Jumat, 14 Februari 2014

Dream Catcher [CHAPTER 7]




~CAST~
SMALLKEY MEMBER AS YEOJA CAST
Kim EunHee ( f(x) Victoria)
Wu Yoora (f(x) Krystal),
Oh InKyung (BPPOP Kang Inkyung),
Kim minhyo (HV Yoonjo),
Park Sungchan (Ulzzang Ryu Hyeju),
Xi Yi Jie / Micha (IU),
Lee Miyoung (SNSD Yoona),
Lee Songhee (f(x) Sulli),
Kim EunKyo (AOA Hyejeong)

EXO MEMBER AS NAMJA CAST
Kim Minseok (Xiumin)
Kris Wu
Xi Luhan
Do Kyungsoo (DO)
Byun Baekhyun
Kim Jongdae (Chen)
Zhang Yixing (Lay)
Park Chanyeol
Kim JoonMyeon (Suho)
Huang Zi Tao (Tao)
Kim Jongin (Kai)
Oh Sehun






☆*:.。. o)o .。.:*☆

PoV : Minseok
09.45 AM

"Jadi kau membawa Eunhee pergi tanpa izin Kai dan bibi nya Eunhee itu?" Tanya Luhan tak percaya setelah mendengar ceritaku. "Sudah 2 tahun aku tak bertemu dengan Eunhee, sedih juga rasanya melihat ia tak bisa bicara begitu" Ujar Luhan.
Aku dan Luhan membiarkan Sunchan menemani Eunhee. Meski menurut Luhan, Sungchan tak begitu mengenal Eunhee. Karena sebelum apa yang Eunhee alami, Sungchan baru beberapa bulan saja tinggal di rumah Kris, ia juga hanya banyak mendengar tentang Eunhee dari Kris. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Eunhee? aku justru tak tau.. Aku bertemu dengannya belum lama ini di perkebunan bunga" Tak kuceritakan pada Luhan bahwa aku bisa dekat dengan Eunhee karena sering memanjat masuk ke kamar Eunhee diam-diam, haha cukup aku saja yang mengetahui hal tersebut.
"Rumah Eunhee awalnya tak jauh dari danau ini.. Tak jauh dari rumah Suho, ah.. Kau kenal JoonMyeon?" Tanya Luhan sebelum melanjutkan ceritanya.
Aku tak bisa mengatakan aku mengenal Kim JoonMyeon dengan baik, bahkan mengenal anak itu sejak kecil ataupun mengatakan ia adalah sahabatku "Ani.. Tapi aku pernah dengar ia adalah anak pemilik academy"

"Ne ne.. Benar, rumah Eunhee tak jauh dari rumah Suho.. Sekitar 2 tahun yang lalu, kudengar ayah dan Ibu Eunhee meninggal dalam kecelakaan mobil, tak tau pastinya bagaimana.. Tapi sejak saat itu Eunhee dan Kai pindah rumah ke dekat rumah ku. Meski begitu..aku tak pernah bertemu dengan Eunhee, hanya sering melihat Kai" jelas Luhan menceritakan. Ia sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga ku "Tapi.. Juga sempat tersebar kabar bahwa orang tua Eunhee dibunuh" Ia menjauh kembali "Kalau dipikir lebih dalam lagi, itu cukup masuk akal melihat bagaimana keadaan Eunhee setelah itu. Aku dan Kris menduga sesuatu yang buruk telah disaksikan oleh Eunhee, sehingga ia menjadi depresi dan trauma berat. Awalnya aku tak percaya, tapi setelah sekian lama aku baru menyaksikan sendiri bahwa keadaan Eunhee separah ini" Luhan melihat miris ke arah Eunhee.
"Dia selalu ketakutan.. kasian sekali dia" Ujar ku pada Luhan.
Luhan mengangguk "Kris juga kasihan sekali..sigh.. padahal baru dua bulan ia dan Eunhee menjadi sepasang kekasih, hari berikutnya semua berubah begitu saja"
DEG.. kekasih? Jadi Kris dan Eunhee.. Aku tersenyum parau, baru kusadari mengapa
Kris begitu mencoba membuat Eunhee merasa aman saat kami bertemu dengan Eunhee saat itu. Caranya menatap Eunhee juga berbeda, seandainya Eunhee sehat saat itu, ia pasti sudah memeluk Kris. Mengapa ini sedikit menyakitkan bagiku, seharusnya aku bahagia.. mungkin. "Mereka seharusnya hidup bahagia" ucapku basa basi.
"Eum.. Ah, ngomong-ngomong kau tinggal dimana xiumin?" Tanya Luhan. Mendadak
seluruh otakku beku mendengar pertanyaan Luhan, bagaimana aku harus menjawabnya "E.. Eum.. Tak jauh dari sini"
"Hahhaa.. kau pasti anak orang kaya" Canda Luhan.
"Aniya.. Aku hanya anak seorang pesuruh yang tinggal di salah satu rumah- rumah besar itu hhahah.. Nasib ku tak lebih baik dari mu kawan" Jawab ku juga dengan canda.
"Ahhaha gurae, ah ini kuperlihat beberapa foto-foto kami dulu.." Luhan mengeluarkan Handphonenya, ia memperlihatkan banyak foto yang ia simpan.. Ah.. Semakin membuat ku iri, mereka terlihat sangat bahagia disana, kehidupan Eunhee pasti menyenangkan sebelum ini, seandainya ini adalah kenyataan, aku berharap aku bisa bertemu dengannya lebih awal. Sayang.. semua ini pun hanya sekedar mimpi bagiku.


*** 

 
POV : Eunhee
09.48 AM
Sungchan memperlakukan ku seperti yeoja normal saja, ia tak perduli Aku dalam keadaan apa. Sesungguhnya aku merasa nyaman diperlakukan seperti ini. Karena setiap kali aku diperlakukan berbeda akan semakin membuat ku merasa tak normal. Toh keadaan ku saat ini juga tak seperti apa yang semua orang pikirkan tentang ku. Semua ini berkat Xiumin, entah namja itu berasal dari mana, ia memasuki kehidupan ku, dan menyadarkan ku bahwa aku tak boleh terkalahkan oleh rasa takut ku, masih banyak hal yang harus kulakukan, aku harus bisa melindungi diriku, melindungi orang-orang yang kusayangi, melindungi Kai.
"Eonnie.. Kau mau permen?" Tawar Sungchan.
Ku tatap Sungchan begitu lama, wajah Sungchan sedikit asing bagi ku. Aku tersenyum setelah itu, mengingat Luhan tadi sempat memperkenalkan Sungchan sebagai yeojachingu nya. Ia juga memberi tahu bahwa Sungchan adalah sepupu dari Kris, Sungchan pasti sudah tau dari Kris mengenai hubungan ku dengan Kris. Banyak hal yang sudah kulewatkan selama 2 tahun ini, kupikir dulu Miyoung dan Luhan akan menjadi sepasang kekasih kelak, ternyata saat ini sahabat baikku Luhan memperkenal- kan yeoja lain sebagai yeojachingunya, hidup ini terus berputar, aku adalah satu-satunya yang tak tau sejauh apa semua telah berubah. Ku anggukkan kepalaku, ku ambil permen yang Sungchan tawarkan padaku. Sungchan memberikan 2 buah permen. Ku buka salah satu bungkus permen tersebut. Aku pamit pada Sungchan untuk pergi sebentar dengan bungkukkan badanku, lalu aku berjalan pelan menuju Xiumin dan Luhan. Ku sentuh pundak Xiumin pelan.
"Ne? Waeyo Eunhee-a?" Tanya Xiumin sambil tersenyum. Caranya tersenyum selalu
menenangkan ku, tak ada seorangpun yang membuatku merasa nyaman lebih dari Xiumin. Ku buka mulut ku memberi tanda pada Xiumin untuk membuka mulutnya juga. Xiumin membuka mulutnya, ia terlihat lucu.bAku tersenyum kecil lalu memasukkan permen tersebut ke dalam mulut Xiumin.
"Eummm..~ Manis... gomawo Eunhee-a" Ujar Xiumin.

***
POV : Author.
Luhan memiringkan kepalanya melihat gelagat tak biasa antara Xiumin dan Eunhee. Matanya berkedip berkali-kali, ia juga memindahkan pandangannya dari Xiumin ke
Eunhee, Eunhee ke Xiumin seperti orang bodoh.

☆*:.。. o)o .。.:*☆


05.00 PM (17.00)

Pesanan hari itu berhasil tertanggulangi, Miyoung sangat bersyukur banyak orang yang membantunya hari ini, bahkan pembeli di toko bunga juga tiba-tiba saja menjadi lebih ramai dari biasanya akibat kehadiran beberapa orang disana sebagai pemanis(?) toko bunga. Miyoung menyerahkan sejumlah uang yang telah ia pisahkan didalam amplop-amplop putih sebagai gaji untuk pekerja 'dadakan' toko bunga hari itu.
"O.. Miyoung noona, tidak salah? Ini banyak sekali, kami hanya bekerja sehari" Seru Chen yang tanpa pikir panjang langsung melihat isi uang di dalam amplop.
"Gwenchana ^^ ambilah, kalian pantas mendapatkannya, terima kasih telah membantu ku hari ini ^^" Ujar Miyoung yang bahkan memberi bayaran pada Songhee adiknya sendiri. Tao yang baru datang setelah semua hampir pulang, menyesal sekali karena hanya ia yang tak mendapatkan 'amplop' "Hyung.. Hyung bisa membelikan ku makanan kalau begitu"
"Ah shireo... bisa-bisa semua uangku habis hanya untuk membelikan mu makanan" Selak Chen.
"Siapa suruh tadi kau tidak ikut bekerja, padahal pekerjaannya mengasikkan, hanya memotong bunga" Tambah Chanyeol. Chen berbisik-bisik pada yang lain "Ayo kita makan-makan, tapi jangan ajak Tao" Ujarnya.
"Ne.. Aku ikut" Jawab Songhee
"Nado" Ujar Chanyeol. Baekhyun tersenyum tengil, ia menyodorkan amplop miliknya pada Tao "Ini Tao, untuk mu saja"
Tao terharu, tapi tangannya langsung menyambar amplop tersebut "Gomawo Baekhyun Hyung, kau orang paling..." Tao membuka amplop pemberian Baekhyun, dan tentu saja.. Isinya... Kosong. Tao terdiam, ia menatap Baekhyun dramatis "Jahat". Baekhyun tertawa puas diikuti Chanyeol dan Chen juga Songhee dan Micha. Terpaan angin disekitar Tao membawa langkahnya pergi dengan semakin Dramatis.
 "Di dunia ini memang tak ada yang menyayangi ku, aku tidak bertemu Yoora dan tidak juga mendapat uang untuk makan hiks.."
"Kalian..ckckck" Decak Suho, Ia mengejar Tao "Tao-a.. Kau bisa ambil milik Hyung" Ujar Suho sembari mengerjar Tao.
"Mereka berdua anak aneh" Ujar Miyoung.
"Begitulah" Jawab Kris
"Kau tidak punya kata-kata lain huh!"
"Ahhaha"
***

Chen dan Chanyeol merangkul Tao "Hyung bercanda Tao-a, ayo ikut kami makan-makan" Ajak Chen
"Benar Hyung?" Tanya Tao menyakinkan "Hyung yang bayar ya?" Tambahnya lagi, ia mengantungi amplop milik Suho yang Suho Ikhlaskan(?) untuknya.
"Rrrrr.. Kau kan sudah dikasih uang oleh Suho Hyung =_=" Chen langsung menjauh dari Tao, begitu juga dengan Chenyeol.
"Sudah-sudah aku akan membayar semuanya, ayo kita makan-makan bersama" Ajak Suho pada semuanya. Mereka semua berhenti didepan perkebunan bunga "Kalian mau makan apa?" Tanya Suho.
"Pizzaaa!!" Seru Chanyeol.
"Chicken!" Jawab Chen.
"Sushi" Jawab Songhee.
"Pasta!" Jawab Minhyo.
"Semuanya" Jawab Tao. Semua mengerutkan dahi dan menatap ke arah Tao =_= . Selagi yang lain berdiskusi tentang kemana dan apa yang mereka ingin makan, pandangan Lay terus terarah ke sisi kiri, kearah jalan menuju rumah Inkyung, ia menghela nafas berfikir bagaimana dan alasan apa yang bisa ia gunakan untuk bisa pergi kerumah Inkyung sementara ada Suho disana."Mian..Tapi aku tak bisa ikut" Jawab Micha. Wajah Chanyeol cs. terlihat kecewa "Wae noona.. Noona tak pernah sekalipun jalan-jalan dengan kami, ini juga baru jam 5, ayolah noona" ujar Chen.
"Iya eonnie, nanti kuantar sampai rumah lagi, aku janji" Tambah Songhee.
"Eum.. Aku.. Aku dan Lay ada urusan" Jawab Micha lagi. Lay melirik kearah Micha, ia tersenyum tipis "Mian, tak apa kan pergi tanpa kami?" Tanya Lay pada yang lain. Suho menggeleng pelan "Pasangan baru selalu begitu.. Baiklah kami tak akan memaksa kalau kalian memang tak mau kencan kalian terganggu oleh kami" Jawab Suho. Lay dan Micha pun pergi lebih dulu.

***

"Aku juga harus segera pulang" Seru Baekhyun.
"YA! Baekhyun.. Kau tidak asik sekali" Seru Chen. Berselang beberapa menit saja, Sebuah mobil mewah melintas dan berhenti tepat didepan perkebunan bunga, seorang supir turun dan menyapa Baekhyun " Silahkan Tuan muda..". Baekhyun terkekeh "Lain kali aku akan ikut heheh.. Annyeong" Pamitnya.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

Lay dan Micha berjalan santai menuju rumah Inkyung "Gomawo" Ujar Lay.
"Cih.. Dari awal kau ikut datang juga aku sudah tau kau ingin bertemu dengan Inkyung, kau bilang dari tadi seharusnya, aku bisa pura-pura pulang lebih dahulu dengan mu" Seru Micha.
"Tapi kasihan Miyoung noona, disana sedang repot sekali tadi".
"Eum.. Araseo"
Mereka sampai disebrang rumah Inkyung, Inkyung terlihat berpakaian rapi seperti ingin pergi, disana juga ada Sehun, Kai, dan Yoora. Yoora melambaikan tangan pada Micha, begitu juga dengan Micha. Inkyung sendiri langsung menyebrang jalan dengan ekspresi kesal.
"Jadi ini yang Oppa lakukan jika tidak ada aku!" Bentak Inkyung sesaat setelah ia sampai dihadapan Micha dan Lay.
"Jangan salah paham dulu, YiJie justru pergi kesini bersama ku untuk menghindari Suho mengetahui aku akan menemui mu" Jelas Lay.
"Ara.. Kuharap ia tak memanfaatkan keadaan ini untuk sering berada didekat mu saja" Sindiri Inkyung, ia memandang rendah ke arah Micha "Siapa yang tau isi hati seseorang.. bisa jadi ia menyimpan rasa pada mu, kuharap gadis buruk rupa ini bisa sadar diri.. Ia tak pantas untuk mu, bahkan tak pantas untuk namja rendahan sekalipun"
"Inkyung!" Gertak Lay.
"Wae!! Kau tidak suka! Semua yang kuucapkan adalah kenyataan" Bentak Inkyung. Ia kembali menyebrang jalan dan meninggalkan Lay ketika melihat sebuah mobil mewah kini telah berhenti didepan rumahnya.
"Aku duluan" Pamit Micha pada Lay. Micha berjalan lebih dahulu. Pandangan-nya mengarah pada Inkyung disebrang jalan sana, Inkyung dan adiknya Sehun memasuki mobil mewah yang berhenti didepan rumah mereka. Micha teperangah, ia mengucak-ngucak matanya meyakinkan ia melihat seorang namja mirip Baekhyun didalam mobil tersebut.
Begitu Inkyung masuk ke dalam mobil, namja mirip itu Baekhyun membuang muka, dan tanpa sengaja ia juga melihat kearah Micha. Tatapan nya dingin, tak seperti Baekhyun yang Micha kenal, ia juga terlihat menghindari Micha, ia pura-pura menunduk untuk mengambil sesuatu. "Apa itu Baekhyun? Tapi kalau itu Baekhyun untuk apa mobilnya menjemput Inkyung? Atau mungkin aku salah lihat"

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.30 PM (18.30)

D.O dan Eunkyo menunggu bus di halte, mereka baru saja pergi ke sebuah toko buku yang biasa dikunjungi D.O sendiri. Mereka cukup bosan karena sudah lebih dari 30 menit bus yang mereka tunggu tak jua datang. Eunkyo membuka salah satu buku yang tadi ia beli, ia membaca buku tersebut untuk menghabiskan waktu. Sedangkan D.O sendiri mengecek handphonenya, terdapat beberapa foto yang baru saja di post oleh Chanyeol, Chen, Tao dan juga Songhee. D.O terkekeh kecil melihat semua update yang dilakukan teman-temannya itu. "Ada apa?" Tanya Eunkyo masih terfokus pada bukunya, ia hanya melirik D.O sekilas saja.

"Aniya.. Hanya saja sepertinya teman-teman ku sedang berkumpul setelah selesai bekerja diperkebunan, kau ingin kesana? Ada Suho hyung juga" Tawar D.O pada Eunkyo tenang. Eunkyo langsung menengok "Jincha! Apa tak masalah..?"
D.O tersenyum tenang "Eum gwenchana ^^, kalau begitu kita harus menyebrang jalan, bus menuju pekebunan bunga ada di halte sana" Ujar D.O. Eunkyo membereskan buku-buku yang sempat ia keluarkan selama menunggu bus tadi, perasaannya begitu bahagia malam itu. Sedari tadi ia sedikit dilema antara ingin pergi ke perkebunan atau pergi mencari buku, tapi karena ia sangat membutuhkan buku-buku untuk penunjang pelajaran di academy juga pengusir kebosanan, ia memilih untuk pergi bersama D.O ke sebuah toko buku yang direcomendasikan oleh D.O. Dan sekarang setelah mereka selesai, ternyata masih ada kesempatan baginya untuk bertemu Suho juga.
***
Keduanya menyebrang jalan, di halte tempat mereka menunggu bus saat ini jauh lebih ramai dari halte sebelumnya. Eunkyo melihat sekitarnya, tak ada tempat duduk yang tersisa. "Ramai" ia mendengar D.O mengucapkan hal tersebut. Eunkyo mengangguk mengiyakan. Setelah kata-kata tersebut, tak sepatah katapun lagi diucapkan oleh keduanya. Sekitar 10 menit, bus yang mereka tunggu akhirnya datang, sebagian orang yang sudah menunggu sejak tadi naik ke dalam bus satu-persatu tanpa saling mendorong. Eunkyo mengarahkan kakinya menaiki bus, namun tiba-tiba saja seorang namja dengan terburu-buru mendahului Eunkyo untuk menaiki bus tersebut. Kasar dan serabutan gaya namja tersebut, ia mendorong tangan Eunkyo sembarangan sehingga Eunkyo kehilangan balance tubuhnya dan BUKKKK..

Eunkyo terpeleset ditangga naik Bus. Keberuntungan masih menyelimut diri Eunkyo, tubuhnya ditahan oleh D.O yang belum sama sekali naik karena menunggu Eunkyo naik tersebih dahulu. "Eunkyo Gwenchana?" Tanya D.O. Eunkyo menengok kebelakang, ia menemukan wajahnya dan D.O begitu dekat saat itu. Untuk beberapa detik Eunkyo seperti tak sadar, ia menatap lurus ke arah mata D.O. Jantungnya berpacu cepat, setengah shock karena ia pikir ia akan jatuh, juga setengah lagi ada perasaan aneh yang entah berasal dari mana, membuat Eunkyo merasa sedikit tak nyaman. "Ne" Jawab Eunkyo. Ia dibantu oleh D.O untuk kembali berdiri. D.O berjalan mendahuluinya, tanpa basa basi ia menarik pelan tangan Eunkyo, membimbing Eunkyo untuk naik ke dalam bus. Bus mulai berjalan. D.O dan Eunkyo mencari tempat duduk kosong, sesuatu membawa langkah D.O terhenti. Ia menyentuh seorang namja, tanpa sedikit pun emosi, ia tersenyum,
 "Jwosonghamnida.. kau baru saja hampir mencelakai temanku, lain kali kuharap kau akan lebih hati-hati". Namja itu menundukkan kepalanya "N..ne.. mianhamnida" Ujar namja berseragam sekolah middle school itu terbata.
"Gwenchana.. Kau pasti terburu-buru" D.O lalu menarik Eunkyo untuk duduk dikursi belakang namja tersebut. "Tidurlah sebentar nanti kalau sudah sampai aku akan membangunkan mu". Eunkyo membulatkan matanya, untuk beberapa saat ia masih sulit berkedip. Ia merubah posisi duduknya. Ia menatap keluar melalui jendela. Seperti sedang dihantui, alih-alih membuang pandangan untuk mengilangkan perasaan aneh yang sedang melandanya, perasaan itu justru semakin kuat karena pantulan bayangan pada kaca jendela bus sekalipun masih melukiskan wajah D.O yang duduk disampingnya. Eunkyo pun kembali merubah posisi duduknya, ia duduk bersandar, juga menutup matanya perlahan. Tak ada perubahan, ia tetap tak tenang. Ia membuka sebelah matanya, melirik D.O disampingnya.
"Kupikir akan mudah, tapi tetap terdengar aneh" Ujar D.O diselingi tawa kecil.
"Apa?" Tanya Eunkyo kali ini merubah posisinya kembali menatap D.O.
"Aku sedang mencoba untuk tidak memanggil mu noona.. Hahah" Tawa D.O lagi.
"Eoh? Kau benar.. aku baru sadar belakangan ini kau tidak memanggil ku noona" Seru Eunkyo. Ia merasakan ada yang berbeda tapi belum menemukan dimana letak perbedaan itu. "Psh.. kkk"
"Aku sudah berusaha, maaf kalau membuat justru menjadi aneh, noona ^^" D.O kembali berujar tenang "Karena aku dan Eunkyo noona sering bersama, aku mulai merasa aneh jika terus memanggil mu noona, kucoba untuk memanggil nama noona saja, tapi ternyata justru semakin terdengar kaku" jelas D.O mengembangkan senyum. Eunkyo tersenyum kecil "Berusahalah lebih keras"
"Eo?"
"Kurasa lebih nyaman bagiku dengan panggilan Eunkyo dibanding noona" Senyum Eunkyo terkembang tulus "Karena setiap saat kau bersama ku,kau lebih banyak melindungi ku dibanding aku melindungi mu.. sebutan noona yang kau ucapkan membuatku jadi merasa bersalah, seseorang yang lebih tua seharusnya melindungi yang lebih muda ^^, jadi.. berusahalah memanggil ku Eunkyo mulai saat ini, sekalipun terdengar kaku untuk mu, mungkin itu akan mengurangi rasa bersalah ku"
"Gurae.. kkk semoga itu tak akan membuat mu jatuh cinta padaku" canda D.O "Menurut buku yang kubaca panggilan akan mempengaruhi hubungan seseorang, jika aku tak lagi memanggil mu noona, artinya perlahan kau akan melihat ku lebih seperti 'namja' dibanding adik kelas hahaha" Canda D.O.
"Psh.. Siapa yang mengajari percaya diri semacam itu pada mu?"
"Namja pujaan mu, Suho hyung hahah... Dia namja paling percaya diri yang pernah ku kenal hahaha begitu kata Chanyeol dan Chen" Jawab D.O.
"Ya! Neo!"

☆*:.. o)o ..:*☆


 
  
 07.00 PM (19.00)

Inkyung menuruni tangga. Ia mengenakan sebuah dress putih dengan pita pink di bagian tali dress tersebut. Ia membiarkan rambutnya tergerai, sesekali ia menyibak rambutnya tersebut.
"Neomu yeoppeo" Ujar seorang yeoja setengah baya saat melihat Inkyung mulai memasuki ruang keluarga.
"Aku memang cantik sejak dulu, sama seperti.. Ibuku" Jawab Inkyung menekankan kata 'ibu' . "Lagipula bibi tak perlu basa basi, aku tau bibi tak suka melihat ku disini"
Baekhyun dan Sehun yang sudah lebih dulu duduk di ruang keluarga sama-sana menahan emosi yang sekejap menyeruak didada mereka. Sehun berdiri, ia segera menarik Inkyung. Ia membungkuk sopan pada yeoja setengah baya yang tak lain adalah Ibu dari Baekhyun itu. Ia mengajak Inkyung duduk disampingnya setelah itu. Kurang lebih 15 menit setelahnya. Tap.. Tap.. terdengar langkah kaki beberapa orang disana. Sosok seorang namja muncul dari balik dinding ruang keluarga. Baik Baekhyun, Sehun juga Eomma Baekhyun berdiri menyambut kehadiran namja tersebut. Inkyung satu-satunya yang langsung berlari kecil untuk menyambut namja tersebut "Aboji" Serunya.
"Uri Inkyung.. Kau datang?" Ujar namja tersebut.
"Tentu saja, aku merindukan Aboji, Aboji sehat kan?" Tanya Inkyung memanja pada ayah kandungnya itu.
"Tentu saja.. Aigoo anakku semakin cantik saja" Namja ini berjalan bersama Inkyung mendekat ke ruang keluarga. Ia melihat Sehun membungkuk sopan, lalu menepuk pundak Sehun "Sepertinya kau bertambah tinggi lagi". Sehun hanya tersenyum.
           
***

Selayaknya seorang ayah, tuan Byun menanyakan mengenai nilai mereka di academy. Sehun, Inkyung, dan Baekhyun masing-masing sudah membawa map berisi nilai mereka 2 semester terakhir. Inkyung langsung memamerkan map nya pada sang ayah lebih dulu. Sedangkan Baekhyun dan Sehun, menyentuh map di meja itu pun belum. Baekhyun menatap sang Ibu, yeoja yang masih tetap terlihat cantik di usianya yang sudah tak muda lagi itu terus mengambangkan senyum sejak tadi. Senyum itu terkadang membuat rasa sakit tersendiri untuk anak semata wayangnya, Baekhyun. "Kau tersenyum disaat seharusnya kau menangis, mungkin ibuku adalah satu-satunya istri yang tetap tersenyum lebar melihat suaminya sedang bercengkrama bahagia bersama seorang anak hasil perselingkuhan suaminya dengan yeoja lain. Tetap memperlakukan baik anak wanita tak tau diri yang sesungguhnya  bahkan tak perlu Ibuku sapa saat bertemu." gumam Baekhyun dalam hatinya.
"Aboji... Aku meraih peringkat ke 11 diakhir semester 2. Dan semester lalu aku meraih peringkat 9, dan aboji tau.. Aku sudah upgrade class ke tingkat 3 semester ini" Pamer Inkyung mencaei perhatian ayahnya.
"Kau selalu menjadi anak yang bisa kubanggakan Inkyung"
Baekhyun masih tak menyentuh map miliknya, ia berniat memberikannya, tapi Inkyung masih belum berhenti bicara meninggi-ninggikan prestasinya, sang ayah juga nampak sangat bangga pada Inkyung tanpa mau tau bagaimana cara Inkyung mendapatkan peringkat 9 "Kau tidak menyerahkan surat panggilan dari academy, Inkyung-a" Seru Baekhyun "Sudah diberikan satu minggu lalu, dan sampai detik ini belum ada perwakilan keluarga mu yang datang ke academy, eomma mu sibuk sekali nampaknya"
Pancaran mata Inkyung menajam menatap Baekhyun. Dengan muka masam, Inkyung memberikan surat panggilan pada tuan Byun "Aboji, ini bukan kesalahan ku, seorang yeoja tidak menyukai ku masuk ke sebuah kelas, ia bilang, aku akan mengganggu namjachingunya, dan ia membuat masalah pada ku setelah itu. Ia juga menyuruh komplotannya untuk mengerjai ku, pada akhirnya akulah yang diberikan surat ini"
"Tak ada yang mengerjai mu, kau yang menyuruh Eunkyo noona untuk mengerjakan tugas mu atas dasar keinginan mu sendiri" Selak Baekhyun.
"Kenapa kau terus membuat buruk namaku dihadapan Aboji, aku sudah mencoba tidak membongkar bahwa kau adalah salah satu komplotan yeoja itu dihadapan Aboji, tapi kau memaksa ku melakukannya" Gertak Inkyung.
BRAKKK..Tuan Byun menggebrak meja "BYUN BAEKHYUN! Aku mengerti kau, Inkyung dan Sehun bukanlah saudara kandung, dan kau mungkin juga tak menyukai Inkyung juga Sehun, tapi bagaimanapun mereka tetaplah saudara mu, aku tak pernah mengajarkan mu untuk menyerang saudara mu sendiri. Sejak kecil kau selalu menyusahkan, kau suka berkelahi, nilaimu juga selalu buruk. Kau tak pernah sekalipun mendapat pretasi yang membanggakan. Semakin dewasa kau semkain keterlaluan. Kapan kau berhenti membuat masalah!.. "
Inkyung tersenyum puas melihat Baekhyun langsung terdiam setelah mendapat bentakan sang ayah, Ibu dari Baekhyun juga seketika pucat melihat sang anak diperlakukan seperti itu. Sang Ibu terlihat menggenggam erat tangan Baekhyun. Baekhyun berdiri dengan tenang, ia tak gentar mendengar ucapan sang ayah "Aku tak akan berhenti membuat masalah, appa.. Selama kau memandang ku sebagai sebuah masalah, maka apapun yang akan aku lakukan hanya akan berdampak buruk untuk kehidupan mu, mungkin juga untuk kehidupan anak mu Inkyung" Ujarnya tenang "Aku tak ingin menganggang acara keluarga ini, aku pamit ke kamar lebih dahulu.." Baekhyun membungkuk lalu meninggalkan ruangan keluarga.
"Ini buah dari sikapmu yang selalu memanjakannya! Besok kau datang ke academy untuk mengurus masalah Inkyung" Gertak Tuan Byun pada nyonya Byun, Ibu Baekhyun. Nyonya Byun hanya diam, ia mengangguk turut dan tetap duduk pada sofa nya, tanpa mengatakan sepatah katapun.
Sehun mengambil map Baekhyun "Baekhyun hyung tak pernah memperlakukan ku ataupun Inkyung noona secara buruk di academy" Ujar Sehun angkat bicara. Mendadak suasana disana menjadi hening.
"Ia juga tak pernah membuat masalah apapun disana, sebagian sonsaengnim justru menyukai nya karena ia begitu aktif dan memiliki pribadi yang menyenangkan" Sehun dengan hormat menyerahkan map milik Baekhyun pada ayahnya "Kuharap Aboji berkenan melihat ini lebih dulu sebelum mengatakan hal yang lebih menyakitkan lagi untuk Baekhyun hyung, kurasa ia sudah berusaha keras untuk mendapatkan ini". Inkyung menatap kesal Sehun karena membela Baekhyun dihadapan sang ayah.nNyonya Byun menatap Sehun, ia tersenyum lega. Sejujurnya amat menyakitkan baginya juga Baekhyun saat mengetahui suaminya memiliki 2 orang anak dari wanita lain yang bahkan tak pernah dinikahinya. Tapi Nyonya Byun hanya diam, ia tak pernah memprotes berlebihan apa yang terjadi, ia berusaha menyayangi Sehun dan Inkyung, memperlakukan dan menyapa mereka setiap kali mereka datang. Tuan Byun mengambil map yang Sehun berikan, ia terkejut melihat bahwa Baekhyun meraih peringkat 3 pada 2 semester lalu, dan meraih peringkat 1 untuk semester lalu, ia juga sudah upgrade class ke tingkat 3 sama seperti Inkyung. Selama satu setengah tahun terakhir, ia memang sibuk dengan pekerjaannya dan baru sekarang ia bisa pulang ke rumah.

☆*:.. o)o ..:*☆

 
03.00 AM

Baekhyun sudah menyerah untuk menutup matanya. Langit-langit kamar yang luas menjadi pemandangan yang sulit untuk lepas dari pandangan matanya sejak tadi. Ia tak pernah bisa mengungkapkan rasa sakitnya, ia juga tak pandai untuk menangis. Baekhyun mengecek handphonenya, sedikit tersenyum dengan foto-foto yang di share oleh Chanyeol, Chen juga yang lainnya 6-7 jam lalu, setidaknya hanya itu yang bisa menghibur perasaannya saat ini. "Mwoya.." serunya pelan.

POST »» Kim Jongdae
Aku rindu Baekhyun ku.. rindu Micha noona ku...Sedang apa mereka sekarang T.T

POST »» Park Chanyeol
Hari ini terlalu indah untuk dapat ku ungkapkan. Yuuuyuuu
REPLY [to Chanyeol Post] » Lee Songhee
Thanks for today ^^

POST »» Huang Zi Tao
Aku masih lapar...

REPLY [to Tao post] » Kim Jongdae
Seharusnya kau habiskan semua kursi dan meja disana, agar kau kenyang.

POST » Do Kyungsoo
^^

"Mereka semua bodoh sekali" Ujar Baekhyun setelah membaca-baca posting Chanyeol, Chen, Tao dan Songhee. Ia tersenyum kecil. Dapat ia ingat dengan baik bahwa teman-temannya yang bodoh itulah yang sesungguhnya mengubah kehidupan Baekhyun.



 
"Kau yang kerjakan tugas, aku malas" Baekhyun
"Oke" Park Chanyeol
"Kau orang bodoh atau apa, begitu bersemangat meski sedang dibudaki oleh orang lain, mau jadi apa kau kelak" Byun Baekhyun.
"Hehe.. Aku tak memiliki seorang ibu yang akan memelukku ataupun seorang ayah yang akan membanggakan ku jika aku meraih prestasi yang baik di sekolah. Tapi justru karena hal tersebut.. Aku hanya ingin membuktikan pada diri ku sendiri bahwa aku bisa bahagia dan meraih apa yang kuinginkan sekalipun dunia ini menentangku" Park Chanyeol (3 years ago)
          
"Kau dihukum lagi? Ini sudah jam 6, cepat selesaikan bersih-bersihnya, nanti semakin gelap" Jongdae
"Jangan menganggu ku, pergi kau sana" Baekhyun. Jongdae mengambil pel yang sedang menggur, lalu membantu Baekhyun menjalani hukumannya. "lalalalal"
"Ya! Aku tak butuh bantuan.. Berani nya kau mencampuri urusan ku, kau bahkan tak mengenal ku, kau berani padaku huh, pergi atau aku akan menghajar mu" Baekhyun
"Kenapa aku harus takut padamu? Kau bukan mahluk buas yang akan menerkam ku, ya Byun Baekhyun.. Namaku Kim jongdae, maukah kau menjadi teman ku?" Kim Jongdae (2 years ago)



 
"Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki sesuatu, semua akan lebih baik saat kau mencobanya. Tak ada jaminan juga pandangan seseorang akan berubah terhadap mu jika kau menjadi lebih baik sekalipun, mereka yang berfikir buruk mungkin selamanya akan berfikir kau adalah orang yang buruk. Tapi siapa yang perduli.. Mereka yang seperti itu berarti tak sungguh-sungguh menyayangi mu. Kau bisa melakukannya untuk dirimu sendiri, dan untuk orang-orang yang selalu mendukung mu saja, sebentar lagi kita akan lulus.. Akan ada dunia baru yang tak mengenal kita sedikitpun, kurasa ini waktu yang tepat jika kau sungguh-sungguh ingin merubah kelakukan mu. Aku tak mengatakan hal semacam ini pada banyak orang.. Aku mengatakan ini pada mu, karena kurasa kau adalah teman baikku" D.O (2 years ago)

------

Baekhyun menghela nafasnya, ia kembali tersenyum tenang "Gomawo pabodeul, aku.. Akan berusaha semampu ku.. Hwaiting Baekhyun-a" Serunya menyemangati diri sendiri.

***

Baekhyun merasa haus setelah berjam-jam hanya diam tanpa melakukan apapun, ia keluar kamarnya menuju dapur. Langkah Baekhyun terhenti begitu mendengar suara tangis seorang yeoja dari arah dapur. Ia tak takut ataupun berfikir  tangaisan tersebut hantu atau apapun, karena suara tangis itu begitu dikenali olehnya. Baekhyun mengendap-endap mengintip, ia bersembunyi di balik dinding dapur. Helaan nafasnya memberat karena ia benar-benar menemukan Ibu nya sedang menangis sendiri disana. Baekhyun berniat memasuki dapur untuk menenangkan sang Ibu, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia menunggu.. terduduk di anak tangga paling bawah. Membiarkan telinganya terus mendengar suara tangis sang ibu. Ia kembali membuka account SNS nya, terdapat sebuah post baru disana. "Hei.. Ini jam 3 pagi"

====
POV: Baekhyun
A year ago
           
Yeoja itu lagi, setiap hari aku melihatnya yeoja bernama Xi Yi Jie itu di taman belakang sekolah. Jika tidak tertidur disana, ia pasti bermain dengan boneka jari seperti orang bodoh. Tak pernah sekalipun kulihat ia belajar ataupun membaca buku, tapi bagaimana mungkin yeoja itu meraih peringkat 1 sejak ia masuk ke academy, bahkan mengalahkan Suho hyung yang ku tau pasti memiliki kepintaran diatas rata-rata. Kuhampiri ia, iseng.. Kutendang pelan tas miliknya. Aku tidak berniat jahat, aku hanya suka mengoda anak ini. Ekspresinya hanya 2, membentak atau jika sedang tidak mood dia akan diam saja. Yup.. kali ini ia sedang diam saja. Aku duduk disampingnya. "Shimi Noona, aku mau minta ilmu agar aku bisa menjadi peringkat 1 tanpa harus banyak belajar" Ujar ku.
Ia menatapku tenang, ia selalu seperti itu, ia sedang memikirkan sebuah jawaban. Ia seperti shimshimi yang akan selalu menjawab apapun yang orang lain tanyakan ataupun ucapkan padanya. Xi YiJie (Micha) = Xi mi = Shimi. Kedua alasan tersebut membuat ku sering memanggilnya Shimi. "Pikirkan tentang mimpimu" jawabnya.
"Psh.. Kalau begitu kau harus membantu ku mencari mimpi, apa mimpimu? Mungkin aku bisa menconteknya" Sahutku. Ia kembali menatapku, kali ini tatapan sedikit menggambarkan kebingungan "Nan kkumi eobseoyo" Ujarnya.
Kini aku terdiam menatapnya, baru kali ini kudengar seseorang mengatakan ia tak memiliki mimpi, lalu untuk apa ia susah payah mendapat peringkat 1, untuk apa ia masuk academy music? Apa tujuan hidupnya. "Ya! Bagaimana mungkin kau.."
Ia memotong ucapan ku, seperti seorang gadis pembaca pikiran, ia menjawab semua pertanyaan ku, meski pertanyaan itu hanya kulampirkan dalam hati "Aku tak punya tujuan tertentu, aku tak tau ingin jadi apa saat aku dewasa nanti, aku masuk academy karena oppa ku lebih dulu masuk academy, aku hanya mengikuti nya saja, eomma bilang aku pasti bisa meraih hasil baik dimanapun aku ditempatkan, karena aku mempercayai setiap ucapan eomma, jadi kujalani. Aku tidak mengerti music sama sekali sebelum masuk kesini, dan kurasa aku bisa meraih peringkat pertama hanya karena kepanikan dan ketakutan ku"
Dahi ku mengerut semakin dalam, jawaban yeoja ini adalah jawaban paling ajaib yang pernah kudengar. Pertama ia tak memiliki mimpi, kedua ia bilang bisa meraih peringkat 1 hanya karena kepanikan dan ketakutannya =_=, dari planet mana anak ini berasal. "Bisakah noona bicara dengan bahasa manusia? Aku tak mengerti"
"Kau harus merasakan dalam situasi ku, baru kau akan mengerti.."
"Hah~" Hela ku tak sanggup meneruskan pembicaraan "Jadi tak ada harapan"
"Eum.. Appa ku namja yang keras, ia mengatakan padaku dan Luhan oppa, jika kami tak naik kelas saat sekolah maka ia akan menggantung kami sampai mati, ia mengucapkannya secara serius, meski jika kupikir-pikir lagi ia mustahil melakukannya" Cerita yeoja ini belum jelas kemana arahnya akan bicara "Lalu.. Jika aku dan oppa mendapat nilai buruk, maka Appa akan mengucapkan hal yang cukup menyakitkan. Awalnya kupikir rasa sakit itu hanya akan menyakitkan untukku. Sampai.. aku sadar bahwa ada yang lebih tersakiti mendengar ucapan appa lebih dari diriku sendiri"
Aku tak mengerti arah pembicaraannya, tapi.. sedikit banyak aku mengalami apa yang ia alami, karena itu aku mendengarkan ucapannya baik-baik "seseorang yang merasa lebih tersakiti? Siapa?"
"Uri Eommaga.." Jawabnya.
DEG.. Jawabannya seperti memukul ku, aku merasa appa tak adil padaku, karena itu aku sering membuat masalah selama sekolah. Aku memang sedikit belajar memperbaiki sikap ku selama di academy, tapi..
"Tak sengaja malam itu aku terbangun dan mendengar eomma ku menangis sendiri diruang tamu, sebelum nya Luhan oppa baru saja terkena hujatan appa setelah mendapat 1 nilai merah. Ia menangis sambil terus berkata 'sakiti saja aku, tapi jangan sakiti hati anakku' " YiJie noona terdiam, ia terlihat sedih saat mengingat kejadian tersebut. "Banyak orang mengatakan.. Namja tidak akan pernah menangis dihadapan banyak orang, mereka.. menangis malam hari. Kenyataannya appa hanya tertidur setelah meluapkan emosi melalui kata-katanya. Dan satu-satunya orang yang menangis sesak saat ia sendiri adalah.. Seorang Ibu. Seorang wanita.. Ia yang kan merasakan sakit begitu dalam saat orang lain.. sekalipun itu suami sendiri, mengatakan hal buruk tentang anaknya" Ia menghela nafasnya "Sejak saat itu.. Aku takut dan panik setiap kali mendapatkan nilai yang buruk, aku.. Tak ingin melihat eomma menangis.. Dan tiba-tiba saja ketakutan ku mengakibatkan aku melakukan segala sesuatu dengan baik =_= tiba-tiba saja aku yang tak mengerti apa-apa ini bisa meraih peringkat 1"
Apakah.. Ibuku pernah menangis ketika ia sendiri? Aku..sering sekali membuat masalah yang berakibat Appa membentak, tak jarang memukul ku. Apakah ia tersakiti lebih dari aku yang mengalaminya sendiri? Aku hanya memikirkan tentang diriku, tentang hatiku. Karena kurasa appa tak adil memperlakukan ku, maka aku mencari keadilan dengan jalan brutal. Tanpa kusadari.. Aku membuat ketidakadilan untuk Ibuku.
====


POV: Author

POST »» Xi Yi Jie
What will you got .. After succesfully being stronger?

Baekhyun tersenyum tipis. "Ini contoh mahluk yang hidup tanpa tujuan, menangisi hal yang tak harus ditangisi, mentertawakan hal yang tak lucu.. Melakukan sesuatu yang jelas akan berdampak buruk. Cih.. Ia pasti tidak bisa tidur.. Inkyung pasti mengatakan sesuatu padanya tadi sore, siapa yang menyuruhnya membantu Lay hyung, sudah jelas gal tersebut pasti menyeranya balik, bodoh"

REPLY » Byun Baekhyun
Another problem to face...
And also... happiness ^^

Baekhyun berdiri dari tangga, ia melangkah tenang menuju dapur "Eomma.. Kau sudah selesai menangis belum? Aku haus, kau mau aku lihat sedang menangis atau tidak" Canda Baekhyun seraya memunculkan kepalanya dari balik dinding dapur.
"Omoo!" Nyonya Byun segera menghapus air matanya, matanya berkedip berkali-kali memastikan ia benar-benar melihat anaknya, Baekhyun.
"Annyeong eomma.. Apa aku boleh kesana? Hehehhe" Goda Baekhyun.

===

Nyonya Byun membuatkan teh hangat untuk dirinya dan Baekhyun, ia lalu duduk disamping sang anak. Segera kedua tangannya memeluk erat tubuh Baekhyun. Baekhyun memeluk manja eommanya "Eomma sudah janji tidak akan menangis tanpa aku disamping eomma, tapi lihat sekarang, eomma memanfaatkan waktu disaat aku tidur, eomma nakal sekali" Ujar Baekhyun bernada canda. Ia melepaskan pelukan eommanya. "^^ Nan Gwenchana, aku sudah kebal dengan ucapan appa, eomma tak perlu sedih begitu"
"Tapi eomma menghawatirkan mu, karena kau tidak keluar kamar sejak tadi"
           
"Aku tertidur eomma.. Eiish.. Eomma chakam.. Aku punya satu pasien lagi" Seru Baekhyun sambil mengutak-atik Handphonenya. Ia menghubungi seseorang.
"Yeoboseyo.." jawab seorang yeoja diujung sabungan telpon.
"Ya shimshimi.. Ini sudah jam 3 pagi dan kau tetap menangis begitu, cepat tidur, besok kita masuk pagi" Sentak Baekhyun.
"Kau.. Tau darimana aku.." Tanya Micha terbata karena ia memang sedang menangis saat itu.
Baekhyun tak meladeni kesedihan Micha, ia mengganti topic "Ah.. Buku catatan ku hilang, apa ada di tas mu? Aku sudah tanya yang lain, mereka bilang tak ada pada mereka"
"Hisk..huump ne.. Aku ingin memberitahu mu tadi, tapi aku lupa, akan kubawa besok"
"Gurae.. Cepat tidur, annyeongg..~" Baekhyun menutup sambungan telephone "Kkeut.. Eomma, sampai dimana pembicaraan kita tadi?" Tanya Baekhyun.b"Ommoo.. Kau menelpon siapa jam 3 pagi begini? Kenapa terdengar suara anak wanita?" Tanya Eomma Baekhyun penasaran.
"Salah satu yeoja yang terjangkit penyakit menangis tengah malam seperti eomma, ada apa dengan para yeoja saat ini.. Aissh.. mereka bahkan tidak tidur hanya karena masalah kecil" Eluh Baekhyun sekaligus menyindir eomma nya. "Hehe"
PLAKK.. "Kau ini.. banyak hal yang dirasakan oleh wanita yang tak dimengerti oleh namja, kau seharusnya menenangkan yeoja itu, kasihan sekali dia, pasti dia punya masalah berat"
"Yeoja itu bermasalah dengan bibir berbisa anak perempuan appa tersayang" sindir Baekhyun. "Tapi anak itu memang hobi menangis juga.. sudah biasa dia begitu" Jelas Baekhyun dengan santai.
"Ah gurae.. Baekhyun, ceritakan pada eomma apa yang terjadi pada Inkyung di academy sebenarnya?" Pinta Eomma Baekhyun
"Seperti biasanya, Eomma akan lupa dengan kesedihannya jika ia sudah menemukan partner bicara, sekarang ia sedang menginterogasiku tentang apa saja yang terjadi di acdemy. Sudahlah.. Yang penting sekarang ia sudah tersenyum lagi ^^, maaf sudah membuat mu khawatir.. Eomma" Ujar Baekhyun dalam hatinya.

☆*:.. o)o ..:*☆

07.00 AM
EunHee terbangun dari tidurnya, ia membuka pelan matanya. Xiumin belum datang, biasanya ia sudah datang dari pagi-pagi buta. Eunhee pun hanya merebahkan malas tubuhnya meski ia sudah bangun.





Tok..tok tokk.. Suara ketukan pintu muncul bersamaan dengan munculnya sosok Kai dari balik pintu tersebut "Pagi noona ^^" Sapa Kai pada Eunhee.bSeketika Eunhee menyambut kedatangan Kai, ia duduk bersandar pada tempat tidurnya sambil tersenyum manis seolah menyapa dan mengucapkan selamat pagi. Kai mendekat, membawa serta sarapan dan obat untuk Eunhee pagi itu. Ia duduk disisi tempat tidur Eunhee. Senyum Kai bisa sedikit lebar setelah semakin hari keadaan Eunhee tampak membaik. "Noona, aku bahagia sekali melihat noona sekarang"
Eunhee menggapai tangan Kai, menggenggam tangan itu erat. "Ja~ sekarang noona harus sarapan dan meminum obat noona ^^" Seru Kai. Entah mengapa Ekspresi Eunhee berubah, ia melihat-lihat sekitarnya, kepala Eunhee menggeleng berkali-kali, ia menunjuk apa yang kai bawa sambil terus menggeleng panik "Eung.. a..eung. gm.. hm eung" Ia mencoba mengucapkan sesuatu yang tak dimengerti oleh Kai. "Noona tenanglah.. wae? Mengapa noona menjadi panik begini" Tanya Kai bingung, ia berusaha menenangkan Eunhee, namun kepanikan Eunhee tak jua berhenti.

"Kau tidak bisa memberi tahu seseorang dalam keadaan panik, tak seorangpun akan mengerti maksud mu, cobalah untuk tenang dan ucapkan perlahan" Xiumin.

Mengingat ucapan Xiumin tersebut, Eunhee menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskan perlahan. Ia harus menenangkan dirinya sebelum berusaha menyampaikan sesuatu pada Kai. Kai tak mengerti apa yang terjadi, ia hanya diam dan terus memerhatikan Eunhee. Sampai.. EunHee mendekat, Kedua tangan Eunhee mengatup disisi wajah Kai "Hhhh~ na.. hh..eung.. ti..h.."  Belum sempat Kai menelaah apa yang Eunhee coba ucapkan, Bibi Shin datang memasuki kamar Eunhee "JongIn... apakah Eunhee sudah..." Bibi Shin heran dengan apa yang Eunhee lalukan "Kalian sedang apa?" Tanya bibi Shin seraya mendekat.
"Eunhee noona sepertinya berusaha memberi tahu sesuatu padaku bibi" Ujar Kai pada bibi Shin.
"Ini sudah jam 7, kau harus segera berangkat JongIn, bibi akan mengurus Eunhee, memastikan ia memakan sarapan dan obatnya" Ujar bibi Shin.
"Ah.. Bibi benar." Kai menatap Eunhee "Noona, aku berangkat dulu, noona jangan lupa menghabiskan makanan dan minum obat noona" Kai mengelus sayang kepala sang kakak, lalu mengecup kening Eunhee. "Sarangahae noona"
"Kau sudah yakin tak ada yang tertinggal?" Tanya bibi Shin layaknya seorang Ibu yang memperhatikan anaknya.
"Eobseo bibi.. Aku berangkat dulu" Pamit Kai, ia melambaikan tangannya pada Eunhee, lalu pergi ke academy. "Annyeong noona"
Bibi Shin menghampiri Eunhee, ia tersenyum ramah "Waktunya sarapan sayang"

☆*:.. o)o ..:*☆

"Ya Oh sehun!" Gertak Inkyung pada adiknya itu. Sehun merapihkan pakaiannya, ia tak terlalu menggubris Inkyung karen ia sudah tahu topik apa yang akan Inkyung bicarakan.
"Ya! Apa maksud mu membela Baekhyun dihadapan Appa semalam? NEO MICHOSEO!" Bentak Inkyung. Sehun menutup telinganya yang pengang akibat suara Inkyung. "Berisik sekali"
"Aku ini kakak kandung mu Sehun, mengapa kau lebih mementingkan Baekhyun dibanding dengan ku!" Inkyung terus mempertanyakan perbuatan Sehun kemarin.
"Aku akan menjawab, tapi kumohon untuk berhenti bertanya jika suatu saat aku melakukan hal yang sama lagi!" Kali ini Sehun sudah kehabisan kesabaran "Dengarkan aku noona. Benar bahwa tuan Byun adalah ayah kandung noona juga ayah kandung ku. Tapi kau harus ingat, ia bahkan tak pernah menikah dengan eomma. Lalu apa yang kau pikirkan? Tak adil untuk mu dan untuk ku karena kita tak bisa hidup di rumah mewah seperti Baekhyun hyun Hyung? Tak adil karena kau dan aku tak bisa diakui secara legal sebagai anak dari keluarga kaya sementara posisi kita seharusnya sama dengan Baekhyun Hyung? Lalu apakah kau pikir ini adil untuk Baekhyun Hyung? Ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya berselingkuh dengan orang lain, bahkan yeoja itu melahirkan seorang anak ditahun yang sama dengan kelahirannya!!! Memang bukan saatnya lagi menyesali bahwa apa yang terjadi antara eomma dan tuan Byun adalah suatu kesalahan, bahwa kau dan aku layak menyadang sebutan 'anak haram'.. Tapi.. Bukan berarti kau juga harus bangga dengan dengan sebutan itu.." Sehun mengambil tasnya, ia segera beranjak meninggalkan Inkyung "Aku berangkat"





☆*:.. o)o ..:*☆

POV: Minseok
07.10 AM
           
Aku datang disaat yang tepat, sesuatu yang buruk baru saja terjadi, namun sesuatu yang lebih buruk juga mungkin bisa terjadi. Kupacu kedua kaki ku untuk terus berlari "Hah..hah..hah" Tak ada waktu untuk mengatur nafas, aku harus segera mencari bantuan. Ah benar, jalanan ini akan melewati rumah Kris dan Luhan, semoga aku tidak salah, tap tap tap... Aku berlari semakin kencang hingg akhirnya kulihat sosok Luhan dan Kris yang hendak berangkat ke academy bersama dengan Sungchan dan juga Yoora. "KRISSSS!! LUHANNN!" Teriakku cepat.
"Xiumin.. Ada apa? Kau sepertinya..."
Kupotong ucapan Kris barusan, tak ada waktu lagi "Ikutlah dengan ku, JongIn sedang dalam bahaya" ujar ku cepat.
"KAI! WAE?!" Tanya Yoora kaget.

☆*:.. o)o ..:*☆

Kai berjalan sendiri menyusuri jalanan menuju halte bus, ia memasang headset pada telinganya, menghirup udara pagi nan segar. Ia terhenti didekat halte bus, dimana ia biasa menunggu Sehun disana. "Kim JongIn" Sebut seorang namja berpakaian hitam, dan sekitar 10 orang bertubuh besar dibelakangnya. Kai melepas headset ditelinganya "Ne?" Jawabnya sedikit waspada.






Namja yang berdiri paling depan memberi aba-aba dengan gerakan tangan. 3 orang pengikutnya dengan cepat mengikuti perintah tersebut, mereka berdiri mengelilingi Kai. Seorang disamping kanan, seorang disamping kiri, dan seorang lagi didepan Kai. Tanpa basa basi BBBBBUUUUKKKKK.. "ARRGH!" Sebuah hantaman keras menyambar perut Kai.

===TBC===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar