Senin, 13 Januari 2014

Dream Catcher [CHAPTER 1]



~CAST~
SMALLKEY MEMBER AS YEOJA CAST
Kim EunHee ( f(x) Victoria)
Wu Yoora (f(x) Krystal),
Oh InKyung (BPPOP Kang Inkyung),
Kim minhyo (HV Yoonjo),
Park Sungchan (Ulzzang Ryu Hyeju),
Xi Yi Jie / Micha (IU),
Lee Miyoung (SNSD Yoona),
Lee Songhee (f(x) Sulli),
Kim EunKyo (AOA Hyejeong)

EXO MEMBER AS NAMJA CAST
Kim Minseok (Xiumin)
Kris Wu
Xi Luhan
Do Kyungsoo (DO)
Byun Baekhyun
Kim Jongdae (Chen)
Zhang Yixing (Lay)
Park Chanyeol
Kim JoonMyeon (Suho)
Huang Zi Tao (Tao)
Kim Jongin (Kai)
Oh Sehun



☆*:.. o)o ..:*☆

As if I was reborn as a child who doesn’t know anything

I thought it was a dream so I closed my eyes and opened them again

I am standing in front of you as if I was praying

I want to walk side by side with you at least once... Just once.


POV: Minseok
08.00 AM
            Setiap sudut di kamar dengan tampilan elegan nan mewah ini menggambarkan kebisuan. Pancaran cahaya matahari yang menelusup melalui jendela juga seolah tak mampu menerangi kegelapan yang menyelimuti tempat ku berada saat ini. Aku hanya terdiam ketika merasakan sentuhan angin membelai wajah ku. Mengapa semua ini terasa begitu menyakitkan?. Mereka terus menyentuh ku, sementara aku hanya bisa mengacuhkan ajakan mereka untuk bermain. Aku ingin sekali bermain bersama mereka, namun aku tak bisa melakukan apapun dan dimanapun aku berada, tak akan ada perbedaannya.
            “Cleekk..”, Suara pintu kamar ku terbuka, sesorang pasti mencoba mengajak ku bicara lagi hari ini. Cih.. Aku sudah kehilangan semangat untuk berbicara. Mengapa mereka tak pernah mengerti sedikitpun?.
"Minseok-ah", aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku hafal sekali suara itu. Suara seseorang yang kucinta, atau mungkin…seseorang yang “pernah” kucintai. Hingga saat ini pun aku tak pernah tahu bagaimana sebenarnya perasaannya terhadapku. Gadis itu berjalan menghampiriku. Ia menebar senyum sesaat setelah ia berada disamping ku, senyumnya begitu indah, terlalu indah seperti layaknya obat-obatan yang mampu menenangkan namun membunuh secara perlahan. "Bagaimana keadaan mu hari ini?", Aku tak menggubrisnya, bahkan aku menggerakkan mata ku ke arah lain, enggan rasanya menatap wajah cantik yang sebelumnya kurindukan setiap detik dalam hidupku. "Mengapa kau selalu seperti ini padaku? Tidakkah bisa kau melupakan semua yang telah terjadi? Sudah kukatakan aku merasa bersalah bukan?" Ujarnya manis mencoba meyakinkan ku. "Kau membuat ku seperti orang bodoh, setiap hari aku datang untuk menemui mu dan setiap saat itu pula kau memperlakukan ku seperti orang lain, semakin hari kau membuat ku.. semakin merasa aku tak mengenali diri mu", ia terus saja mengungkapkan kekecewaannya atas sikap dinginku beberapa hari ini. Hanya hal itu yang ia ucapkan berulang-ulang tanpa henti. Aku bahkan sudah dapat mengingat dengan baik setiap kata-katanya, mungkin ia membaca itu dari buku, lalu meng copy paste melalui ucapannya. Aku menutup mata dengan malas. "Baiklah jika itu mau mu, Aku akan pergi... Tapi esok aku akan kembali" Sergahnya tak sabar menghadapi penolakan ku. Dapat kurasakan wajahnya perlahan mendekati wajahku dan ia memberikan serangan pada pipi ku dengan bibir nya. Tak ada gadis lain yang berani melakukan hal itu padaku selain dirinya. Ia melangkah pergi setelah melakukannya. Cih..aku yakin ia tak akan berani melakukan hal itu pada pria lainnya. 

 ☆*:.. o)o ..:*☆

 POV: Author


Sebuah bangunan rumah mewah dengan halaman yang begitu luas berdiri tegak tak jauh dari bangunan sebuah Academy ternama. Pemilik rumah mewah itu dikenal sebagai salah satu orang terkaya didaerah sana. Anak pemilik rumah itu bernama Kim JoonMyeon atau biasa disapa Suho. Sebagai putra dari seorang pengusaha kaya, Suho mempunyai wewenang untuk melakukan apapun termasuk memfasilitasi teman-temannya untuk tinggal di rumahnya. 
Tao berdiri didepan cermin pada kamar mandi tanpa menutup pintu, berkali kali ia melakukan berbagai pose disana. Seorang lain bernama Chanyeol duduk disebuah sofa yang tepat terletak bersebrangan dengan kamar mandi, mengangkat sebelah alis nya heran melihat tingkah Tao yang sudah berjam-jam didalam kamar mandi.
" Tao-ya, kau sedang apa sih dari tadi?" Seru Chanyeol.
"Menurut kalian....apa ada yang salah denganku?", ujar Tao dengan ekspresi sedih dan dramatis. Kim Jongdae atau Chen, yang sedari tadi duduk di samping Chanyeol hanya sibuk mengganti saluran TV. Ia sama sekali tak berminat menjawab pertanyaan Tao yang tidak penting itu. 
"Apanya yang salah? Tidak ada yang salah", ujar Chanyeol dengan ekspresi polos seolah itu adalah pertanyaan yang baru saja ditanyakan Tao untuk pertama kalinya. Padahal sesungguhnya, Tao telah menanyakan pertanyaan itu puluhan kali, dan hanya Chanyeol lah yang dengan setia menjawab pertanyaan tersebut.
"Wajahku....apa kurang tampan? Kemarin Gadis yang kusukai baru saja memiliki kekasih...mengapa ia lebih memilih laki-laki lain dibanding diriku?", ujarnya sambil menghela nafas. Chen yang tak tahan mendengar keluhan Tao akhirnya angkat bicara. 
"Tenang saja...nanti kalau wajahmu sudah setampan diriku, pasti banyak wanita yang mengejarmu", jawab Chen percaya diri.
"Ah..benar sekali! Aku sering melihat Minhyo noona mengejarmu!", ujar Chanyeol membenarkan ucapan Chen. Mendengar nama Minhyo disebut, Chen pun langsung melemparkan tatapan kubunuh-kau-Park Chanyeol. "Yang itu tidak masuk hitungan", jawab Chen ketus. 
"Tapi sepertinya Minhyo noona adalah satu-satunya gadis yang mengejarmu selama ini bukan?", ujar Chanyeol bersemangat. Chen terlihat semakin geram. Melihat Chen yang akan berubah menjadi Hulk sebentar lagi, Chanyeol pun tersadar. Ia tersenyum lebar sambil menunjukkan telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf "V". "Mian..hehe", ujarnya.

Tao akhirnya keluar dari kamar mandi setelah bermeditasi di sana selama berjam-jam disana. Ia berjalan lesu menghampiri Chen & Chanyeol, dan kemudian duduk di lantai dan langsung menyambar Snack milik Chanyeol.
"Aku jadi lapar" serunya.
"Makan sana! sampai 'Ibu' mu pulang nanti", ujar Chen kesal karena makanannya yang direbut Tao. Di tengah pertengkaran kecil antara Tao dan Chen, tiba-tiba terdengar sebuah suara dari pintu depan.
"Kalian sudah pulang? Sejak kapan? Maaf aku terlambat", Suho memasuki ruangan di mana Chanyeol, Chen, dan Tao sedang menghabiskan waktu bersama.  Ia baru saja pulang dari Jeju setelah Chanyeol menelponnya kemarin, memberi tahu bahwa mereka sudah kembali ke rumah Suho setelah masa liburan hampir berakhir. Pagi itu ia menggunakan setelan jas putih, lengkap dengan kacamata hitam ala celebrity.
 
"Wawww Suho hyung, Kau semakin menjadi-jadi nampaknya(?)" Seru Chanyeol. Suho melempar jas dan kacamata ke tempat tidur Tao "Ah biasa saja" ujar suho bernada merendah namun tingkah menjadi. 
 "Hyung kau tau tidak, Tao sekarang sudah tidak bodoh lagi" Seru Chanyeol tiba-tiba saja.
 "Ah benarkah?" Ujar Suho menanggapi seolah ia adalah ibu Tao.
 "Kau hebat" Suho menepuk pundak Tao. "Apa semester ini Tao sudah tidak mendapat nilai E lagi?", sambungnya.
 "Kalau itu keajaiban namanya Hyung, jangan berkhayal setinggi itu" Celetuk Chen sambil terkekeh santai.
 "Lalu?" Tanya Suho lagi.
 "Nilai E nya berkurang tapi masih ada 1" Jawab Chen santai. Tao mengangkat dagu bangga tas prestasinya. "Aku hebat kan?", ujarnya.  Suho,Chen, dan Chanyeol saling bertatapan lalu tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahahahaahha"        
"Hahaaha"
"Lalu kenapa kita jadi bangga?" Ujar Chanyeol mendadak sadar ia memperhatikan semua orang dengan tatapan polos. Selesai bercanda, Tao kembali ke ke mode lemas "Ahh lapar lagi" ia kembali menyambar snack, kali ini milik Chen.
 "Ya! itu milikku, ibu mu sudah datang.. minta belikan sana" Ujar Chen merebut kembali snack miliknya dari tangan Tao.
"Hyung~~~" Tao menarik-narik ujung lengan baju suho, ia menunjuk-nunjuk Chen yang sudah mengambil kembali Snack nya, "Hyung snack~Hyung aku sedang sedih jadi aku lapar terus". Suho menatap Tao dengan iba seolah melihat anak hilang yang tak tau jalan pulang. Ia kemudian duduk disamping Tao dan menepuk nepuk pundak Tao penuh kasih sayang.
 "Apa yang terjadi padamu, ceritakan pada hyung" ujarnya.
 "Hyung"
 "Ne"
 "Kurasa sebentar lagi aku akan mati" ujar Tao.Chanyeol dan Chen menonton mellow drama dihadapan mereka, keduanya terlihat serius karena sepertinya Tao juga akan serius mengatakan sesuatu pada suho.
 "Wae?" Tanya suho. Tao menarik nafas panjang, ia menghembuskan nafasnya sambil menundukkan kepalanya. Setelah itu ia kembali menatap suho "SUDAH AKU BILANG AKU LAPAR!!!! Chen HYUNG MEREBUT SNACK NYA, BELIKAN AKU MAKANAN?" amuk Tao. Suho pun keluar kamar dengan dramatisnya, membawa senjata paling ampuhnya (dompet) menghadapi terik matahari yang sebentar lagi akan meninggi demi memberi makan Tao.
"Heol~" seru Chanyeol sudah tak tertarik lagi.
"Payah" lanjut Chen. "Suho hyung hanya menang urusan uang, tapi ia kalah sangar dengan anak panda.. Kalau aku jadi Suho Hyung, sudah aku usir keluar Tao dari sini, ini kan rumahnya" bisik Chen pelan pada Chanyeol.
"Psh haha"
"Wae?"
"Kau hebat, aku tak berfikir sampai ke sana" Jawab Chanyeol.
"Heol ~"
 Tao berdiri, lalu berjalan keluar dari kamarnya "Nanti hubungi aku kalau Suho hyung sudah bawa makanan"
"Kau mau kemana?" Tanya Chen dan Chanyeol bersamaan.
"Cari udara segar" Jawab Tao sambil berlalu pergi.
"Jangan makan anak orang dijalan Tao-ya.. Araseo" Teriak Chen pada Tao.

☆*:.。. o)o .。.:*☆
AT NIGHT
06.30 PM

            Kris dan Sungchan turun dari mobil. Sungchan dan kakak sepupunya Kris, baru saja pulang dari berlibur ke China. Kris membantu Sungchan mengeluarkan barang-barangnya dari dalam bagasi mobil. Sekilas dalam pandangan Kris ia melihat Luhan keluar dari rumahnya yang berhadapan dengan rumah Kris, Luhan tersenyum begitu melihat Sungchan "Dasar" seru Kris pelan.
"Kenapa Namja itu?" Seru Sungchan tak perduli.
"Begitulah" Jawab Kris santai.
"Begitu apanya =_=?"
"Ya begitu" jawab Kris lagi sambil tetap berdiri di tempatnya seolah sedang menunggu seseorang.
"Kita tunggu apa? Kenapa tidak segera masuk?" Tanya Sungchan pada Kris.
"Tunggu wangsit" Jawab Kris asal, ia duduk di salah satu kursi di halaman rumahnya. Sungchan duduk disamping kirinya. Sungchan menguap karena ia sedikit bosan. Luhan tersenyum tenang menghampiri Kris dan Sungchan "Annyeong ^^", sapanya ramah. "Aku masuk duluan", ujar Kris sambil tersenyum tenang. Ia merogoh kunci rumah pada sakunya, membuka pintu, membawa beberapa koper dan segera masuk ke dalam. Kris keluar lagi setelah 5 menit kemudian. Ia membawa koper Sungchan, sebelum masuk ke dalam lagi, ia mengucapkan sesuatu "Biaya pacaran disini, 1 jam 5000 won"
"Hahahaha" Luhan tertawa lebar mendengar pernyataan Kris.
"Sana pulang, nanti kau diculik" Seru Sungchan pada Luhan.
"Hahaha... Bagaimana liburan mu? Menyenangkan?" Tanya Luhan.
"Eum tapi aku lelah" Jawab Sungchan,
"Beristirahatlah kalau begitu" Ujar Luhan masih tersenyum. Sungchan kemudian merogoh-rogoh ranselnya seperti mencari sesuatu. "Makanya kau pulang sana", ujar Sungchan ketika ia telah menemukan apa yang ia cari, dengan cepat ia mengeluarkan benda itu, lalu memberikannya pada Luhan "Bye" Ia buru-buru pergi setelahnya. Luhan memperhatikan Sungchan sampai pintu rumah Sungchan tertutup. Ia membuka kotak kecil berisi sebuah gelang bertuliskan "Baby Deer <3" Luhan tersenyum menatap benda itu.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

06.15 PM

Message:
Kau di mana? Out.

Message:
Lihatlah dengan mata hatimu, maka kau akan menemukan pangeran tampan yang kau cari kkk~ in!.

Message:
Ssshh =__=

Yoora sengaja meminta Kris untuk menurunkannya terlebih dulu sebelum mereka tiba di rumah. Ia sudah berjanji pada seseorang, bahwa pria itulah yang akan menjadi orang pertama yang akan ditemuinya ketika ia kembali ke Korea.  Yoora tersenyum kecil ketika matanya menangkap sosok pria yang dicarinya tersebut, pria itu juga tersenyum ketika melihat Yoora. Ia sebenarnya sudah melihat kedatangan Yoora sejak tadi, hanya saja ia sedang ingin bermain-main dengan gadis itu. Maka dari itu ia tak langsung memberitahu keberadaannya pada Yoora. 
"Annyeong~", sapa pria itu.
"Ya oppa! Kau sudah melihatku sejak tadi bukan?"
"Tentu saja! hahaha", jawab pria itu santai. Yoora menggembungkan pipinya sebal sambil bertolak pinggang. Yoora menghempaskan tubuhnya tepat di salah satu tempat duduk di taman itu. Ia duduk tepat di samping pria itu. Ia kemudian mengambil sebuah batu dan berniat untuk melemparkannya ke arah danau, namun pria itu menahan tangan Yoora.
"Ya! Yoo..Yoora, jangan lempar batu sembarangan!. Apa kau lupa mitos tentang danau ini?", ujarnya panik.
"Ya Byun Baekhyun!, Aku tak percaya dengan mitos dan sejenisnya", ujarnya santai. Baekhyun kemudian menjitak pelan kepala Yoora. 
"Ya panggil aku 'oppa', kau lebih muda dariku satu tahun!"
"Habis oppa childish sekali!, percaya saja dengan mitos semacam itu!", ujarnya sambil menepis tangan Baekhyun. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan melemparkan batu kerikil ke danau. Batu itu tenggelam beberapa detik kemudian. "Oppa lihatlah...tak ada yang terjadi kan?", ujarnya santai. 

Yoora kembali duduk disamping Baekhyun. Mereka sempat berbincang beberapa saat ditempat itu sekedar melepas rindu karena sudah lama tak bertemu. Tiba-tiba saja Yoora melihat bayangan seorang namja dari balik pohon, matanya membelalak dan bulu kuduknya berdiri, wajah namja itu pucat dan sekitar matanya terdapat lingkaran hitam, dengan segenap tenaga Yoora berteriak "AAAAAAAAAAA~~~~" Tanpa pikir panjang, ia menarik Baekhyun pergi dari sana, keduanya berlari sangat cepat seperti dikejar hantu.


Yoora dan Baekhyun berlari cukup jauh dari sana. Mereka beristirahat sejenak sambil terengah-engah. Baekhyun menahan Yoora agar tidak lari lagi,
"Ah., huhh.. Aku lelah..Kenapa tiba-tiba mengajakku berlari? Ada apa huh?" Sentak Baekhyun kelelahan.
"Aku melihat hantu oppa....aku yakin itu sekali itu hantu!. Wajahnya pucat dan terdapat lingkaran hitam pada matanya...seperti panda..Ia persis sekali seperti hantu yang sering kulihat di film-film!", ujar Yoora terengah-engah, ketika mencoba mendeskripsikan apa yang baru dilihatnya pada Baekhyun tadi. 
"Ah..begitu...", ujar Baekhyun tenang, ia terdiam sejenak hingga kemudian ia menyadari apa yang baru saja dibicarakan Yoora tadi, "Chakkaman...kau bicara apa tadi? Ha-hantu? MWO? HANTU? AAAAAA~!!!", seru Baekhyun ketakutan sambil menarik Yoora untuk melarikan diri dari tempat itu.



☆*:.. o)o ..:*☆




06.30 PM

Tak ubahnya seperti Chanyeol, Chen dan Tao..Lay ( Yixing ) juga salah satu teman Suho yang menumpang tinggal dirumah Suho, ia baru saja kembali dari China, kampung halamannya. Semua pelayan di kediaman suho selalu menyapa raman teman-teman Suho.
 "Anda sudah kembali tuan Zhang" Sapa salah seorang pelayan tua disana.
 "Ne ajuma, dimana yang lain? Sepertinya sepi sekali hari ini" Tanya Lay bingung karena susana rumah begitu sepi, tak seperti biasanya.
"Sebagian sedang pergi keluar, hanya Tuan muda yang ada di kamarnya, ia masih belum keluar sejak sore tadi"
"Begitu rupanya, kamsahamnida" Lay menuju kamarnya, ia membereskan beberapa barang, lalu menuju ke kamar Suho, untuk memberitau bahwa ia telah kembali.

☆*:.. o)o ..:*☆
06.45 PM

 Suho duduk didepan layar komputernya, ia me-refresh berkali kali halaman website yang sedang ia buka. Ia sedikit tak percaya dengan apa yang ia lihat, namanya berada diurutan ketiga dari 200 siswa pada tingkat 3 Hong Music & Art Academy. Sedikit kesal ia menghentak meja belajarnya.  
"Eo.. ?!" Rupanya Lay masuk disaat yang bersamaan, "Kau baik-baik saja?". Suho menoreh pada Lay yang sudah sampai didepan pintu kamarnya. 
"Kau tidak mengetuk pintu?" Ujarnya sedikit ketus, berbeda dengan Suho yang Lay kenal selama ini.
"O.. Mian.. Tapi aku sudah berkali-kali mengetuk pintu, tapi kau tidak menjawab ku, dan pintu ini... Memang tidak tertutup sejak tadi",ujar Lay. Suho mencoba menenangkan dirinya sejenak "Ah.. Mianhae"
 "Gwenchana.. Hanya ingin memberi tahu kalau aku sudah kembali, maaf mengganggu, aku akan kembali ke kamar.. Annyeong" Pamit Lay, namja itu langsung pergi ke kamarnya. Suho menghela nafas, ia sekali lagi me-refresh halaman website yang sama, tentunya hasil tersebut juga tidak berubah. Ia bangkit dari kursi tempat ia duduk sebelumnya, lalu balik menghampiri Lay ke kamarnya.

☆*:.. o)o ..:*☆

"Kau sibuk? Bisa aku bicara sebentar" Seru Suho didepan pintu kamar Lay yang juga memang tak tertutup.
"Aniyo.. Masuklah, wae?" Jawab Lay ramah. Suho duduk pada Sofa di kamar itu, diikuti oleh Lay setelahnya, ia menjulurkan tangannya untuk berjabat "Chukahae".
"Wae?" Tanya Lay bingung. Suho kemudian menyerahkan selembar kertas pada Lay. 
"Semester ini kau menjadi peringkat dua di angkatan kita", ujar Suho datar.
"Kau tidak bercanda?" Lay sungguh tak percaya, ia mengambil kertas dari tangan Suho dan memerhatikannya baik-baik. "Kau no 3?" Tanya Lay hati-hati sekaligus tak percaya.
"Aku sudah berusaha semampu ku, begitulah hasilnya" Jawab Suho.
"Chamkaman" Lay mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, ia menyalakan laptop tersebut dan segera mengecek nilainya sendiri, dalam bagian home website tersebut hanya ada urutan siswa dari masing-masing tingkatan (1-4) namun untuk detail nilai masing-masing memerlukan login dari setiap siswa. "Kau mencetak nilai mu?". Suho mengangguk, ia memberikan hasil cetak nilainya "Ini". Nilai di setiap class yang diikuti Lay dan Suho semuanya sama, hanya satu class yang membuat nilai Lay lebih tinggi dari suho, yaitu chinese class, Lay tak mengatakan apa-apa pada Suho yang sudah melihat nilai itu dengan mata kepalanya sendiri. 
"Hanya berbeda sedikit, sayang sekali ya" ujar Lay pelan, agar tidak menyakiti perasaan Suho yang biasanya selalu meraih peringkat 1 di Academy milik Ayahnya sendiri itu.
"Kau akan naik ke tingkat 4?" Tanya Suho "Kau masih memiliki 1 kali pilihan untuk upgrade class bukan?"
"Ne.. kurasa aku akan mengambilnya lagi, mungkin dengan begitu aku juga bisa lulus lebih cepat, hitung-hitung memgurangi biaya yang akan dikeluarkan oleh orang tua ku"
"Kurasa aku juga akan mengambilnya.." Jawab Suho "Kita bisa satu kelas lagi"
"Ne.. Di tingkat 4 nanti kau pasti mengalahkan ku lagi seperti biasanya" Jawab Lay masih tak enak hati karena peringkatnya lebih tinggi semester ini.

HONG MUSIC N ART ACADEMY'S RULE:
            Siswa semester 1 dan 2 (Tingkat 1) akan melewati semester secara normal. Setelah semester 3 (Tingkat 2) , jika ia termasuk dalam peringkat 25 besar pada angkatan/tingkat yang bersangkutan ia bisa mengambil upgrade class (Skip semester 4) untuk naik ke tingkat 3 (semeseter 6). Siswa upgrade akan mengambil semester 6 lebih dahulu, baru semester 5 pada semester selanjutnya. Kesempatan upgrade class dapat dilakukan 2x. Tingkat 1 dan 3 tetap harus dijalani selama 1 tahun penuh.

☆*:.. o)o ..:*☆
06.00 PM

Tao berjalan mendahului Chanyeol dan Chen, di malam yang begitu dingin ia masih meratapi yeoja pujaan hatinya yang baru saja memiliki kekasih. Ditatapnya bulan yang bersinar begitu terang. "hufhh"
"YEEEEEIII...." Chen bersorak gembira setelah melihat nilainya melalui smartphone miliknya "Chanyeol-ah.. Lihat, aku peringkat 24.. Bukankah itu artinya aku bisa upgrade class?" Seru Chen pada Chanyeol. Sejak pagi tadi mereka berdua sibuk diminta oleh Tao untuk mengurusi nilai Tao, sehingga keduanya belum melihat nilainya sendiri. "Cepat lihat milikmu, mungkin kau lebih tinggi"
"Ok.." Chanyeol langsung mengecek website academy, ia menemukan namanya pada urutan ke 6 dari 200 siswa pada tingkat 2 "Maldoandwee.. No 6"
"Ah jincha.. Aiisshh sial mengapa begitu tinggi", keluh Chen.
"Eiii.. Gwenchana 24 tidak terlalu buruk" Ujar Chanyeol menyemangati Chen.
 Mendengar teman-temannya bernilai baik membuat Tao semakin tak bersemangat hidup. Pada tes masuk Academy, Tao meraih peringkat 197 dari 200 orang yang diterima. Semester ini setelah mendapat pelajaran intensif dari Suho, Chen, Lay dan Chanyeol, Tao berhasil naik ke peringkat 150 dari 200 "25 dan 150 terasa begitu jauh" Seru tao lemas. Chanyeol dan Chen merangkul pundak Tao, mereka memberi semangat pada anggota termuda dari kaum (?) mereka ini "Tao-ya.. Kau masih semester 1, masih ada semester 2.. Sampai nanti semester 3 kau sudah bisa meng-upgrade class jika kau masuk 25 besar, dalam 1 semester saja kau bisa naik 47 peringkat", semester 3 nanti bukan tidak mungkin kau jadi no.1, bukankah begitu Jongdae-ah?" Ujar Chanyeol. "Jangan berharap terlalu tinggi begitu juga" Ujar Chen pelan, ia lalu tersenyum tulus untuk menyemangati Tao "Bagaimanapun nanti, yang pasti selama satu tahun kedepan, kami berjanji akan membantu mu, kau harus bersemangat" Tambah Chen.

Tao terharu atas perlakukan Chanyeol dan Chen, ia pun meneteskan air matanya secara dramatis sambil menatap mata Chanyeol dan Chen bergantian "Gomawo hyung hikss, aku tak tau lagi bagaimana kalau tidak ada kalian". Chanyeol, Chen dan Tao berhenti didepan danau, seperti biasanya danau tersebut sepi, hanya terdapat orang disana. Tao terdiam, ia membaca sebuah batu yang bertuliskan tentang mitos dari danau tersebut:

Find your Love..
Jika sepasang manusia melemparkan batu dalam waktu yang bersamaan ke dalam danau secara tak disengaja, maka mereka akan berjodoh kelak. Orang pertama yang melihat pasangannya setelah menyadari mereka melemparkan kedua batu, maka ia adalah pihak pertama yang akan jatuh cinta pada pihak yang lainnya.

           
"Tao-ya.. Tak usah dibaca, mitos itu hanya bualan" Chen mencoba meyakinkan Tao bahwa mitos tentang danau jodoh itu tak benar adanya. "Gara-gara aku dan Minhyo noona tak sengaja melamparkan batu ke danau secara bersamaan, sampai saat ini Minhyo noona mengejar-ngejarku, dia bilang aku adalah jodohnya =_="
"Mungkin dia memang jodoh mu kelak" Ujar Chanyeol seadanya.Chen langsung menghantarkan tatapan petirnya pada Chanyeol. "A.. Eu.. Mian.." Seru Chanyeol terbata.
"Hyungdeul pulang duluan saja, aku mau main disini sebentar" Tao berjalan memasuki kawasan danau meninggalkan Chen dan Chanyeol.
"Ne.. Jangan main dengan hantu-hantu disini Tao-ya, araseo!" Saran Chen.
"Psh.. Saran mu selalu terdengar tak enak Jongdae-ah ahahah, khaja.." Chanyeol dan Chen meninggalkan kawasan danau tersebut. Chanyeol terus menatap kebelakang, ia pribadi sebenarnya pernah mengalami hal yang sama seperti Chen 3 bulan lalu, namun hingga saat ini ia belum pernah bertemu lagi dengan Yeoja yang pernah melemparkan batu secara bersaamaan dengannya waktu itu. Jauh didalam hatinya ia percaya suatu saat nanti ia akan bertemu dengan yeoja itu.

***
06.15 PM

 Meski sudah mendapat pasokan semangat dari kedua Hyung nya, Tao tak juga merasa lebih baik, malam itu ia memikirkan tentang Yeoja pujaannya, juga tentang masa depan prestasinya di Academy, ekspresi wajahnya pun semakin pucat seperti kehilangan semangat hidup. Ia iseng mengambil sebuah batu kerikil didekatnya "Apa mungkin bertemu jodoh dengan jalan semacam ini?" Ujarnya bicara pada batu ditangannya. Ia melemparkan batu tersebut jauh ke tengah danau. GLUP.. Terdengar suara batu miliknya masuk ke dalam danau, hanya berbeda persekian detik saja bunyi GLUPP.. Lainnya terdengar, Tao membatu, itu berarti ada orang lain yang melemparkan batu disaat yang bersamaan dengannya. Ia saat ini bersembunyi dibalik sebuah pohon besar, karena penasaran, ia menoreh dari balik pohon tersebut dan melihat seorang Yeoja yang baru saja melemparkan batu ke dalam danau bersamaan dengannya."Oppa lihat kan? Tak ada yang terjadi" Ujar Yeoja itu santai pada namja dihadapannya.

Tao masih terpaku memerhatikan Yeoja tersebut, sampai pada akhirnya Yeoja itu juga melihat ke arahnya secara tak disengaja, ekspresi wajah Yeoja itu tiba-tiba saja berubah ketakutan "AAAAAAAAA" Ujarnya seperti melihat hantu. Yeoja itu menarik tangan Namja yang sejak tadi bersama nya, lalu berlari terbirit-birit.
"Kenapa ia berlari begitu?" Tanya Tao tragis pada dirinya sendiri.

☆*:.. o)o ..:*☆

07.45 PM

Inkyung menenunggu namjachingunya di halte bus, ia tak mungkin membiarkan namjachingunya menemuinya di tempat sebelumnya ia berada tadi, akan sangat merugikan bagi dirinya. Dihadapan matanya sebuah mobil mewah melaju mendekat ke arahnya, ia mengenali mobil tersebut "Suho? aiissshhh" Inkyung pun secepat mungkin pergi dari sana, ia bersembunyi. Mobil Suho berhenti tepat didepan halte bus, Suho dan Lay turun dari mobil tersebut untuk menunggu inkyung. 
"Mana yeojachingu mu? Kau bilang ia sudah menunggu"
"Molla, ia bilang begitu.."

"Aku hanya ingin bertemu namjachingu ku, mengapa kau membawa orang lain bersama mu :(, kau tidak mengerti aku merindukan mu huh oppa" InKyung's text

Lay tersenyum tipis membaca pesan itu, ia merasa yeojachingunya itu sangat lucu, ia malu untuk menemui Lay karena Lay datang bersama Suho. 
"Suho-a kau tak keberatan untuk pulang lebih dulu? Aku.. Akan menunggu yeojachingu ku disini sendiri saja"
"Gwenchana?" Tanya Suho khawatir.
"Ne.."
"Baiklah.. Annyeong"
***

Setelah Suho pergi, Inkyung keluar dari persembunyiannya, ia mengejutkan Lay dengan pelukan dari belakang tubuh Lay "Boo!!!"
"Ou.. Kamchagiya.." Lay tersenyum saat melihat Inkyung, ia segera berbalik badan untuk menyapa yeojachingu nya yang selama beberapa hari ini tak ditemuinya, akibat ia pulang ke China untuk menemui keluarganya, sepanjang liburan semester.
"Oppa bogoshippo" Rayu Inkyung menunjukkan aegyo nya.
"Nado bogoshippo, bagaimana keadaan mu?"
"Buruk tanpa Oppa" Inkyung menggembungkan pipinya "Oppa pergi lama sekali, membuatku bosan setengah mati menunggu Oppa"
"Aku tetap mengirim pesan padamu setiap hari" Lay tak henti mengambangkan senyumnya, menunjukkan lesung pipinya yang terlihat manis. Inkyung merangkul lengan Lay sembari mengajaknya berjalan "Oppa pikir semua pesan itu bisa menggantikan kerinduan ku pada Oppa?! Mustahil"
"Araseo.. Araseo.. Yang penting sekarang aku disini"
"Oppa.. Aku punya kejutan untuk Oppa"
"Apa itu?"
"Naega.... eummm.. Aku masuk 25 besar pada tingkat 2, semester ini." Seru Inkyung bangga.
"Arayo.. No 9, aku melihat nya" Lay bergitu bersemangat  "Chukaee.. Jjangidda.." ia bertepuk tangan tak henti memuji Inkyung, hingga akhirnya ia terdiam saat Inkyung mengungkapkan sebuah pernyataan. "Itu artinya kita bisa satu kelas di semester baru.. Aku ingin sekali satu kelas dengan Oppa" Inkyung memperhatikan Lay yang mendadak terdiam "Waeyo? Oppa tidak mau sekelas dengan ku ya?"
"Bukan begitu..Apa... Kau sudah melihat peringkat di tingkat 3?" Tanya Lay.
"Eo! Majjayo, aku belum melihat peringkat Oppa, ahh mian.. Aku tak sempat, Oppa mendapat peringkat berapa?" Tanya Inkyung.
"Eo... 2 " Jawab Lay. "Dan aku berencana untuk..", Inkyung mengela nafas "ARA!" Sentak Inkyung "Oppa juga ingin upgrade class bukan? Oppa tak mau sekelas dengan ku!!" Inkyung merajuk, begitu saja ia menggalkan Lay, ia memanggil taxi tanpa berbalik sedikitpun kebelakang. Lay terdiam karena semua kejadian itu terasa begitu cepat, dan dengan iringan angin yang berhembus, ia bergumam: "Aku bahkan tidak dapat ucapan selamat".

☆*:.. o)o ..:*☆

POV: Minseok.
Morning 07.00 AM

Mengapa pagi datang begitu cepat? Aku membencinya. Terkadang.. Alam mimpi dan tidur ku lebih berarti dari sinar matahari yang begitu mengganggu, semua lebih indah saat mata ku terpejam. Lalu mengapa aku harus terbangun? Haruskah aku kembali tertidur..?
"Minseok-a~~" Suara itu lagi, yeoja itu lagi, ia bahkan datang sepagi ini, saat tubuhku masih melekat erat pada tempat tidur ini, wajah ku masih pucat dan berantakan, apa mungkin ia memang bahagia melihat orang saat dalam keadaan buruk? Aku menyesal harus mengenal seseorang seperti yeoja itu, tapi tunggu.. Jika aku tak pernah bertemu dengannya mungkin aku tak akan pernah memiliki standart pandangan ku tentang wanita. Ah maja! Next time aku harus memastikan dengan siapa aku bertemu, sebelum aku terikat dan mati ditangan orang itu. Dapat ku dengar langkah kakinya mendekat, kupejamkan mataku. I beg u my lovely eyes.. Pelase let me back into my dream. Let me meet another people.. And it must be better than her.. Araseo!. "Minseok-ah.. Ireona.. Aku tau kau tidak tidur" Aissshhh mengapa aku masih bisa mendengar suaranya, aku belum tidur juga? Wae?  annoying!

****

07.10 AM.

Suara yeoja itu sudah menghilang, apa ia sudah pergi dari kamar ku? its done... My eyes, you can do whatever you want right know. Ia terbuka, mataku sudah tak sabar untuk menatap dunia fana ini rupanya, oh.. Aku berada disini lagi, ditempat yang sama.. Tempat favorit ku setiap pagi, dimana aku bisa mencium wangi bunga-bunga yang bermekaran, dan embun pagi yang begitu sejuk.

Aku berdiri dari kursi kayu tempat ku duduk saat ini, seorang namja yang bekerja di padang bunga ini kutemui lagi, setiap pagi namja itu selalu membuka pagar perkebunan bunga, ia sering mengizinkan ku masuk meski perkebunan belum dibuka untuk umum. "Ah.. Kau sudah berada disini lagi?" Seru nya saat melihat ku. Look namja ini sedikit membuat ku iri. Perkiraan ku tingginya hampir mencapai 190cm, dia tampan, kulitnya putih bersih dan selalu berpakaian rapi.. Jangan salah sangka, aku bukan jatuh cinta padanya, hanya saja.. Aku berfikir, jika aku memiliki wajah dan postur tubuh sebaik namja ini, mungkin aku tak akan merasakan dihianati yeoja yang kucintai
"Ne.. Perkebunan bunga belum buka?", jawabku.
"Pikir saja sendiri, kau bahkan datang lebih pagi dari sebelumnya" Jawabnya. Ah aku lupa mengatakan bahwa Kris adalah nama namja ini, perkebunan ini bukan miliknya, tapi milik salah satu rekan bisnis ayah ku, Tuan Lee Sooman, yang dikelola oleh anak pertamanya Lee Miyoung.
 "Aku tidak melihat mu seminggu ini, gara-gara kau tidak bekerja, aku jadi tidak bisa masuk ke perkebunan, aku hanya memiliki sedikit waktu untuk bermain, aku tidak bisa datang siang hari, ataupun sore"
"Aku baru kembali dari China, Semua orang akan melakukannya jika liburan tiba, kau tidak pergi ke suatu tempat untuk berlibur?", tanya Kris. Aku hampir lupa.. Tak ada hari libur untukku, setiap hari akan terasa sama.
 "Ah, mian aku lupa, banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan, aku tak memiliki waktu libur" Aku dan Kris berjalan memasuki perkebunan.
"Aishh.. Busy man, baiklah.. Aku ke dalam dulu, bisa membantu ku memetik beberapa bunga lily yang sudah mekar? Hari ini banyak pesanan bunga lily putih"
"Eiiii.. Kau bahkan tak menggaji ku"
"Ah.. Mian, lupakan hehe"
"Hahah.. Santai saja, berikan keranjang bunga dan gunting nya padaku"
"Kau akan melakukannya? Aku tadi hanya bercanda" Serunya, terkadang sulit bagiku membedakan kapan ia bercanda dan kapan ia serius hahah, tapi ia teman yang menyenangkan.
"Apa aku terlihat bercanda? Aku suka mencabut bunga yang sudah mekar". ujar Kris sambil memberikan keranjang dan gunting yang kuminta "Memotong, bukan mencabut, kau bisa merusak bunga-bunga itu kalau kan mencabutnya".
"Aiisshh ahhahaha"

Saat aku sedang bercanda dengan Kris, seorang yeoja berpakaian putih, dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajahnya sedikit pucat lewat dihadapan kami, ia terdiam didepan pagar perkebunan, matanya memandang bunga-bunga yang sedang bermekaran, ia tersenyum.. Manis.. Ahhh apa yang kupikirkan, eum.. Tapi wajah yeoja itu memang cantik, ia hanya sedikit berantakan "Siapa dia?" Tanya ku pada Kris. "Kim EunHee.." Jawab Kris terpaku melihat yeoja itu, aku membaca gurat lain dibalik pandangan mata Kris pada Eunhee. Kris berjalan pelan menghampiri Eunhee. Semakin dekat dengan Eunhee, langkah Kris semakin memelan, Eunhee sedikit mundur seperti ketakutan saat Kris mendekat, mungkin itu alasan Kris memelankan langkahnya. "Pagi.. EunHee-ah", Yeoja itu sangat aneh, sesaat setelah Kris menyapanya, ia melihat ke sekitarnya seperti semakin takut dan panik, ada ada dengannya? Ia seperti ingin berlari pergi namun tak tau kemana ia harus pergi. Kulihat Kris mengulurkan tangannya "Aku tak akan memberi tau siapapun kau disini, Yakseok" Kris berbicara begitu pelan pada Eunhee, Eunhee tersenyum setelah mendengar ucapan Kris barusan, ia mengangguk mengiyakan "Mau melihat perkebunan? Hari ini banyak bunga Lily yang bermekaran" Tawar Kris padanya.
 
Pandangan mata Eunhee terlihat menggebu, nampaknya ia menyukai tawaran Kris, meski masih tergambar rasa takut dalam gerak geriknya yang terus melihat kesana kemari. Perlahan tapi pasti Kris meraih tangan Eunhee, membawa yeoja itu berjalan dengan langkah yang amat pelan menuju ke arah ku. "Eunhee, ini...eum?" Kris ingin mengenalkan ku pada eunhee, ia terdiam karena.. Aku belum pernah menyebutkan nama ku. Aku tidak bisa mengatakan nama ku Kim MinSeok, aku ingin hidup menjadi orang lain diluar sini, apa yang harus ku katakan? "Xiumin.. Nama ku xiumin" Ujar ku. "Ah.. EunHee-ssi ini teman ku Xiumin, ia.. juga tidak akan memberi tahu siapapun kau ada disini, benar begitu bukan?" Kris menatap ku, jelas ia meminta ku menjawab iya. 
"Eum.. Aku tak akan memberi tahu siapapun, kau tak perlu takut, aku bahkan akan menyembunyikan mu jika nanti ada yang mencari mu" seru ku bersemangat. "Ayo mencabut bunga bersama"
"Memotong" Seru Kris membetulkan ucapanku.
"Memetik heheheh" Jawab ku. Aku menarik tangan Eunhee cepat, memberikan keranjang bunga pada Eunhee, lalu berjalan menuju perkebunan bunga yang begitu luas, Hari ini kami akan mencabut.. Ah ani.. memetik bunga Lily.
"Psh.. Jincha" Eluh Kris

***
POV: Author
07.30 AM
           
"Kau yakin noona mu ada disekitar sini?" Tanya seorang namja bernama Sehun malas pada sahabatnya Kai, mata Sehun belum terbuka sepenuhnya, ia menyunyah roti dan membawa susu kotak ditangannya. Kai begitu panik, ia juga masih mengantuk seperti halnya Sehun, namun ia tak mungkin membiarkan noona nya berada di luar rumah, terlalu berbahaya untuk yeoja seperti noona nya itu. "Molla, Perasaan ku mengatakan ia mustahil pergi terlalu jauh". Kai dan Sehun berhenti didepan perkebunan bunga, mencoba melihat-lihat keadaan disana dari jauh "Haruskan kita bertanya ke dalam?"
"Terserah" Sehun duduk di trotoar jalan, ia menutup matanya, sambil meneruskan menghabiskan sarapan paginya.
"Ya! Oh Sehun.. Bagaimana mungkin kau makan sekaligus tidur dalam keadaan duduk dipinggir jalan begitu" Kai menggeleng melihat tingkah Sehun. "Tunggu aku disini, aku akan bertanya ke dalam", ujar Kai sambil berjalan memasuki perkebunan.
"Eo..~~" Jawab Sehun. Dreettt... Handphone Sehun bergetar, Sehun meletakkan kotak susu disamping tempatnya duduk, lalu mengangkat telephonenya, 
"Yeoboseo.."
"$^$$§»$«€₩$^€[[=^$»€₩£$`$]~~~~~~~" Suara seorang yeoja membuat Sehun menjauhkan handphonenya dari telinga.
"Inkyung Noona pulang saja sendiri, aku sedang bersama Kai.. Bye" Klekk.. Tanpa menunggu jawaban kakaknya, Sehun menutup sambungan telephone. "Siapa yang menyuruh mu menyambangi kediaman orang setiap pagi.. Cih", gumamnya sambil meneruskan sarapan paginya yang tertunda.

☆*:.. o)o ..:*☆


 
07.30 AM
"Eumm.. Wanginya enak sekali, aku jadi lapar" Luhan baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, ia hanya mengenakan celana pendek selutut tanpa memakai baju, ia mengusap-ngusap rambutnya dengan handuk seraya mendekati Ibunya yang sedang memasak. "Eomma sarangahe" Ujar nya manja sambil memeluk eommanya.
"Aigooo.. Uri aegi, cepat masuk kamar dan pakai pakaian mu.. Kau sudah besar sekarang, nanti adik mu melihat" Ibu Luhan mengusap pipi anak sulungnya itu.
"Tak ada sejarahnya rusa pakai baju eomma" Micha, adik Luhan berjalan santai memasuki dapur, ia membuka kulkas untuk mencari makanan, tapi karena merasa tak ada yang menarik ia menutupnya lagi.
"Biar saja aku tak pakai baju, tubuh ku kan atletis" Ujar Luhan bangga.
"Apanya yang atletis, tubuh mu seperti triplek" Jawab Micha.
Luhan mendekat ke lemari kulkas dimana Micha berdiri didekatnya, ia menyenggol adiknya dengan sengaja, mengambil susu dari dalam sana, lalu meneguknya pelan. "Itu lebih baik daripada tak tumbuh tinggi semejak lulus middle school" Balas Luhan. Plakk.. Micha memukul pundak polos kakaknya "Kau sengaja huh!... EOMMAAAA~~ Oppa terus menghina ku"
"Kau yang mulai duluan!!" Jawab Luhan lagi.
"Ini masih pagi.. Jangan berkelahi.. Micha cepat mandi.. Luhan masuk ke kamar mu, pakai pakaian mu"
"Araseo eomma" Jawab Micha dan Luhan bersamaan, mereka saling melirik sebal, lalu pergi ke tujuan(?) masing-masing.
Ibu Luhan dan Micha memerhatikan kedua anaknya, sampai betul-betul menjalankan apa yang ia perintahkan barusan "Mereka sudah 22 dan 21 tahun.. Tapi tak berubah sedikitpun ckckkc.."
***
Luhan memasuki kamarnya, mengambil T-shirt putih bergambar baby spiderman, ia menyalakan Laptop setelah mendapatkan pesan dari Sungchan bahwa nilai semester lalu sudah keluar, ia tak berhenti berdoa sebelum membuka nya, jika Luhan masuk peringkat 25 besar di tingkat 4 ini, maka ia tak harus melanjutkan semester 8 dan bisa langsung mengurus kelulusannya, aturan ini berlaku karena Luhan baru 1 kali mengambil upgrade class pada tingkat 2 dulu, ia gagal masuk 25 besar pada tingkat 3, sehingga sisa upgrade class Luhan bisa digunakan untuk lulus pada semester 7 di tingkat 4. Luhan yang sebelumnya bersemangat setelah mendengar teman sekelasnya Kris meraih peringkat 25, yang artinya Kris bisa lulus semester ini jika ia mengambil sisa upgrade class nya ini mendadak terdiam ketika melihat namanya terletak pada urutan "26"
            "Oppa.. Sudah jam berapa ini, Aku tidak lihat kau pegang buku sejak tadi.. Kau hanya terus bermain game, lihat saja nanti kalau aku masuk 25 besar dan kau gagal maka aku dan kau akan sekelas semester depan, kau akan merasa seperti tak naik kelas kalau kau sekelas dengan adik mu sendiri" Micha
           
Kata-kata Micha dulu mulai terdengar menusuk saat ini, meskipun 2 bulan lalu Luhan hanya mengacuhkan ucapan adiknya, ia tak banyak belajar dalam menghadapi tes semester, ia hanya terus bermain. Luhan melihat urutan siswa tingkat 3 dan dengan mudah menemukan nama sang adik disana "1. Xi Yi jie"

            "Oppa.. Tahun depan appa akan pensiun, kita harus lulus secepat yang kita bisa, dengan nilai yang baik, sehingga nanti kita bisa menggantikan appa bekerja, Appa sudah tidak muda lagi, sebagai seorang anak sudah saatnya kita memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Eomma dan appa" Micha

"Chukae.. Dongsaeng-ah, selamat datang di tingkat 4" Ujar Luhan lemas pada layar laptopnya. Micha wajarnya akan lulus 1 tahun setelah Luhan, namun jika ia mengambil upgrade class tahun ini, ia akan lulus bersamaan dengan Luhan, atau jika ia tidak mengambil tahun ini tapi mendapat peringkat 25 besar tahun depan, ia akan lulus hanya berselang 6 bulan dari Luhan. Tapi mustahil ia mengambil tahun depan, karena artinya ia harus melewati 1 1/2 tahun pada tingkat 3.

☆*:.。. o)o .。.:*☆




POV: Minseok
07.45 AM       
           
Aku terus menarik tangan EunHee untuk memetik bunga lily yang sudah mekar, ia tak banyak merespon ku, wajahnya tetap terlihat takut, meski sesekali ia tersenyum melihat bunga-bunga yang bermekaran disekitarnya. Yeoja ini... Bisu. Tapi apa hanya sekedar itu? Sesuatu dimasa lalu mungkin telah terjadi padanya, sehingga ia menjadi Yeoja yang seperti ini. Kris juga terus meyakinkannya bahwa ia tak akan memberi tahu keberadaan Eunhee pada siapapun, apa seseorang sedang mengejarnya? Siapa? Mengapa? Dan untuk apa?

Tap.. Kurasakan jari telunjuknya menyentuh lengan ku, interaksi pertamanya terhadap ku.. DEG.. Mengapa jantungku berdebar begitu cepat "Waeyo?" Tanya ku pelan, mungkin mengikuti apa yang dilakukan oleh Kris adalah jalan terbaik untuk berinteraksi dengan Eunhee. Ia tidak mengatakan apapun, tentu.. Karena ia bisu. Ia menunjuk setangkai Lily putih yang sudah mekar, aku tak mengerti apa maksudnya, tapi mungkin ia meminta ku memetiknya "Kau ingin aku memetik ini?", Ia mengangguk mengiyakan, ah.. Ia mengerti kata-kataku ternyata, karena sejak tadi pandangan matanya tak pernah terfokus, ku pikir ia tak mengerti kata-kata ku, ternyata aku salah. Aku memotong bunga lily tersebut, kuserahkan padanya "Untukmu" Ujar ku padanya "Aku bekerja gratis.. Kris pasti mengizinkan aku memberikan 1 tangkai bunga padamu ^^". Ia tersenyum, senyumnya menarikku untuk tersenyum juga, ia mengarahkan pandangan matanya padaku, menatapku...

 "Aku bisa memberi bunga pada mu setiap pagi.. Tapi.. Kau harus datang kesini, kita.. Bisa bermain-main dipadang bunga.. Berlari... Berbaring ditengah sana, menghirup aroma bunga yang menenangkan" aku tak tau sejak kapan aku menjadi begitu banyak bicara begini, mungkin.. karena ia diam saja. "Apa kau akan datang untuk bermain esok hari?". Ia menunduk, lagi-lagi memerhatikan sekitarnya. Tiba-tiba ia panik dan bersembunyi dibelakangku "Wae?" Tanya ku lagi. "Euhh.. Euh.. Eung" Hanya rintihan-rintihan ketakutan semacam itu yang dapat ku dengar. Dari kejauhan terlihat seorang namja dengan kulit sedikit gelap melintas masuk "KRIS HYUNGG!!" ia berlari dalam keadaan panik. Ia melihat ke arah kami, tapi aku buru-buru berjongkok.. Bersembunyi diantara bunga-bunga Lily bersama EunHee untuk menghindari ia melihat kami.
             
Eunhee tak bisa tenang, ia terus menerus merintih seperti ingin menangis. Aku tak tega melihatnya, kuberanikan diri untuk memeluknya, menepuk-nepuk pundaknya "Jangan panik.. Tenanglah.. Kita hanya sedang bermain petak umpet, jika kita bersembunyi dengan benar.. Maka tak akan ada yang menemukan kita, aku akan membantu mu untuk bersembunyi ^^". Ia mulai tenang, kami duduk lebih santai diantara bunga lily, ia menyandarkan kepalanya pada pundakku, tangannya mencengkaram erat pakaian ku, ia sangat takut aku pergi dari tempat ini.

☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
08.00 AM
           
 Sehun nyaris tertidur di trotoar jalan akibat Kai lama sekali didalam. "Ya! Oh Sehun" Brakk.. Inkyung keluar dari dalam Taxi, ia berjalan cepat menuju Sehun, ia begitu emosi dengan adiknya ini. Sementara Sehun hanya menatap malas InKyung,
 "Wae! Aku tidak tuli, pelankan suara mu noona"
 "Psh! Aku memintamu menjemputku, dan kau menolak dengan alasan kau sedang bersama dengan Kai? Apa Kai lebih penting dari ku?!"
 "Eo!" Jawab Sehun tenang.
 "Ya!" Bentak Inkyung kesal.
 "Kai sahabat ku.. dan kau.. Kau bisa pikir sendiri sebutan yang pantas untuk dirimu, Bye" Sehun berdiri, ia melangkah masuk ke perkebunan, ia malas menghadapi Inkyung, telinganya seperti berada disamping speaker saat concert music rock. Inkyung adalah kakak biologis Sehun, namun kebiasaannya yang selalu marah dan merajuk tak karuan membuat Sehun tak betah berada di dekatnya.
"Ya! Oh Sehun tunggu" Inkyung mengikuti Sehun masuk ke dalam perkebunan.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

 Luhan tak menyentuh sarapannya, ia berfikir keras untuk mengatakan kepada kedua orang tuanya mengenai peringkat yang didapatkannya, disamping kanannya sang adik sedang memainkan game menggunakan handphone, Micha hanya ikut duduk di meja makan, namun anak itu tak pernah sarapan pagi. Kedua orang tua Luhan sudah hampir selesai dengan sarapan pagi mereka.
"Kau tidak makan Luhan? Kau bilang lapar tadi" Tanya Ibu Luhan.
"Eum.. Aniya.. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu" Ujar Luhan.
"Ada apa dengan mu sayang, mengapa terlihat sedih begitu?" Tanya Ibu Luhan untuk kedua kalinya. Luhan memelankan volume suaranya "Aku meraih peringkat 26".
"Ahh.. Jicha.. Chukaee, anak eomma pintar sekali" Puji Ibu Luhan, ia menyenggol suaminya untuk memberi semangat pada Luhan. Namun Ayah Luhan merespon lain "Jadi kau gagal lulus semester ini?"
"Jangan berkata seperti itu, Anak kita sudah bersusah payah mendapatkannya, peringkat 26 dari 200 itu sudah baik" Bela Ibu Luhan, ia menggenggam tangan Luhan "Gwenchana, kau sudah berusaha keras sayang, tak masalah lulus semester depan, teman-teman mu yang lain juga pasti seperti itu.. Hanya 25 orang saja yang lulus lebih dulu, jangan memikirkan nya terlalu keras"
"Kau terlalu memanjakan anak-anakmu! Bahkan jika mereka mendapat peringkat terbawah pun kau juga akan tetap membela mereka! Dan kau Luhan.. Kau anak pertama dan anak laki-laki satu-satunya.. Tapi kerjaan mu hanya bermain terus menerus, usiamu sudah 22 tahun.. Kau bukan lagi anak bayi yang harus terus bersembunyi dibalik ibu mu!".
Luhan dan Ibunya terdiam, mereka tak berani menjawab Ayah Luhan sebagai kepala keluarga.
"Mianhae" Ujar Micha yang sejak tadi diam "Kami akan belajar lebih giat kedepannya"
"Ahhh.. ! Aku berangkat!!" Sentak Ayah Luhan

***
Luhan dan Micha tak sedikitpun bangkit, mereka masih berada didepan meja makan, Ibu mereka berdiri dibelakang keduanya dan memeluk mereka berdua sekaligus dari belakang "Anak-anak eomma sudah berusaha, eomma.. bangga pada kalian"
"Appa tak tau apapun, ia tak mengerti betapa anak-anaknya telah berusaha dengan keras.. mengapa kata-katanya begitu menyakitkan" Ujar Micha "Eomma.."
"Ne?"
"Aku tidak akan mengambil upgade class tahun ini" Lanjut Micha. DEG... Luhan tercengang dengan apa yang didengarnya. "Teman-teman sekelasku.. Mereka jarang yang meraih peringkat 25 besar, tahun lalu aku juga upgade class, sangat menyulitkan jika aku terus menerus harus menyesuaikan diri dengan anak-anak tingkat 4 yang baru lagi.. Aku.. Ingin melewati tingkat 3 satu semester lagi, kundae.. Aku berjanji akan berusaha lagi untuk lulus pada semester 7 tahun depan.. aku akan lulus 1 tahun lagi ^^, 6 bulan setelah Luhan Oppa" Micha merayu ibunya untuk memberi ijin.
 "Lakukan yang terbaik untuk mu sayang, ibu percaya pada mu, toh kau mengambil nya pada tingat 3 atau 4 nanti akan sama saja" Ibu mereka mencium kening Micha.
"Gomawo omma" Micha balik mencium pipi Ibunya.

***
Selesai sarapan Luhan menemui adiknya dikamar Micha, Micha merenung sambil memeluk boneka diatas tempat tidurnya, Luhan duduk disudut tempat tidur Micha "Neo michoseo.."
"Mwo?"
"Sungchan, lay, Minhyo.. Dan beberapa teman mu dekat mu lainnya.. Aku melihat nama mereka di peringkat 25 besar, sebagian dari mereka yang kutahu juga akan mengambil upgrade class, wae.. neo.."
Micha memotong ucapan Luhan "Aku tak tau setelah lulus highschool aku akan melanjutkan kemana.. Tak tau bidang apa yang harus ku ambil.. Jika bukan karena kakak ku yang selalu mengijinkan ku untuk mengekor padanya, aku tak bisa memutuskan apapun.. Kakak ku telah memberikan banyak padaku, bagaimana mungkin aku.. Tak mau berkorban sekali saja untuknya?"
"Tapi... Kau selalu mengutamakan hal ini diatas hal-hal lain, kau memperjuangkan hal ini begitu keras, tak masalah bagiku jika kau dan aku harus satu kelas, kau bisa lulus bersamaan dengan ku.. semua orang tau adikku jauh lebih pint.."
"Ya! Jangan menjadi mellow drama begitu.. Aku sudah memutuskan, dan tak akan mengubahnya" Micha menutup telinganya. "Aku.. Benci mendengar Appa terus memandang mu seperti orang bodoh, tidak semua anak lahir jenius.. dan tidak semua kegagalan berdasarkan atas ketidak mampuan, kadang kala kegagalan kita peroleh hanya karena kita.. kurang beruntung" Micha menurunkan volume suaranya pada akhir kata-katanya. Luhan terdiam, ia meletakkan sebelah telapak tangannya diatas kepala Micha, mata keduanya berkaca, dan mereka sama-sama mencoba menahan air mata "Mianhae". Micha menepis tangan Luhan "Hajima.. Aku tidak mau menangis pagi-pagi"
"Ya! Kau yang memulainya"
"Kenapa selalu menyalahkan ku, kau yang masuk ke kamar ku lebih dulu, pergi sana, aku mau tidur lagi"
"Sudah pagi kau mau tidur lagi?! Dasar pemalas.."
"Apa urusannya dengan mu... Keluar sana" Micha menendang Sang kakak pelan, ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Luhan berjalan keluar kamarnya, ia berbalik dan melihat sang adik sudah tidur sungguhan "Psh.." Ia mengambil salah satu boneka milik Micha, lalu melemparkan ke tempat tidur Micha, lalu berlari keluar setelahnya sambil terkekeh. "YAAAA!!!!!" Teriak Micha kesal, namun ia kembali tertidur setelah itu.

           
☆*:.。. o)o .。.:*☆
           
"Eonnie, tolong bantu aku mengerjakan tugas pretest untuk semester ini, materinya akan ku kirim ke e-mail mu" Inkyung.

Saat pesan tersebut masuk, EunKyo memang kebetulan sedang berada di perpustakaan academy, ia menghela nafas setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Inkyung. Inkyung adalah salah satu Hoobae Eunkyo di akademy, mereka sudah mengenal sejak kecil, orang tua mereka juga begitu dekat karena rumah mereka bersebelahan, orang tua Inkyung kerap kali menitipkan Inkyung pada Eunkyo, hal ini sering dimanfaatkan oleh Inkyung untuk terus meminta bantuan pada Eunkyo. Eunkyo bukan tak memiliki daya untuk menolak, namun ia sering tak enak untuk mengatakan tidak.
"Ia meminta noona melakukan sesuatu lagi?" Tanya seorang siswa yang juga staff perpustakaan academy bernama Do Kyungsoo. Ia merapikan beberapa buku yang baru saja dikirim. "Kapan ia berhenti menyusahkan noona"
"Mungkin ini sudah nasib ku" Ujar Eunkyo.
"Aku tak habis pikir bagaimana anak itu berhasil meraih 25 besar dan memutuskan untuk upgrade class semester ini.. Ia bahkan tak pernah mengerjakan tugasnya sendiri" Ujar D.O datar.
"Justru karena orang lain yang mengerjakan tugasnya, ia bisa mendapatkan nilai bagus" Eunkyo tak telalu pandai mengungkapkan kekecewaannya, tapi kali ini ia sudah sampai pada batas kesabarannya.
"Kalau begitu jangan kerjakan".
 Eunkyo memangku kepalanya dengan kedua tangan "Seandainya semudah itu" pikiran eunkyo menerawang jauh, mengingat saat-saat ia masih memiliki sahabat terbaiknya yang selalu menemaninya "Aku rindu EunHee". D.O menarik sebuah kursi, lalu duduk disamping EunKyo "Biar aku yang mengerjakannya"
"MWO? Ani.. Aniya.. Kau tak harus terlibat dalam masalah ini." Sergah Eunkyo.
D.O tersenyum "Gwenchana noona, semester ini aku juga upgrade class ke tingkat 3 ^^, aku mendapat tugas yang sama dengan Inkyung, aku hanya perlu menyelesaikan tugas ku, lalu mengganti nya sedikit-sedikit untuk tugas Inkyung".

Eunkyo merasa tak enak karena secara tak langsung telah melibatkan D.O ke dalam urusannya. Semenjak Eunhee sakit, Eunkyo memang banyak menyendiri diperpustakaan, saat itu pula ia sering bertemu dengan D.O, anak itu selalu merekomendasikan buku-buku baru yang bagus pada Eunkyo "Ah!" Eunkyo mengingat sesuatu, ia membuka website academy, dilihatnya peringkat siswa tingkat 2, nama Do Kyungsoo terpampang di urutan 2, "Omo! Kyungsoo-a kau peringkat 2.. Kau hebat sekali"
D.O tersenyum malu "Biasa saja noona.. Aku hanya beruntung, peringkat noona juga bagus" ujarnya merendah.
"Yaaa... Kita harus merayakannya, nanti aku akan membelikan mu ice cream"
"Aku jadi merepotkan noona"
"Aniya... Ahhh~ aku jadi berfikir betapa enaknya jadi inkyung yang tugasnya dikerjakan oleh seorang namja yang meraih peringkat 2 umum... " Eunkyo kembali terfokus pada layar monitornya, nama eunkyo sendiri terdapat pada peringkat 5 di tingkat 3 umum, ia melihat nama-nama diatasnya, tak sengaja melihat 3.Kim JoonMyeon "Suho peringkat 3? Apa mataku tidak salah liat".
"Aku juga sedikit heran, aku tak begitu mengenal 2 nama diatasnya.. Jadi aku juga tak tau mereka seperti apa"
"Ah jincha... Zhang Yixing adalah Lay kekasih Inkyung, Xi YiJie adalah Micha yang sering betengkar dengan Suho"
"Mereka Lay hyung dan Micha noona.. ? Ahh.. Kupikir orang lain, haha kurasa Suho hyung kalah dalam nilai kelas bahasa China" Ujar D.O memperkirakan.
     
Belum kering bibir EunKyo dan D.O membahas 3 nama teratas pada tingakat 3, Clekk.. Sosok Suho muncul memasuki perpustakaan, wajahnya terlihat sedang kesal, ia bahkan mengacuhkan D.O saat mencoba menyapanya. "Ada apa dengannya?", gumam D.O. Eunkyo menggeleng tak mengerti, EunKyo yang penasaran mengikuti Suho, ia berjalan pelan menyusuri rak-rak buku perpustakaan "Sepertinya ia ada masalah, mungkin ia kecewa atas peringkat yang diraihnya, haruskan aku menegurnya?" Tanya Eunkyo dalam hati. "Tapi bagaimana kalau Suho justru meminta ku pergi? Dalam kondisi normal saja aku tak bisa bicara banyak dengannya, apalagi kondisi ia sedang seperti itu..." Ujar EunKyo pelan pada dirinya sendiri. "Mengapa aku seperti ini.. Setiap kali aku berusaha memulai sesuatu dengan seseorang yang kusukai, aku melangkah mundur kembali.. Aku takut mendapat penolakan sebelum memulainya.. Hufh" Ujar EunKyo kembali dalam hatinya.
             
Tanpa Eunkyo sadari, sedari tadi D.O memperhatikan ia yang sedang memperhatikan Suho, pandangan mata D.O sedikit muram, "Apa yang kupikirkan, mustahil aku bersaing dengan Suho Hyung" Ujarnya dalam hati. Ia berusaha untuk kembali terfokus pada pekerjaan dan tugasnya, namun pandangannya terus berbalik pada Eunkyo yang masih setia memerhatikan Suho.

☆*:.。. o)o .。.:*☆

POV : Minseok

            Aku melirik-lirik keadaan didepan, tak sengaja kulihat 2 orang lainnya memasuki halaman depan kebun bunga, tunggu.. Itu Oh Sehun dan... Inkyung? Apa yang mereka lakukan disini, isssh sial aku menghindari anak itu dirumah kenapa ia harus muncul disini juga, jantungku berpacu cepat kembali.. kali ini berbeda, rasa takut dan kesalku bercampur membuat ku tak tenang.
            Puk..Puk.. Aku tertegun merasakan sentuhan telapak tangan EunHee pada dadaku, ia menepuknya pelan berkali-kali seolah mengerti aku sedang dalam keadaan tak tenang, gara-gara kehadiran Inkyung, aku hampir lupa kalau sejak tadi aku masih memeluk Eunhee, kepalanya bersandar pada dadaku, mungkin ia mendengarkan detak jantung ku.
            DEG.. Ia mengangkat wajahnya, membawa pandangan kami kembali bertemu.. Aku menemukan kemurnian dari pandangan matanya, ada kehidupan jauh di dalam sana.. Kehidupan yang diselimuti kegelapan entah apa.. Ia menunjuk satu arah, aku mengikuti arah jarinya menunjuk, terdapat pintu kayu disana, rupanya itu jalan keluar lain dari perkebunan bunga ini, apa maksudnya? "Kau ingin kita pergi dari sini?" Tanya ku.
            Ia hanya menggeleng, ia lalu menunjuk diriku. Ah.. Ia memintaku pergi, lalu bagaimana dengan dirinya, bukankah ia tak mau siapapun menemukannya, apa ia mengetahui bahwa aku tak ingin bertemu dengan Inkyung.. Aniya.. Ia bahkan tak mengenal ku ataupun Inkyung. Ia melakukan hal aneh lagi.. Ia mengambil batu-batu berwarna putih, memasukkan ke dalam saku jaketnya yang cukup besar, ia memegang satu batu terakhir, lalu menyerahkannya padaku. Ia tersenyum tanpa kumengerti arti dari senyumannya.
            "Mianhae.. Aku tak tau bagaimana kau bisa mengerti, tapi.. Aku memang harus pergi, aku.. Tak mau bertemu nenek sihir yang baru saja lewat tadi, kau lihat wajahnya bukan? Ia seperti nenek sihir hehehe.. Besok kita main lagi" Ujarku.
            Eunhee tertawa kecil tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, aku menyukai caranya tersenyum, caranya tertawa, caranya menatapku.
            Kulangkahkan kaki ku menuju pintu kayu yang Eunhee tunjukkan padaku sebelumnya, ia memperhatikanku. Setelah sampai diluar aku mengintipnya kembali, dan ia masih memerhatikanku, aku tersenyum kecil. Tak lama setelahnya ia bangkit dari persembunyian, ia membawa keranjang berisi bunga Lily yang sudah kami petik, ia berjalan lemah kedepan, ia memang berjalan seperti itu, seperti tak memiliki kekuatan. Aku hendak pergi.. Tapi.. Mataku kembali beralih padanya, ia melakukan sesuatu.. Ia menjatukan satu persatu batu putih yang ia bawa sebelumnya dalam jarak jarak tertentu. Mataku kini menatap batu putih ditangan ku, ia... rupanya mencoba memperlihatkan sesuatu padaku. Ah.. Aku tidak bisa pergi begitu saja kalau begini caranya, tapi.. jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 8.30 saat ini, eotthokhe?

***
POV: Author.

"Hyung... Apa sulit bagimu hanya untuk menjawab apa noona ku berada disini?" Sentak Kai berkali-kali pada Kris yang masih santai saja melayaninya.
"Aku sudah jawab ada bukan?" Ujar Kris tenang.
"Dimana dia hyung?"
"Suatu tempat.." Jawab Kris
Bicara dengan Kris yang terus memutar-mutar ucapannya sejak tadi, membuat Kai kehilangan kesabarannya, "Hyung! Aku tidak sedang bercanda.. Aku menghawatirkan nya", ujar Kai dingin.
"Aku sudah bilang, aku sendiri yang akan mengantarkannya ke rumah mu nanti" Jawab Kris santai, ia bahkan terus mengerjakan pekerjaannya, dan merapihkan tempat ia bekerja itu sambil melayani Kai bicara.
"Kau tau kan kalau noona bukan Eunhee noona yang sama seperti dulu lagi hyung.. Ia berbeda saat Ini" Ujar Kai lirih, wajahnya jelas menggambarkan permohonan agar Kris segera memberi tahu dimana EunHee. Kris terdiam, ia lekat menatap Kai "Ia masih Eunhee yang sama bagiku" semenjak tadi.. Baru kali ini Kris menanggapi serius ucapan Kai "Karena kau dan orang-orang disekitar mu selalu menganggapnya berbeda, ia justru akan semakin tertekan, apa kau pikir ia bisa sembuh dengan perlakuan semacam itu?!". Kali ini Kai terdiam karena ucapan Kris. Brakkk.. "Kalau begitu aku yang akan menelepon polisi untuk melaporkan adanya tindakan penculikan disini" Inkyung tiba-tiba masuk dan mengancam Kris.
"Maaf nona tapi toko bunga kami belum buka, silahkan anda keluar" Seru Kris.
"Sayangnya aku datang kesini bukan untuk membeli bunga tuan.. Aku datang sebagai saksi bahwa kau telah menculik kakak teman ku" Jawab Inkyung.
"Noona, Jangan ikut campur, ini bukan urusan mu" Sehun menarik tangan InKyung, Inkyung pun menepisnya. "Noona!!" bentak Sehun.
"Kau diam" Gentak Inkyung balik pada adiknya.

Kris melihat Eunhee berjalan pelan menuju toko bunga, ia terhenti tepat didepan pintu, ia merapihkan bunga-bunga lily yang sudah dipetiknya didalam keranjang, Kris tersenyum tenang, meski dalam hatinya ia terus bertanya "Dimana Xuimin?". "Baiklah.. Kita akhiri semua ini.. Noona mu ada disana" Kris menunjuk arah depan pintu. Mata Kai langsung mengarah pada depan pintu, ia menemukan Eunhee disana "Eunhee noona!". Ia berlari kecil, membuka pelan pintu cepat, lalu memeluk erat Eunhee "Noona.. Kau memana saja, aku menghawatirkan mu". Sebelah lengan Eunhhe menepuk-nepuk pundak kai, dan sebelahnya lagi memegangi keranjang bunga lily. Kai melepas pelukannya, ia termenung memerhatikan Eunhee, Eunhee tak pernah seperti ini, biasanya apapun yang ia lakukan Eunhee tak akan pernah merespon, sudah 2 tahun semenjak Eunhee mengalami depresi di hari kematian orang tua mereka.

Eunhee melewati Kai. Ia berjalan pelan menuju Kris, meletakkan keranjang berisi bunga lily putih di atas meja. Ia masih memegang setangkai bunga, memegangnya erat, lalu menatap Kris seolah meminta izin untuk membawa bunga itu pulang karena bunga itu adalah bunga pemberian Minseok. Kris tersenyum tenang "Kau tidak bisa membawa setangkai bunga itu pulang" Ujarnya, ia mengambil 2 tangkai bunga lagi, dan menyerahkannya pada Eunhee "Karena kau akan membuatnya sedih kalau kau membawanya pulang sendirian".
             
Eunhee mengambil 2 tangkai bunga lainnya yang Kris berikan. Wajahnya terlihat senang saat itu. Hati Kris terenyuh, sekian lama ia tak melihat senyum itu. Eunhee dulu bekerja di perkebunan bunga bersama dengan Kris, ucapan Kris yang suka tak jelas terkadang membuat Eunhee frustasi, dan wajah Frustasi Eunhee itu membuat Kris selalu tertawa terbahak-bahak. "Pulanglah sekarang, Kai menghawatirkan mu sejak tadi" Ujar Kris, ia menyentuh tangan Eunhee. Eunhee mengangguk mengiyakan. Ia dan Kai pun pulang kembali ke rumah mereka yang tak jauh letaknya dari perkebunan bunga.
 
☆*:.。. o)o .。.:*☆

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar