~CAST~
SMALLKEY MEMBER AS YEOJA CAST
Kim EunHee ( f(x) Victoria)
Wu Yoora (f(x) Krystal),
Oh InKyung (BPPOP Kang Inkyung),
Kim minhyo (HV Yoonjo),
Park Sungchan (Ulzzang Ryu Hyeju),
Xi Yi Jie / Micha (IU),
Lee Miyoung (SNSD Yoona),
Lee Songhee (f(x) Sulli),
Kim EunKyo (AOA Hyejeong)
EXO MEMBER AS NAMJA CAST
Kim Minseok (Xiumin)
Kris Wu
Xi Luhan
Do Kyungsoo (DO)
Byun Baekhyun
Kim Jongdae (Chen)
Zhang Yixing (Lay)
Park Chanyeol
Kim JoonMyeon (Suho)
Huang Zi Tao (Tao)
Kim Jongin (Kai)
Oh Sehun
☆*:.。. o)o .。.:*☆
PoV : Minseok
09.45 AM
"Jadi kau membawa Eunhee pergi
tanpa izin Kai dan bibi nya Eunhee itu?" Tanya Luhan tak percaya setelah
mendengar ceritaku. "Sudah 2 tahun aku tak bertemu dengan Eunhee, sedih
juga rasanya melihat ia tak bisa bicara begitu" Ujar Luhan.
Aku dan Luhan membiarkan Sunchan
menemani Eunhee. Meski menurut Luhan, Sungchan tak begitu mengenal Eunhee.
Karena sebelum apa yang Eunhee alami, Sungchan baru beberapa bulan saja tinggal
di rumah Kris, ia juga hanya banyak mendengar tentang Eunhee dari Kris.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Eunhee? aku justru tak tau.. Aku bertemu
dengannya belum lama ini di perkebunan bunga" Tak kuceritakan pada Luhan
bahwa aku bisa dekat dengan Eunhee karena sering memanjat masuk ke kamar Eunhee
diam-diam, haha cukup aku saja yang mengetahui hal tersebut.
"Rumah Eunhee awalnya tak jauh
dari danau ini.. Tak jauh dari rumah Suho, ah.. Kau kenal JoonMyeon?"
Tanya Luhan sebelum melanjutkan ceritanya.
Aku tak bisa mengatakan aku
mengenal Kim JoonMyeon dengan baik, bahkan mengenal anak itu sejak kecil
ataupun mengatakan ia adalah sahabatku "Ani.. Tapi aku pernah dengar ia
adalah anak pemilik academy"
"Ne ne.. Benar, rumah Eunhee
tak jauh dari rumah Suho.. Sekitar 2 tahun yang lalu, kudengar ayah dan Ibu
Eunhee meninggal dalam kecelakaan mobil, tak tau pastinya bagaimana.. Tapi
sejak saat itu Eunhee dan Kai pindah rumah ke dekat rumah ku. Meski begitu..aku
tak pernah bertemu dengan Eunhee, hanya sering melihat Kai" jelas Luhan
menceritakan. Ia sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga ku "Tapi.. Juga
sempat tersebar kabar bahwa orang tua Eunhee dibunuh" Ia menjauh kembali
"Kalau dipikir lebih dalam lagi, itu cukup masuk akal melihat bagaimana
keadaan Eunhee setelah itu. Aku dan Kris menduga sesuatu yang buruk telah
disaksikan oleh Eunhee, sehingga ia menjadi depresi dan trauma berat. Awalnya
aku tak percaya, tapi setelah sekian lama aku baru menyaksikan sendiri bahwa
keadaan Eunhee separah ini" Luhan melihat miris ke arah Eunhee.
"Dia selalu ketakutan.. kasian
sekali dia" Ujar ku pada Luhan.
Luhan mengangguk "Kris juga
kasihan sekali..sigh.. padahal baru dua bulan ia dan Eunhee menjadi sepasang
kekasih, hari berikutnya semua berubah begitu saja"
DEG.. kekasih? Jadi Kris dan
Eunhee.. Aku tersenyum parau, baru kusadari mengapa
Kris begitu mencoba membuat Eunhee
merasa aman saat kami bertemu dengan Eunhee saat itu. Caranya menatap Eunhee
juga berbeda, seandainya Eunhee sehat saat itu, ia pasti sudah memeluk Kris.
Mengapa ini sedikit menyakitkan bagiku, seharusnya aku bahagia.. mungkin.
"Mereka seharusnya hidup bahagia" ucapku basa basi.
"Eum.. Ah, ngomong-ngomong kau
tinggal dimana xiumin?" Tanya Luhan. Mendadak
seluruh otakku beku mendengar
pertanyaan Luhan, bagaimana aku harus menjawabnya "E.. Eum.. Tak jauh dari
sini"
"Hahhaa.. kau pasti anak orang
kaya" Canda Luhan.
"Aniya.. Aku hanya anak
seorang pesuruh yang tinggal di salah satu rumah- rumah besar itu hhahah..
Nasib ku tak lebih baik dari mu kawan" Jawab ku juga dengan canda.
"Ahhaha gurae, ah ini
kuperlihat beberapa foto-foto kami dulu.." Luhan mengeluarkan
Handphonenya, ia memperlihatkan banyak foto yang ia simpan.. Ah.. Semakin
membuat ku iri, mereka terlihat sangat bahagia disana, kehidupan Eunhee pasti
menyenangkan sebelum ini, seandainya ini adalah kenyataan, aku berharap aku
bisa bertemu dengannya lebih awal. Sayang.. semua ini pun hanya sekedar mimpi
bagiku.
***
POV : Eunhee
09.48 AM
Sungchan memperlakukan ku seperti
yeoja normal saja, ia tak perduli Aku dalam keadaan apa. Sesungguhnya aku
merasa nyaman diperlakukan seperti ini. Karena setiap kali aku diperlakukan
berbeda akan semakin membuat ku merasa tak normal. Toh keadaan ku saat ini juga
tak seperti apa yang semua orang pikirkan tentang ku. Semua ini berkat Xiumin,
entah namja itu berasal dari mana, ia memasuki kehidupan ku, dan menyadarkan ku
bahwa aku tak boleh terkalahkan oleh rasa takut ku, masih banyak hal yang harus
kulakukan, aku harus bisa melindungi diriku, melindungi orang-orang yang kusayangi,
melindungi Kai.
"Eonnie.. Kau mau
permen?" Tawar Sungchan.
Ku tatap Sungchan begitu lama,
wajah Sungchan sedikit asing bagi ku. Aku tersenyum setelah itu, mengingat
Luhan tadi sempat memperkenalkan Sungchan sebagai yeojachingu nya. Ia juga
memberi tahu bahwa Sungchan adalah sepupu dari Kris, Sungchan pasti sudah tau
dari Kris mengenai hubungan ku dengan Kris. Banyak hal yang sudah kulewatkan
selama 2 tahun ini, kupikir dulu Miyoung dan Luhan akan menjadi sepasang
kekasih kelak, ternyata saat ini sahabat baikku Luhan memperkenal- kan yeoja
lain sebagai yeojachingunya, hidup ini terus berputar, aku adalah satu-satunya
yang tak tau sejauh apa semua telah berubah. Ku anggukkan kepalaku, ku ambil
permen yang Sungchan tawarkan padaku. Sungchan memberikan 2 buah permen. Ku
buka salah satu bungkus permen tersebut. Aku pamit pada Sungchan untuk pergi
sebentar dengan bungkukkan badanku, lalu aku berjalan pelan menuju Xiumin dan
Luhan. Ku sentuh pundak Xiumin pelan.
"Ne? Waeyo Eunhee-a?"
Tanya Xiumin sambil tersenyum. Caranya tersenyum selalu
menenangkan ku, tak ada seorangpun
yang membuatku merasa nyaman lebih dari Xiumin. Ku buka mulut ku memberi tanda
pada Xiumin untuk membuka mulutnya juga. Xiumin membuka mulutnya, ia terlihat
lucu.bAku tersenyum kecil lalu memasukkan permen tersebut ke dalam mulut
Xiumin.
"Eummm..~ Manis... gomawo
Eunhee-a" Ujar Xiumin.
***
POV : Author.
Luhan memiringkan kepalanya melihat
gelagat tak biasa antara Xiumin dan Eunhee. Matanya berkedip berkali-kali, ia
juga memindahkan pandangannya dari Xiumin ke
Eunhee, Eunhee ke Xiumin seperti
orang bodoh.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
05.00 PM (17.00)
Pesanan hari itu berhasil
tertanggulangi, Miyoung sangat bersyukur banyak orang yang membantunya hari
ini, bahkan pembeli di toko bunga juga tiba-tiba saja menjadi lebih ramai dari
biasanya akibat kehadiran beberapa orang disana sebagai pemanis(?) toko bunga. Miyoung
menyerahkan sejumlah uang yang telah ia pisahkan didalam amplop-amplop putih
sebagai gaji untuk pekerja 'dadakan' toko bunga hari itu.
"O.. Miyoung noona, tidak
salah? Ini banyak sekali, kami hanya bekerja sehari" Seru Chen yang tanpa
pikir panjang langsung melihat isi uang di dalam amplop.
"Gwenchana ^^ ambilah, kalian
pantas mendapatkannya, terima kasih telah membantu ku hari ini ^^" Ujar
Miyoung yang bahkan memberi bayaran pada Songhee adiknya sendiri. Tao yang baru
datang setelah semua hampir pulang, menyesal sekali karena hanya ia yang tak
mendapatkan 'amplop' "Hyung.. Hyung bisa membelikan ku makanan kalau
begitu"
"Ah shireo... bisa-bisa semua
uangku habis hanya untuk membelikan mu makanan" Selak Chen.
"Siapa suruh tadi kau tidak
ikut bekerja, padahal pekerjaannya mengasikkan, hanya memotong bunga"
Tambah Chanyeol. Chen berbisik-bisik pada yang lain "Ayo kita makan-makan,
tapi jangan ajak Tao" Ujarnya.
"Ne.. Aku ikut" Jawab
Songhee
"Nado" Ujar Chanyeol. Baekhyun
tersenyum tengil, ia menyodorkan amplop miliknya pada Tao "Ini Tao, untuk
mu saja"
Tao terharu, tapi tangannya
langsung menyambar amplop tersebut "Gomawo Baekhyun Hyung, kau orang
paling..." Tao membuka amplop pemberian Baekhyun, dan tentu saja..
Isinya... Kosong. Tao terdiam, ia menatap Baekhyun dramatis "Jahat". Baekhyun
tertawa puas diikuti Chanyeol dan Chen juga Songhee dan Micha. Terpaan angin
disekitar Tao membawa langkahnya pergi dengan semakin Dramatis.
"Di dunia ini memang tak ada yang
menyayangi ku, aku tidak bertemu Yoora dan tidak juga mendapat uang untuk makan
hiks.."
"Kalian..ckckck" Decak
Suho, Ia mengejar Tao "Tao-a.. Kau bisa ambil milik Hyung" Ujar Suho
sembari mengerjar Tao.
"Mereka berdua anak aneh"
Ujar Miyoung.
"Begitulah" Jawab Kris
"Kau tidak punya kata-kata
lain huh!"
"Ahhaha"
***
Chen dan Chanyeol merangkul Tao
"Hyung bercanda Tao-a, ayo ikut kami makan-makan" Ajak Chen
"Benar Hyung?" Tanya Tao
menyakinkan "Hyung yang bayar ya?" Tambahnya lagi, ia mengantungi
amplop milik Suho yang Suho Ikhlaskan(?) untuknya.
"Rrrrr.. Kau kan sudah dikasih
uang oleh Suho Hyung =_=" Chen langsung menjauh dari Tao, begitu juga
dengan Chenyeol.
"Sudah-sudah aku akan membayar
semuanya, ayo kita makan-makan bersama" Ajak Suho pada semuanya. Mereka
semua berhenti didepan perkebunan bunga "Kalian mau makan apa?" Tanya
Suho.
"Pizzaaa!!" Seru
Chanyeol.
"Chicken!" Jawab Chen.
"Sushi" Jawab Songhee.
"Pasta!" Jawab Minhyo.
"Semuanya" Jawab Tao. Semua
mengerutkan dahi dan menatap ke arah Tao =_= . Selagi yang lain berdiskusi
tentang kemana dan apa yang mereka ingin makan, pandangan Lay terus terarah ke
sisi kiri, kearah jalan menuju rumah Inkyung, ia menghela nafas berfikir
bagaimana dan alasan apa yang bisa ia gunakan untuk bisa pergi kerumah Inkyung
sementara ada Suho disana."Mian..Tapi aku tak bisa ikut" Jawab Micha.
Wajah Chanyeol cs. terlihat kecewa "Wae noona.. Noona tak pernah sekalipun
jalan-jalan dengan kami, ini juga baru jam 5, ayolah noona" ujar Chen.
"Iya eonnie, nanti kuantar
sampai rumah lagi, aku janji" Tambah Songhee.
"Eum.. Aku.. Aku dan Lay ada
urusan" Jawab Micha lagi. Lay melirik kearah Micha, ia tersenyum tipis
"Mian, tak apa kan pergi tanpa kami?" Tanya Lay pada yang lain. Suho
menggeleng pelan "Pasangan baru selalu begitu.. Baiklah kami tak akan
memaksa kalau kalian memang tak mau kencan kalian terganggu oleh kami"
Jawab Suho. Lay dan Micha pun pergi lebih dulu.
***
"Aku juga harus segera
pulang" Seru Baekhyun.
"YA! Baekhyun.. Kau tidak asik
sekali" Seru Chen. Berselang beberapa menit saja, Sebuah mobil mewah
melintas dan berhenti tepat didepan perkebunan bunga, seorang supir turun dan
menyapa Baekhyun " Silahkan Tuan muda..". Baekhyun terkekeh
"Lain kali aku akan ikut heheh.. Annyeong" Pamitnya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Lay dan Micha berjalan santai
menuju rumah Inkyung "Gomawo" Ujar Lay.
"Cih.. Dari awal kau ikut
datang juga aku sudah tau kau ingin bertemu dengan Inkyung, kau bilang dari
tadi seharusnya, aku bisa pura-pura pulang lebih dahulu dengan mu" Seru
Micha.
"Tapi kasihan Miyoung noona,
disana sedang repot sekali tadi".
"Eum.. Araseo"
Mereka sampai disebrang rumah
Inkyung, Inkyung terlihat berpakaian rapi seperti ingin pergi, disana juga ada
Sehun, Kai, dan Yoora. Yoora melambaikan tangan pada Micha, begitu juga dengan
Micha. Inkyung sendiri langsung menyebrang jalan dengan ekspresi kesal.
"Jadi ini yang Oppa lakukan
jika tidak ada aku!" Bentak Inkyung sesaat setelah ia sampai dihadapan
Micha dan Lay.
"Jangan salah paham dulu,
YiJie justru pergi kesini bersama ku untuk menghindari Suho mengetahui aku akan
menemui mu" Jelas Lay.
"Ara.. Kuharap ia tak
memanfaatkan keadaan ini untuk sering berada didekat mu saja" Sindiri
Inkyung, ia memandang rendah ke arah Micha "Siapa yang tau isi hati
seseorang.. bisa jadi ia menyimpan rasa pada mu, kuharap gadis buruk rupa ini
bisa sadar diri.. Ia tak pantas untuk mu, bahkan tak pantas untuk namja
rendahan sekalipun"
"Inkyung!" Gertak Lay.
"Wae!! Kau tidak suka! Semua
yang kuucapkan adalah kenyataan" Bentak Inkyung. Ia kembali menyebrang
jalan dan meninggalkan Lay ketika melihat sebuah mobil mewah kini telah
berhenti didepan rumahnya.
"Aku duluan" Pamit Micha
pada Lay. Micha berjalan lebih dahulu. Pandangan-nya mengarah pada Inkyung
disebrang jalan sana, Inkyung dan adiknya Sehun memasuki mobil mewah yang
berhenti didepan rumah mereka. Micha teperangah, ia mengucak-ngucak matanya
meyakinkan ia melihat seorang namja mirip Baekhyun didalam mobil tersebut.
Begitu Inkyung masuk ke dalam
mobil, namja mirip itu Baekhyun membuang muka, dan tanpa sengaja ia juga
melihat kearah Micha. Tatapan nya dingin, tak seperti Baekhyun yang Micha
kenal, ia juga terlihat menghindari Micha, ia pura-pura menunduk untuk
mengambil sesuatu. "Apa itu Baekhyun? Tapi kalau itu Baekhyun untuk apa
mobilnya menjemput Inkyung? Atau mungkin aku salah lihat"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
06.30 PM (18.30)
D.O dan Eunkyo menunggu bus di
halte, mereka baru saja pergi ke sebuah toko buku yang biasa dikunjungi D.O
sendiri. Mereka cukup bosan karena sudah lebih dari 30 menit bus yang mereka
tunggu tak jua datang. Eunkyo membuka salah satu buku yang tadi ia beli, ia
membaca buku tersebut untuk menghabiskan waktu. Sedangkan D.O sendiri mengecek
handphonenya, terdapat beberapa foto yang baru saja di post oleh Chanyeol,
Chen, Tao dan juga Songhee. D.O terkekeh kecil melihat semua update yang
dilakukan teman-temannya itu. "Ada apa?" Tanya Eunkyo masih terfokus
pada bukunya, ia hanya melirik D.O sekilas saja.
"Aniya.. Hanya saja sepertinya
teman-teman ku sedang berkumpul setelah selesai bekerja diperkebunan, kau ingin
kesana? Ada Suho hyung juga" Tawar D.O pada Eunkyo tenang. Eunkyo langsung
menengok "Jincha! Apa tak masalah..?"
D.O tersenyum tenang "Eum
gwenchana ^^, kalau begitu kita harus menyebrang jalan, bus menuju pekebunan
bunga ada di halte sana" Ujar D.O. Eunkyo membereskan buku-buku yang
sempat ia keluarkan selama menunggu bus tadi, perasaannya begitu bahagia malam
itu. Sedari tadi ia sedikit dilema antara ingin pergi ke perkebunan atau pergi
mencari buku, tapi karena ia sangat membutuhkan buku-buku untuk penunjang
pelajaran di academy juga pengusir kebosanan, ia memilih untuk pergi bersama
D.O ke sebuah toko buku yang direcomendasikan oleh D.O. Dan sekarang setelah
mereka selesai, ternyata masih ada kesempatan baginya untuk bertemu Suho juga.
***
Keduanya menyebrang jalan, di halte
tempat mereka menunggu bus saat ini jauh lebih ramai dari halte sebelumnya.
Eunkyo melihat sekitarnya, tak ada tempat duduk yang tersisa. "Ramai"
ia mendengar D.O mengucapkan hal tersebut. Eunkyo mengangguk mengiyakan.
Setelah kata-kata tersebut, tak sepatah katapun lagi diucapkan oleh keduanya. Sekitar
10 menit, bus yang mereka tunggu akhirnya datang, sebagian orang yang sudah
menunggu sejak tadi naik ke dalam bus satu-persatu tanpa saling mendorong.
Eunkyo mengarahkan kakinya menaiki bus, namun tiba-tiba saja seorang namja
dengan terburu-buru mendahului Eunkyo untuk menaiki bus tersebut. Kasar dan
serabutan gaya namja tersebut, ia mendorong tangan Eunkyo sembarangan sehingga
Eunkyo kehilangan balance tubuhnya dan BUKKKK..
Eunkyo terpeleset ditangga naik
Bus. Keberuntungan masih menyelimut diri Eunkyo, tubuhnya ditahan oleh D.O yang
belum sama sekali naik karena menunggu Eunkyo naik tersebih dahulu.
"Eunkyo Gwenchana?" Tanya D.O. Eunkyo menengok kebelakang, ia
menemukan wajahnya dan D.O begitu dekat saat itu. Untuk beberapa detik Eunkyo
seperti tak sadar, ia menatap lurus ke arah mata D.O. Jantungnya berpacu cepat,
setengah shock karena ia pikir ia akan jatuh, juga setengah lagi ada perasaan
aneh yang entah berasal dari mana, membuat Eunkyo merasa sedikit tak nyaman.
"Ne" Jawab Eunkyo. Ia dibantu oleh D.O untuk kembali berdiri. D.O
berjalan mendahuluinya, tanpa basa basi ia menarik pelan tangan Eunkyo,
membimbing Eunkyo untuk naik ke dalam bus. Bus mulai berjalan. D.O dan Eunkyo
mencari tempat duduk kosong, sesuatu membawa langkah D.O terhenti. Ia menyentuh
seorang namja, tanpa sedikit pun emosi, ia tersenyum,
"Jwosonghamnida.. kau baru saja hampir
mencelakai temanku, lain kali kuharap kau akan lebih hati-hati". Namja itu
menundukkan kepalanya "N..ne.. mianhamnida" Ujar namja berseragam
sekolah middle school itu terbata.
"Gwenchana.. Kau pasti
terburu-buru" D.O lalu menarik Eunkyo untuk duduk dikursi belakang namja
tersebut. "Tidurlah sebentar nanti kalau sudah sampai aku akan
membangunkan mu". Eunkyo membulatkan matanya, untuk beberapa saat ia masih
sulit berkedip. Ia merubah posisi duduknya. Ia menatap keluar melalui jendela.
Seperti sedang dihantui, alih-alih membuang pandangan untuk mengilangkan
perasaan aneh yang sedang melandanya, perasaan itu justru semakin kuat karena
pantulan bayangan pada kaca jendela bus sekalipun masih melukiskan wajah D.O
yang duduk disampingnya. Eunkyo pun kembali merubah posisi duduknya, ia duduk
bersandar, juga menutup matanya perlahan. Tak ada perubahan, ia tetap tak
tenang. Ia membuka sebelah matanya, melirik D.O disampingnya.
"Kupikir akan mudah, tapi
tetap terdengar aneh" Ujar D.O diselingi tawa kecil.
"Apa?" Tanya Eunkyo kali
ini merubah posisinya kembali menatap D.O.
"Aku sedang mencoba untuk
tidak memanggil mu noona.. Hahah" Tawa D.O lagi.
"Eoh? Kau benar.. aku baru
sadar belakangan ini kau tidak memanggil ku noona" Seru Eunkyo. Ia
merasakan ada yang berbeda tapi belum menemukan dimana letak perbedaan itu.
"Psh.. kkk"
"Aku sudah berusaha, maaf
kalau membuat justru menjadi aneh, noona ^^" D.O kembali berujar tenang
"Karena aku dan Eunkyo noona sering bersama, aku mulai merasa aneh jika
terus memanggil mu noona, kucoba untuk memanggil nama noona saja, tapi ternyata
justru semakin terdengar kaku" jelas D.O mengembangkan senyum. Eunkyo
tersenyum kecil "Berusahalah lebih keras"
"Eo?"
"Kurasa lebih nyaman bagiku
dengan panggilan Eunkyo dibanding noona" Senyum Eunkyo terkembang tulus
"Karena setiap saat kau bersama ku,kau lebih banyak melindungi ku
dibanding aku melindungi mu.. sebutan noona yang kau ucapkan membuatku jadi
merasa bersalah, seseorang yang lebih tua seharusnya melindungi yang lebih muda
^^, jadi.. berusahalah memanggil ku Eunkyo mulai saat ini, sekalipun terdengar
kaku untuk mu, mungkin itu akan mengurangi rasa bersalah ku"
"Gurae.. kkk semoga itu tak
akan membuat mu jatuh cinta padaku" canda D.O "Menurut buku yang
kubaca panggilan akan mempengaruhi hubungan seseorang, jika aku tak lagi
memanggil mu noona, artinya perlahan kau akan melihat ku lebih seperti 'namja'
dibanding adik kelas hahaha" Canda D.O.
"Psh.. Siapa yang mengajari
percaya diri semacam itu pada mu?"
"Namja pujaan mu, Suho hyung
hahah... Dia namja paling percaya diri yang pernah ku kenal hahaha begitu kata
Chanyeol dan Chen" Jawab D.O.
"Ya! Neo!"
☆*:.。. o)o
.。.:*☆
07.00 PM (19.00)
Inkyung menuruni tangga. Ia
mengenakan sebuah dress putih dengan pita pink di bagian tali dress tersebut.
Ia membiarkan rambutnya tergerai, sesekali ia menyibak rambutnya tersebut.
"Neomu yeoppeo" Ujar
seorang yeoja setengah baya saat melihat Inkyung mulai memasuki ruang keluarga.
"Aku memang cantik sejak dulu,
sama seperti.. Ibuku" Jawab Inkyung menekankan kata 'ibu' . "Lagipula
bibi tak perlu basa basi, aku tau bibi tak suka melihat ku disini"
Baekhyun dan Sehun yang sudah lebih
dulu duduk di ruang keluarga sama-sana menahan emosi yang sekejap menyeruak
didada mereka. Sehun berdiri, ia segera menarik Inkyung. Ia membungkuk sopan
pada yeoja setengah baya yang tak lain adalah Ibu dari Baekhyun itu. Ia
mengajak Inkyung duduk disampingnya setelah itu. Kurang lebih 15 menit
setelahnya. Tap.. Tap.. terdengar langkah kaki beberapa orang disana. Sosok
seorang namja muncul dari balik dinding ruang keluarga. Baik Baekhyun, Sehun
juga Eomma Baekhyun berdiri menyambut kehadiran namja tersebut. Inkyung
satu-satunya yang langsung berlari kecil untuk menyambut namja tersebut
"Aboji" Serunya.
"Uri Inkyung.. Kau
datang?" Ujar namja tersebut.
"Tentu saja, aku merindukan
Aboji, Aboji sehat kan?" Tanya Inkyung memanja pada ayah kandungnya itu.
"Tentu saja.. Aigoo anakku
semakin cantik saja" Namja ini berjalan bersama Inkyung mendekat ke ruang
keluarga. Ia melihat Sehun membungkuk sopan, lalu menepuk pundak Sehun
"Sepertinya kau bertambah tinggi lagi". Sehun hanya tersenyum.
***
Selayaknya seorang ayah, tuan Byun
menanyakan mengenai nilai mereka di academy. Sehun, Inkyung, dan Baekhyun
masing-masing sudah membawa map berisi nilai mereka 2 semester terakhir.
Inkyung langsung memamerkan map nya pada sang ayah lebih dulu. Sedangkan
Baekhyun dan Sehun, menyentuh map di meja itu pun belum. Baekhyun menatap sang
Ibu, yeoja yang masih tetap terlihat cantik di usianya yang sudah tak muda lagi
itu terus mengambangkan senyum sejak tadi. Senyum itu terkadang membuat rasa
sakit tersendiri untuk anak semata wayangnya, Baekhyun. "Kau tersenyum
disaat seharusnya kau menangis, mungkin ibuku adalah satu-satunya istri yang
tetap tersenyum lebar melihat suaminya sedang bercengkrama bahagia bersama
seorang anak hasil perselingkuhan suaminya dengan yeoja lain. Tetap
memperlakukan baik anak wanita tak tau diri yang sesungguhnya bahkan tak perlu Ibuku sapa saat
bertemu." gumam Baekhyun dalam hatinya.
"Aboji... Aku meraih peringkat
ke 11 diakhir semester 2. Dan semester lalu aku meraih peringkat 9, dan aboji
tau.. Aku sudah upgrade class ke tingkat 3 semester ini" Pamer Inkyung
mencaei perhatian ayahnya.
"Kau selalu menjadi anak yang
bisa kubanggakan Inkyung"
Baekhyun masih tak menyentuh map
miliknya, ia berniat memberikannya, tapi Inkyung masih belum berhenti bicara
meninggi-ninggikan prestasinya, sang ayah juga nampak sangat bangga pada
Inkyung tanpa mau tau bagaimana cara Inkyung mendapatkan peringkat 9 "Kau
tidak menyerahkan surat panggilan dari academy, Inkyung-a" Seru Baekhyun
"Sudah diberikan satu minggu lalu, dan sampai detik ini belum ada
perwakilan keluarga mu yang datang ke academy, eomma mu sibuk sekali
nampaknya"
Pancaran mata Inkyung menajam
menatap Baekhyun. Dengan muka masam, Inkyung memberikan surat panggilan pada tuan
Byun "Aboji, ini bukan kesalahan ku, seorang yeoja tidak menyukai ku masuk
ke sebuah kelas, ia bilang, aku akan mengganggu namjachingunya, dan ia membuat
masalah pada ku setelah itu. Ia juga menyuruh komplotannya untuk mengerjai ku,
pada akhirnya akulah yang diberikan surat ini"
"Tak ada yang mengerjai mu,
kau yang menyuruh Eunkyo noona untuk mengerjakan tugas mu atas dasar keinginan
mu sendiri" Selak Baekhyun.
"Kenapa kau terus membuat
buruk namaku dihadapan Aboji, aku sudah mencoba tidak membongkar bahwa kau
adalah salah satu komplotan yeoja itu dihadapan Aboji, tapi kau memaksa ku
melakukannya" Gertak Inkyung.
BRAKKK..Tuan Byun menggebrak meja
"BYUN BAEKHYUN! Aku mengerti kau, Inkyung dan Sehun bukanlah saudara
kandung, dan kau mungkin juga tak menyukai Inkyung juga Sehun, tapi
bagaimanapun mereka tetaplah saudara mu, aku tak pernah mengajarkan mu untuk
menyerang saudara mu sendiri. Sejak kecil kau selalu menyusahkan, kau suka
berkelahi, nilaimu juga selalu buruk. Kau tak pernah sekalipun mendapat pretasi
yang membanggakan. Semakin dewasa kau semkain keterlaluan. Kapan kau berhenti
membuat masalah!.. "
Inkyung tersenyum puas melihat
Baekhyun langsung terdiam setelah mendapat bentakan sang ayah, Ibu dari
Baekhyun juga seketika pucat melihat sang anak diperlakukan seperti itu. Sang
Ibu terlihat menggenggam erat tangan Baekhyun. Baekhyun berdiri dengan tenang,
ia tak gentar mendengar ucapan sang ayah "Aku tak akan berhenti membuat
masalah, appa.. Selama kau memandang ku sebagai sebuah masalah, maka apapun yang
akan aku lakukan hanya akan berdampak buruk untuk kehidupan mu, mungkin juga
untuk kehidupan anak mu Inkyung" Ujarnya tenang "Aku tak ingin
menganggang acara keluarga ini, aku pamit ke kamar lebih dahulu.."
Baekhyun membungkuk lalu meninggalkan ruangan keluarga.
"Ini buah dari sikapmu yang
selalu memanjakannya! Besok kau datang ke academy untuk mengurus masalah
Inkyung" Gertak Tuan Byun pada nyonya Byun, Ibu Baekhyun. Nyonya Byun
hanya diam, ia mengangguk turut dan tetap duduk pada sofa nya, tanpa mengatakan
sepatah katapun.
Sehun mengambil map Baekhyun
"Baekhyun hyung tak pernah memperlakukan ku ataupun Inkyung noona secara
buruk di academy" Ujar Sehun angkat bicara. Mendadak suasana disana
menjadi hening.
"Ia juga tak pernah membuat
masalah apapun disana, sebagian sonsaengnim justru menyukai nya karena ia
begitu aktif dan memiliki pribadi yang menyenangkan" Sehun dengan hormat
menyerahkan map milik Baekhyun pada ayahnya "Kuharap Aboji berkenan
melihat ini lebih dulu sebelum mengatakan hal yang lebih menyakitkan lagi untuk
Baekhyun hyung, kurasa ia sudah berusaha keras untuk mendapatkan ini". Inkyung
menatap kesal Sehun karena membela Baekhyun dihadapan sang ayah.nNyonya Byun
menatap Sehun, ia tersenyum lega. Sejujurnya amat menyakitkan baginya juga Baekhyun
saat mengetahui suaminya memiliki 2 orang anak dari wanita lain yang bahkan tak
pernah dinikahinya. Tapi Nyonya Byun hanya diam, ia tak pernah memprotes
berlebihan apa yang terjadi, ia berusaha menyayangi Sehun dan Inkyung,
memperlakukan dan menyapa mereka setiap kali mereka datang. Tuan Byun mengambil
map yang Sehun berikan, ia terkejut melihat bahwa Baekhyun meraih peringkat 3
pada 2 semester lalu, dan meraih peringkat 1 untuk semester lalu, ia juga sudah
upgrade class ke tingkat 3 sama seperti Inkyung. Selama satu setengah tahun
terakhir, ia memang sibuk dengan pekerjaannya dan baru sekarang ia bisa pulang
ke rumah.
☆*:.。. o)o
.。.:*☆
03.00 AM
Baekhyun sudah menyerah untuk
menutup matanya. Langit-langit kamar yang luas menjadi pemandangan yang sulit
untuk lepas dari pandangan matanya sejak tadi. Ia tak pernah bisa mengungkapkan
rasa sakitnya, ia juga tak pandai untuk menangis. Baekhyun mengecek
handphonenya, sedikit tersenyum dengan foto-foto yang di share oleh Chanyeol,
Chen juga yang lainnya 6-7 jam lalu, setidaknya hanya itu yang bisa menghibur
perasaannya saat ini. "Mwoya.." serunya pelan.
POST »» Kim Jongdae
Aku rindu Baekhyun ku.. rindu Micha
noona ku...Sedang apa mereka sekarang T.T
POST »» Park Chanyeol
Hari ini terlalu indah untuk dapat
ku ungkapkan. Yuuuyuuu
REPLY [to Chanyeol Post] » Lee
Songhee
Thanks for today ^^
POST »» Huang Zi Tao
Aku masih lapar...
REPLY [to Tao post] » Kim Jongdae
Seharusnya kau habiskan semua kursi
dan meja disana, agar kau kenyang.
POST » Do Kyungsoo
^^
"Mereka semua bodoh
sekali" Ujar Baekhyun setelah membaca-baca posting Chanyeol, Chen, Tao dan
Songhee. Ia tersenyum kecil. Dapat ia ingat dengan baik bahwa teman-temannya
yang bodoh itulah yang sesungguhnya mengubah kehidupan Baekhyun.
"Kau
yang kerjakan tugas, aku malas" Baekhyun
"Oke"
Park Chanyeol
"Kau
orang bodoh atau apa, begitu bersemangat meski sedang dibudaki oleh orang lain,
mau jadi apa kau kelak" Byun Baekhyun.
"Hehe..
Aku tak memiliki seorang ibu yang akan memelukku ataupun seorang ayah yang akan
membanggakan ku jika aku meraih prestasi yang baik di sekolah. Tapi justru
karena hal tersebut.. Aku hanya ingin membuktikan pada diri ku sendiri bahwa
aku bisa bahagia dan meraih apa yang kuinginkan sekalipun dunia ini
menentangku" Park Chanyeol (3 years ago)
"Kau
dihukum lagi? Ini sudah jam 6, cepat selesaikan bersih-bersihnya, nanti semakin
gelap" Jongdae
"Jangan
menganggu ku, pergi kau sana" Baekhyun. Jongdae mengambil pel yang sedang
menggur, lalu membantu Baekhyun menjalani hukumannya. "lalalalal"
"Ya!
Aku tak butuh bantuan.. Berani nya kau mencampuri urusan ku, kau bahkan tak
mengenal ku, kau berani padaku huh, pergi atau aku akan menghajar mu"
Baekhyun
"Kenapa
aku harus takut padamu? Kau bukan mahluk buas yang akan menerkam ku, ya Byun
Baekhyun.. Namaku Kim jongdae, maukah kau menjadi teman ku?" Kim Jongdae
(2 years ago)
"Tak
ada kata terlambat untuk memperbaiki sesuatu, semua akan lebih baik saat kau
mencobanya. Tak ada jaminan juga pandangan seseorang akan berubah terhadap mu
jika kau menjadi lebih baik sekalipun, mereka yang berfikir buruk mungkin
selamanya akan berfikir kau adalah orang yang buruk. Tapi siapa yang perduli..
Mereka yang seperti itu berarti tak sungguh-sungguh menyayangi mu. Kau bisa
melakukannya untuk dirimu sendiri, dan untuk orang-orang yang selalu mendukung
mu saja, sebentar lagi kita akan lulus.. Akan ada dunia baru yang tak mengenal
kita sedikitpun, kurasa ini waktu yang tepat jika kau sungguh-sungguh ingin
merubah kelakukan mu. Aku tak mengatakan hal semacam ini pada banyak orang..
Aku mengatakan ini pada mu, karena kurasa kau adalah teman baikku" D.O (2
years ago)
------
Baekhyun menghela nafasnya, ia
kembali tersenyum tenang "Gomawo pabodeul, aku.. Akan berusaha semampu
ku.. Hwaiting Baekhyun-a" Serunya menyemangati diri sendiri.
***
Baekhyun merasa haus setelah
berjam-jam hanya diam tanpa melakukan apapun, ia keluar kamarnya menuju dapur.
Langkah Baekhyun terhenti begitu mendengar suara tangis seorang yeoja dari arah
dapur. Ia tak takut ataupun berfikir
tangaisan tersebut hantu atau apapun, karena suara tangis itu begitu
dikenali olehnya. Baekhyun mengendap-endap mengintip, ia bersembunyi di balik
dinding dapur. Helaan nafasnya memberat karena ia benar-benar menemukan Ibu nya
sedang menangis sendiri disana. Baekhyun berniat memasuki dapur untuk
menenangkan sang Ibu, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia menunggu.. terduduk di
anak tangga paling bawah. Membiarkan telinganya terus mendengar suara tangis
sang ibu. Ia kembali membuka account SNS nya, terdapat sebuah post baru disana.
"Hei.. Ini jam 3 pagi"
====
POV: Baekhyun
A year ago
Yeoja itu
lagi, setiap hari aku melihatnya yeoja bernama Xi Yi Jie itu di taman belakang
sekolah. Jika tidak tertidur disana, ia pasti bermain dengan boneka jari
seperti orang bodoh. Tak pernah sekalipun kulihat ia belajar ataupun membaca
buku, tapi bagaimana mungkin yeoja itu meraih peringkat 1 sejak ia masuk ke
academy, bahkan mengalahkan Suho hyung yang ku tau pasti memiliki kepintaran
diatas rata-rata. Kuhampiri ia, iseng.. Kutendang pelan tas miliknya. Aku tidak
berniat jahat, aku hanya suka mengoda anak ini. Ekspresinya hanya 2, membentak
atau jika sedang tidak mood dia akan diam saja. Yup.. kali ini ia sedang diam
saja. Aku duduk disampingnya. "Shimi Noona, aku mau minta ilmu agar aku
bisa menjadi peringkat 1 tanpa harus banyak belajar" Ujar ku.
Ia
menatapku tenang, ia selalu seperti itu, ia sedang memikirkan sebuah jawaban.
Ia seperti shimshimi yang akan selalu menjawab apapun yang orang lain tanyakan
ataupun ucapkan padanya. Xi YiJie (Micha) = Xi mi = Shimi. Kedua alasan
tersebut membuat ku sering memanggilnya Shimi. "Pikirkan tentang
mimpimu" jawabnya.
"Psh..
Kalau begitu kau harus membantu ku mencari mimpi, apa mimpimu? Mungkin aku bisa
menconteknya" Sahutku. Ia kembali menatapku, kali ini tatapan sedikit
menggambarkan kebingungan "Nan kkumi eobseoyo" Ujarnya.
Kini aku
terdiam menatapnya, baru kali ini kudengar seseorang mengatakan ia tak memiliki
mimpi, lalu untuk apa ia susah payah mendapat peringkat 1, untuk apa ia masuk
academy music? Apa tujuan hidupnya. "Ya! Bagaimana mungkin kau.."
Ia memotong
ucapan ku, seperti seorang gadis pembaca pikiran, ia menjawab semua pertanyaan
ku, meski pertanyaan itu hanya kulampirkan dalam hati "Aku tak punya
tujuan tertentu, aku tak tau ingin jadi apa saat aku dewasa nanti, aku masuk
academy karena oppa ku lebih dulu masuk academy, aku hanya mengikuti nya saja,
eomma bilang aku pasti bisa meraih hasil baik dimanapun aku ditempatkan, karena
aku mempercayai setiap ucapan eomma, jadi kujalani. Aku tidak mengerti music
sama sekali sebelum masuk kesini, dan kurasa aku bisa meraih peringkat pertama
hanya karena kepanikan dan ketakutan ku"
Dahi ku
mengerut semakin dalam, jawaban yeoja ini adalah jawaban paling ajaib yang
pernah kudengar. Pertama ia tak memiliki mimpi, kedua ia bilang bisa meraih
peringkat 1 hanya karena kepanikan dan ketakutannya =_=, dari planet mana anak
ini berasal. "Bisakah noona bicara dengan bahasa manusia? Aku tak
mengerti"
"Kau
harus merasakan dalam situasi ku, baru kau akan mengerti.."
"Hah~"
Hela ku tak sanggup meneruskan pembicaraan "Jadi tak ada harapan"
"Eum..
Appa ku namja yang keras, ia mengatakan padaku dan Luhan oppa, jika kami tak
naik kelas saat sekolah maka ia akan menggantung kami sampai mati, ia
mengucapkannya secara serius, meski jika kupikir-pikir lagi ia mustahil
melakukannya" Cerita yeoja ini belum jelas kemana arahnya akan bicara
"Lalu.. Jika aku dan oppa mendapat nilai buruk, maka Appa akan mengucapkan
hal yang cukup menyakitkan. Awalnya kupikir rasa sakit itu hanya akan
menyakitkan untukku. Sampai.. aku sadar bahwa ada yang lebih tersakiti
mendengar ucapan appa lebih dari diriku sendiri"
Aku tak
mengerti arah pembicaraannya, tapi.. sedikit banyak aku mengalami apa yang ia
alami, karena itu aku mendengarkan ucapannya baik-baik "seseorang yang
merasa lebih tersakiti? Siapa?"
"Uri
Eommaga.." Jawabnya.
DEG..
Jawabannya seperti memukul ku, aku merasa appa tak adil padaku, karena itu aku
sering membuat masalah selama sekolah. Aku memang sedikit belajar memperbaiki
sikap ku selama di academy, tapi..
"Tak
sengaja malam itu aku terbangun dan mendengar eomma ku menangis sendiri diruang
tamu, sebelum nya Luhan oppa baru saja terkena hujatan appa setelah mendapat 1
nilai merah. Ia menangis sambil terus berkata 'sakiti saja aku, tapi jangan
sakiti hati anakku' " YiJie noona terdiam, ia terlihat sedih saat
mengingat kejadian tersebut. "Banyak orang mengatakan.. Namja tidak akan
pernah menangis dihadapan banyak orang, mereka.. menangis malam hari.
Kenyataannya appa hanya tertidur setelah meluapkan emosi melalui kata-katanya.
Dan satu-satunya orang yang menangis sesak saat ia sendiri adalah.. Seorang Ibu.
Seorang wanita.. Ia yang kan merasakan sakit begitu dalam saat orang lain..
sekalipun itu suami sendiri, mengatakan hal buruk tentang anaknya" Ia
menghela nafasnya "Sejak saat itu.. Aku takut dan panik setiap kali
mendapatkan nilai yang buruk, aku.. Tak ingin melihat eomma menangis.. Dan
tiba-tiba saja ketakutan ku mengakibatkan aku melakukan segala sesuatu dengan
baik =_= tiba-tiba saja aku yang tak mengerti apa-apa ini bisa meraih peringkat
1"
Apakah..
Ibuku pernah menangis ketika ia sendiri? Aku..sering sekali membuat masalah
yang berakibat Appa membentak, tak jarang memukul ku. Apakah ia tersakiti lebih
dari aku yang mengalaminya sendiri? Aku hanya memikirkan tentang diriku,
tentang hatiku. Karena kurasa appa tak adil memperlakukan ku, maka aku mencari
keadilan dengan jalan brutal. Tanpa kusadari.. Aku membuat ketidakadilan untuk
Ibuku.
====
POV: Author
POST »» Xi Yi Jie
What will you got .. After
succesfully being stronger?
Baekhyun tersenyum tipis. "Ini
contoh mahluk yang hidup tanpa tujuan, menangisi hal yang tak harus ditangisi,
mentertawakan hal yang tak lucu.. Melakukan sesuatu yang jelas akan berdampak
buruk. Cih.. Ia pasti tidak bisa tidur.. Inkyung pasti mengatakan sesuatu
padanya tadi sore, siapa yang menyuruhnya membantu Lay hyung, sudah jelas gal
tersebut pasti menyeranya balik, bodoh"
REPLY » Byun Baekhyun
Another problem to face...
And also... happiness ^^
Baekhyun berdiri dari tangga, ia
melangkah tenang menuju dapur "Eomma.. Kau sudah selesai menangis belum?
Aku haus, kau mau aku lihat sedang menangis atau tidak" Canda Baekhyun
seraya memunculkan kepalanya dari balik dinding dapur.
"Omoo!" Nyonya Byun
segera menghapus air matanya, matanya berkedip berkali-kali memastikan ia
benar-benar melihat anaknya, Baekhyun.
"Annyeong eomma.. Apa aku
boleh kesana? Hehehhe" Goda Baekhyun.
===
Nyonya Byun membuatkan teh hangat
untuk dirinya dan Baekhyun, ia lalu duduk disamping sang anak. Segera kedua
tangannya memeluk erat tubuh Baekhyun. Baekhyun memeluk manja eommanya
"Eomma sudah janji tidak akan menangis tanpa aku disamping eomma, tapi
lihat sekarang, eomma memanfaatkan waktu disaat aku tidur, eomma nakal
sekali" Ujar Baekhyun bernada canda. Ia melepaskan pelukan eommanya.
"^^ Nan Gwenchana, aku sudah kebal dengan ucapan appa, eomma tak perlu sedih
begitu"
"Tapi eomma menghawatirkan mu,
karena kau tidak keluar kamar sejak tadi"
"Aku tertidur eomma.. Eiish..
Eomma chakam.. Aku punya satu pasien lagi" Seru Baekhyun sambil
mengutak-atik Handphonenya. Ia menghubungi seseorang.
"Yeoboseyo.."
jawab seorang yeoja diujung sabungan telpon.
"Ya shimshimi.. Ini sudah jam
3 pagi dan kau tetap menangis begitu, cepat tidur, besok kita masuk pagi"
Sentak Baekhyun.
"Kau..
Tau darimana aku.." Tanya Micha terbata karena ia memang sedang menangis
saat itu.
Baekhyun tak meladeni kesedihan
Micha, ia mengganti topic "Ah.. Buku catatan ku hilang, apa ada di tas mu?
Aku sudah tanya yang lain, mereka bilang tak ada pada mereka"
"Hisk..huump
ne.. Aku ingin memberitahu mu tadi, tapi aku lupa, akan kubawa besok"
"Gurae.. Cepat tidur,
annyeongg..~" Baekhyun menutup sambungan telephone "Kkeut.. Eomma,
sampai dimana pembicaraan kita tadi?" Tanya Baekhyun.b"Ommoo.. Kau
menelpon siapa jam 3 pagi begini? Kenapa terdengar suara anak wanita?"
Tanya Eomma Baekhyun penasaran.
"Salah satu yeoja yang
terjangkit penyakit menangis tengah malam seperti eomma, ada apa dengan para
yeoja saat ini.. Aissh.. mereka bahkan tidak tidur hanya karena masalah
kecil" Eluh Baekhyun sekaligus menyindir eomma nya. "Hehe"
PLAKK.. "Kau ini.. banyak hal
yang dirasakan oleh wanita yang tak dimengerti oleh namja, kau seharusnya
menenangkan yeoja itu, kasihan sekali dia, pasti dia punya masalah berat"
"Yeoja itu bermasalah dengan
bibir berbisa anak perempuan appa tersayang" sindir Baekhyun. "Tapi
anak itu memang hobi menangis juga.. sudah biasa dia begitu" Jelas
Baekhyun dengan santai.
"Ah gurae.. Baekhyun,
ceritakan pada eomma apa yang terjadi pada Inkyung di academy sebenarnya?"
Pinta Eomma Baekhyun
"Seperti biasanya, Eomma akan
lupa dengan kesedihannya jika ia sudah menemukan partner bicara, sekarang ia
sedang menginterogasiku tentang apa saja yang terjadi di acdemy. Sudahlah..
Yang penting sekarang ia sudah tersenyum lagi ^^, maaf sudah membuat mu
khawatir.. Eomma" Ujar Baekhyun dalam hatinya.
☆*:.。. o)o
.。.:*☆
07.00 AM
EunHee terbangun dari tidurnya, ia
membuka pelan matanya. Xiumin belum datang, biasanya ia sudah datang dari
pagi-pagi buta. Eunhee pun hanya merebahkan malas tubuhnya meski ia sudah
bangun.
Tok..tok tokk.. Suara ketukan pintu
muncul bersamaan dengan munculnya sosok Kai dari balik pintu tersebut
"Pagi noona ^^" Sapa Kai pada Eunhee.bSeketika Eunhee menyambut
kedatangan Kai, ia duduk bersandar pada tempat tidurnya sambil tersenyum manis
seolah menyapa dan mengucapkan selamat pagi. Kai mendekat, membawa serta
sarapan dan obat untuk Eunhee pagi itu. Ia duduk disisi tempat tidur Eunhee.
Senyum Kai bisa sedikit lebar setelah semakin hari keadaan Eunhee tampak
membaik. "Noona, aku bahagia sekali melihat noona sekarang"
Eunhee menggapai tangan Kai,
menggenggam tangan itu erat. "Ja~ sekarang noona harus sarapan dan meminum
obat noona ^^" Seru Kai. Entah mengapa Ekspresi Eunhee berubah, ia
melihat-lihat sekitarnya, kepala Eunhee menggeleng berkali-kali, ia menunjuk
apa yang kai bawa sambil terus menggeleng panik "Eung.. a..eung. gm.. hm
eung" Ia mencoba mengucapkan sesuatu yang tak dimengerti oleh Kai. "Noona
tenanglah.. wae? Mengapa noona menjadi panik begini" Tanya Kai bingung, ia
berusaha menenangkan Eunhee, namun kepanikan Eunhee tak jua berhenti.
"Kau
tidak bisa memberi tahu seseorang dalam keadaan panik, tak seorangpun akan
mengerti maksud mu, cobalah untuk tenang dan ucapkan perlahan" Xiumin.
Mengingat ucapan Xiumin tersebut,
Eunhee menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskan perlahan. Ia harus
menenangkan dirinya sebelum berusaha menyampaikan sesuatu pada Kai. Kai tak
mengerti apa yang terjadi, ia hanya diam dan terus memerhatikan Eunhee.
Sampai.. EunHee mendekat, Kedua tangan Eunhee mengatup disisi wajah Kai
"Hhhh~ na.. hh..eung.. ti..h.." Belum sempat Kai menelaah apa yang Eunhee coba
ucapkan, Bibi Shin datang memasuki kamar Eunhee "JongIn... apakah Eunhee
sudah..." Bibi Shin heran dengan apa yang Eunhee lalukan "Kalian
sedang apa?" Tanya bibi Shin seraya mendekat.
"Eunhee noona sepertinya
berusaha memberi tahu sesuatu padaku bibi" Ujar Kai pada bibi Shin.
"Ini sudah jam 7, kau harus
segera berangkat JongIn, bibi akan mengurus Eunhee, memastikan ia memakan
sarapan dan obatnya" Ujar bibi Shin.
"Ah.. Bibi benar." Kai
menatap Eunhee "Noona, aku berangkat dulu, noona jangan lupa menghabiskan
makanan dan minum obat noona" Kai mengelus sayang kepala sang kakak, lalu
mengecup kening Eunhee. "Sarangahae noona"
"Kau sudah yakin tak ada yang
tertinggal?" Tanya bibi Shin layaknya seorang Ibu yang memperhatikan
anaknya.
"Eobseo bibi.. Aku berangkat
dulu" Pamit Kai, ia melambaikan tangannya pada Eunhee, lalu pergi ke
academy. "Annyeong noona"
Bibi Shin menghampiri Eunhee, ia
tersenyum ramah "Waktunya sarapan sayang"
☆*:.。. o)o
.。.:*☆
"Ya Oh sehun!" Gertak
Inkyung pada adiknya itu. Sehun merapihkan pakaiannya, ia tak terlalu
menggubris Inkyung karen ia sudah tahu topik apa yang akan Inkyung bicarakan.
"Ya! Apa maksud mu membela
Baekhyun dihadapan Appa semalam? NEO MICHOSEO!" Bentak Inkyung. Sehun
menutup telinganya yang pengang akibat suara Inkyung. "Berisik
sekali"
"Aku ini kakak kandung mu
Sehun, mengapa kau lebih mementingkan Baekhyun dibanding dengan ku!"
Inkyung terus mempertanyakan perbuatan Sehun kemarin.
"Aku akan menjawab, tapi
kumohon untuk berhenti bertanya jika suatu saat aku melakukan hal yang sama
lagi!" Kali ini Sehun sudah kehabisan kesabaran "Dengarkan aku noona.
Benar bahwa tuan Byun adalah ayah kandung noona juga ayah kandung ku. Tapi kau harus
ingat, ia bahkan tak pernah menikah dengan eomma. Lalu apa yang kau pikirkan?
Tak adil untuk mu dan untuk ku karena kita tak bisa hidup di rumah mewah
seperti Baekhyun hyun Hyung? Tak adil karena kau dan aku tak bisa diakui secara
legal sebagai anak dari keluarga kaya sementara posisi kita seharusnya sama
dengan Baekhyun Hyung? Lalu apakah kau pikir ini adil untuk Baekhyun Hyung? Ia
harus menerima kenyataan bahwa ayahnya berselingkuh dengan orang lain, bahkan
yeoja itu melahirkan seorang anak ditahun yang sama dengan kelahirannya!!!
Memang bukan saatnya lagi menyesali bahwa apa yang terjadi antara eomma dan
tuan Byun adalah suatu kesalahan, bahwa kau dan aku layak menyadang sebutan
'anak haram'.. Tapi.. Bukan berarti kau juga harus bangga dengan dengan sebutan
itu.." Sehun mengambil tasnya, ia segera beranjak meninggalkan Inkyung
"Aku berangkat"
☆*:.。. o)o
.。.:*☆
POV: Minseok
07.10 AM
Aku datang disaat yang tepat,
sesuatu yang buruk baru saja terjadi, namun sesuatu yang lebih buruk juga
mungkin bisa terjadi. Kupacu kedua kaki ku untuk terus berlari
"Hah..hah..hah" Tak ada waktu untuk mengatur nafas, aku harus segera
mencari bantuan. Ah benar, jalanan ini akan melewati rumah Kris dan Luhan,
semoga aku tidak salah, tap tap tap... Aku berlari semakin kencang hingg
akhirnya kulihat sosok Luhan dan Kris yang hendak berangkat ke academy bersama
dengan Sungchan dan juga Yoora. "KRISSSS!! LUHANNN!" Teriakku cepat.
"Xiumin.. Ada apa? Kau
sepertinya..."
Kupotong ucapan Kris barusan, tak
ada waktu lagi "Ikutlah dengan ku, JongIn sedang dalam bahaya" ujar
ku cepat.
"KAI! WAE?!" Tanya Yoora
kaget.
☆*:.。. o)o
.。.:*☆
Kai berjalan sendiri menyusuri
jalanan menuju halte bus, ia memasang headset pada telinganya, menghirup udara
pagi nan segar. Ia terhenti didekat halte bus, dimana ia biasa menunggu Sehun
disana. "Kim JongIn" Sebut seorang namja berpakaian hitam, dan
sekitar 10 orang bertubuh besar dibelakangnya. Kai melepas headset ditelinganya
"Ne?" Jawabnya sedikit waspada.
Namja yang berdiri paling depan
memberi aba-aba dengan gerakan tangan. 3 orang pengikutnya dengan cepat
mengikuti perintah tersebut, mereka berdiri mengelilingi Kai. Seorang disamping
kanan, seorang disamping kiri, dan seorang lagi didepan Kai. Tanpa basa basi
BBBBBUUUUKKKKK.. "ARRGH!" Sebuah hantaman keras menyambar perut Kai.
===TBC===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar