dapat
menguatkan adiknya. Cukup apa yang telah terjadi pada dirinya, ia tidak ingin
hal serupa terjadi pada sang adik.
"Noona"
"Eum"
"Malam ini aku ingin menonton
fim horor lagi dengan noona"
"Kita bisa menonton sampai
pagi.. aku akan menemani mu"
Chanyeol merangkul Sungchan.
"Na.. Happy Virus Park Chanyeol.. Aku harus selalu terlihat bahagia..
bukankah begitu?" Ujarnya membuat Sungchan miris.
Setelah hampir 30 menit lebih,
Songhee dan Miyoung kembali ke tempat event berlangsung. Miyoung memoles
sedikit wajah sang adik agar tidak terlihat sekali ia habis menangis.
"Kalian berdua dari mana saja,
jangan pergi begitu saja" Ujar Ny. Lee kepada kedua anaknya.
"Acaranya belum selesai
eomma?" Tanya Miyoung seolah tak tahu. Pakkk Ny.Kim memukul bokong anaknya
"Aigoo.. ini juga gara-gara kau terlalu lama bicara JoonMyeon-a"
"Mianhae eomma.. jangan
memukul ku dihadapan Calon ku ehem.." Jawab Suho.
Sudut mata Songhee menemukan sosok
Chanyeol, mereka saling bertatapan meski jarak diantara mereka cukup jauh,
Chanyeol tersenyum tenang memberikan semangat untuk Songhee. Songhee yakin
Chanyeol sudah bisa menduga Suho akan mengungkapkan cinta pada Songhee, tapi
mengapa ia masih tersenyum tenang seperti itu. Songhee semakin takut, ia takut
Chanyeol akan sakit hati.
Suho menggenggam tangan Songhee
"Aku tidak akan bertele-tele lagi.. Aku sempat ragu dan berfikir mungkin
aku salah paham tentang perasaan mu pada ku. Tapi disaat itu kau kembali
menyadarkan ku, kau juga menginginkan ku.. Kemarin kau mengatakan padaku, kau
akan memberikan hadian untuk seseorang yang berarti bagimu, kau bilang
mengajakku karena kau ingin aku membantu mu mencari hadian tersebut, tapi
ternyata hadian yang kau pilih adalah hadiah pilihan ku.. dan untuk diriku. Tak
kusangka kau begitu manis Lee Songhee."
Suho 100% salah paham atas kejadian
kemarin. Songhee memang memberikan jaket yang Suho sukai untuk Suho, tapi itu
hanya sebagai hadian karena Suho telah mengantar Songhee membeli hadiah untuk
Chanyeol. Songhee menyesali perbuatan baik justru disalah artikan oleh Suho. "Karena
itu" Suho berlutut di hadapan Songhee, ia mengeluarkan kotak cincin yang
memang sudah disiapkan nya "Maukah kau menjadi kekasih ku Lee
songhee"
Ny. Kim dan Ny. Lee tersenyum
sumringah atas pemandangan dihadapan mereka saat itu. Mereka sudah memimpikan
menjadi besan dalam waktu yang lama. Miyoung setia memeluk Songhee dari
belakang sedari tadi, ia tidak meninggalkan sang adik sendiri disaat berat
seperti itu. "You are strong, Lee songhee" Bisik Miyoung di telinga
Songhee. Songhee menitikkan air mata nya kembali "Hiks.. Ne.. Ne Suho
Oppa" jawabnya. "Hhhh~ Hiksss.."
Tepuk tangan hampa dilakukan oleh
teman-teman mereka yang datang, hampir semua dari mereka mengetahui tentang
hubungan Chanyeol dan Songhee, mereka tidak tahu harus bahagia atau bersedih
dengan kenyataan Ini. Mereka yang bahagia dengan keputusan itu hanya Suho dan
Ny. juga Tuan Kim dan Lee saja.
***
21.00 (09.00 PM)
Minhyo berada di ruangan kerja
Miyoung. Kris baru bangun dari mimpi indah nya, Ia tertawa terbahak melihat
Minhyo menangis "Bwhahaha Patrick.. kenapa menangis begitu? Kau sedih
karena jongdae tidak jua menyatan cinta pada mu ya? ahhaha"
"Hikss.. Hikss kasihan
Chanyeol hikss Songhee juga, Suho bodoh sekali.. Dimana ia letakkan mata nya
selama ini, apa yang ia lihat? bodoh! " Umpat Minhyo.
Kris kebingungan "Ah Wae?
Chanyeol, Songhee, Suho?"
Minhyo memukuli Kris saking sebalnya.
"Aw. aw.. Ya.. Mwoya..
aww"
"Makanya kau jangan tidur
terus, sampai-sampai sepupu mengalami masalah kau tidak tahu"
Clekk.. Pintu ruangan itu terbuka.
Miyoung masuk ke dalam sana, diikuti Songhee dan Chanyeol. "Kalian bicara
lah berdua.. kupastikan tidak akan ada yang masuk" Ujar Miyoung. Ia
melirik Kris dan Minhyo "Kalian berdua ikut aku keluar dulu"
***
Songhee menjelaskan pada Chanyeol
hal yang sebenarnya terjadi "Aku tidak memiliki pilihan lain Chanyeol-a,
maafkan aku.. "
"Gwenchana"
Songhee tersenyum mendengar jawaban
Chanyeol "Goma..."
"Tolong jangan beri tahu Suho
Hyung" Potong Chanyeol. Tubuh Songhee membeku seketika "A..Apa maksud
mu?"
"Songhee-ah.. Suho hyung tulus
mencintai mu, Ia mencintaimu bahkan sebelum aku bertemu dengan mu" Chanyeol
berusaha untuk terus mengatur nafasnya "Ia tidak pernah merebut mu dariku,
akulah.. yang telah merebut mu darinya"
Songhee menutup kedua telinganya,
ia sangat takut.. sangat takut "Hajima, aku tidak mau kau melanjutkan
kata-kata mu, hajima Park Chanyeol" Ia membuang muka dari Chanyeol, tak
terhitung lagi berapa tetes air mata yang telah membasahi pipinya.
"Songhee-a" Sebut
Chanyeol lirih. Chanyeol menahan bahu Songhee "Suho hyung sudah ku anggap
seperti kakak ku sendiri, terlepas dari segalanya. Aku telah berhutang banyak
pada nya, ia menyelamatkan ku dari kehidupan ku yang menyakitkan sebelumnya,
aku tidak bisa egois. Kau harus belajar mencintai Suho hyung. Lupakan. ....
aku"
PUUKK.. PUKKK.. Songhee meronta, ia
memukul dada Chanyeol berkali kali "shireo.. Shire!!! SHIREO..!! Ahhh~
Hiksss hiksss hh..Kau jahat Chanyeol, kau jahat"
"Mianhae.. mianhae Songhee
Hiks.. Aku tidak ingin menikam Suho hyung dari belakang, hiks.. ia sudah
terlalu banyak melakukan berbagai hal untukku, mianhae"
"AKU PASTI SEDANG BERMIMPI..
AKU PASTI SEDANG BERMIMPI" Songhee menarik pakaian Chanyeol, ia frustasi
karena Chanyeol lebih memilih melepaskannya "KATAKAN PADA KU, BAHWA AKU
SEDANG BERMIMPI PARK CHANYEOL..KAU BUKAN PARK CHANYEOL KAU... hiksssssss
aaaaaarrrhhh~"
"Mianhae.."
"HAJIMAAA!"
"Mianhae.."
Songhee mendorong Chanyeol dengan
kuat "Kau pasti bukan Chanyeol, kau bukan Chanyeol.. pergi dari hadapan
ku"
***
Miyoung di depan pintu mendengar
semua pembicaraan mereka, hal ini berada diluar perhitungannya "Andwe..
Hiksss andwee.. Songhee mianhae.. hh" Miyoung memukul-mukul keras
kepalanya sendiri "Neo Paboya Lee miyoung, neo pabaya hhh~"
"Miyoung-a hentikan" Kris
menarik Miyoung kedalam pelukannya sebelum Miyoung menyiksa dirinya sendiri
"Tenanglah..."
"Semua ini kesalahan ku Kris..
semua ini kesalahan ku hikss..." Umpat Miyoung pada dirinya sendiri.
"Tenanglah.." Ujar Kris
mempererat pelukannya.
"Eonnie ini bukan kesalahan
mu" Seru Minhyo ikut menenangkan. Pintu ruangan itu terbuka, Chanyeol
keluar dari dalam sana tanpa mengatakan apapun.
***
"Chanyeol-a kau mau
kemana?" Chen mengikuti Chanyeol, ia tidak ingin Chanyeol berbuat nekat.
"Aku ingin ke rumah Suho
hyung"
"Untuk apa?"
"Membereskan barang-barang
ku" Chanyeol berjalan semakin cepat menuju halte bus, Chen mempercepat langkahnya
untuk mengejar Chanyeol.
"Ya Aku ikut, Aku tidak bisa
tetap berada disana kalau tidak ada kau, tapi kita akan tinggal dimana? Aku
tidak punya rumah disini"
Chanyeol memberikan kunci rumahnya
pada Chen "Kau bisa tinggal di rumah ku dulu jika kau mau, malam ini aku
akan menginap di rumah Kris hyung"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Eunkyo sudah hampir 1 jam berada
dikawasan danau, ia langsung pergi sebelum event tadi selesai, Ia tidak ingin
menangis, ia tidak boleh menangis, ia melakukan apapun untuk menenangkan
dirinya. Menyendiri, itulah pilihannya. Di dalam tas nya ia membawa beberapa
buku, ia mencoba melupakan apa yang terjadi dengan membaca buku sendirian di
pinggir danau. Ia membaca buku ke 3. Ada yang aneh dalam buku itu. Beberapa
bagian dari buku tersebut sudah diberi warna, ia tidak yakin buku itu miliknya.
Eunkyo membuka halaman paling awal buku tersebut, tertera nama `Do Kyungsoo`
disana.
"Buku itu ini milik Kyungsoo,
pasti tertukar" Ujarnya. Eunkyo memiliki beberapa buku yang sama persis
dengan Kyungsoo. Mereka juga sering bersama, jadi normal jika buku mereka
tertukar. EunKyo tertarik dengan beberapa kata yang telah digaris bawahi dan
diberi warna oleh Kyungsoo dalam buku itu.
Fate is like a strange, unpopular restaurant filled
with odd little waiters who bring you things you never asked for and don't always
like.
Knowing too much of your future is never a good thing.
Some things are destined to be -- it just takes us a
couple of tries to get there.
Fate is never fair. You are caught in a current much
stronger than you are, struggle against it and you'll drown not just yourself
but those who try to save you. Swim with it. and you'll survive.
"All about fate? Mwoya
Kyungsoo-a.." Ujar Eunkyo "Sigh~" Eunkyo mulai bosan, Ia
mengambil sebuah batu kecil yang ada disekitarnya "Dapat kah kutemukan
takdir ku dengan cara ini" Eunkyo melemparkan batu kerikil tersebut ke
dalam danau. Gluppp~ Selang 2 detik Glupp~ batu lain terdengar masuk kedalam
danau. Eunkyo menaikkan alisnya, ia hanya terkekeh pelan "Jika kutemukan
haraboji tua renta didekat sini, berarti ia jodoh ku =_=, danau ini tidak
adil.." Tawa Eunkyo. Meski ia tidak percaya, tapi karena penasaran, ia
mencari-cari sang pelempar batu selain dirinya. Eunkyo menjatuhkan semua buku
ditangannya saat ia menemukan namja yang melemparkan batu bersamaan dengannya.
Memory nya memutar kalimat terakhir yang sempat ia baca dari buku milik
Kyungsoo.
People who are meant to be together find their way
back, they may take a few detours, but they're never lost.
~ To Be Continued ~