Minggu, 23 Februari 2014

Dream Catcher [CHAPTER 8]





~CAST~
SMALLKEY MEMBER AS YEOJA CAST
Kim EunHee ( f(x) Victoria)
Wu Yoora (f(x) Krystal),
Oh InKyung (BPPOP Kang Inkyung),
Kim minhyo (HV Yoonjo),
Park Sungchan (Ulzzang Ryu Hyeju),
Xi Yi Jie / Micha (IU),
Lee Miyoung (SNSD Yoona),
Lee Songhee (f(x) Sulli),
Kim EunKyo (AOA Hyejeong)

EXO MEMBER AS NAMJA CAST
Kim Minseok (Xiumin)
Kris Wu
Xi Luhan
Do Kyungsoo (DO)
Byun Baekhyun
Kim Jongdae (Chen)
Zhang Yixing (Lay)
Park Chanyeol
Kim JoonMyeon (Suho)
Huang Zi Tao (Tao)
Kim Jongin (Kai)
Oh Sehun

☆*:.. o)o ..:*☆

POV: Minseok
07.00 AM

Angin apa yang membuat ku baru tidur sepagi ini..ishh sial. Seharunya aku sudah tidur sejak pukul 02.00 atau paling terlambat pukul 05.00, tapi kali ini.. isshh..aku tak punya banyak waktu, bisa jadi aku telat pergi ke academy. Tapi jika aku langsung berangkat ke academy Eunhee pasti menghawatirkan ku. Ayolah Kim Minseok.. Kau hanya sedang bermimpi, tak perlu membuat segala hal menjadi rumit, baboya.
Kuputuskan untuk tetap menemui Eunhee meski waktu mendesakku akan datang telambat ke academy jika aku melakukannya. Kususuri jalan menuju rumah Eunhee, langkah ku tenang seperti tak berdosa. Aku hanya bisa melakukan ini didalam mimpi ku. Dalam kehidupan nyata, saat aku bermalas-malasan untuk berangkat sudah pasti seseorang akan berteriak menyuruhku untuk cepat berangkat.
Aku sampai. Tidak.. suasana penyambutan tersaji berbeda dari biasanya. Tak ada keheningan. Banyak suara orang dari dalam rumah. Pintu rumah juga tak tertutup. Kalau begini bagaimana cara aku memanjat ke kamar atas, heol~
BRAAAKKK.. PLAKK..!!!
"Aaa!!!"

Andwe. Itu suara Eunhee. Aku tidak bisa bertindak bodoh. Salah-salah bisa jadi justru akan membahayakan Eunhee. Kucari tempat bersembunyi. Dari sudut jendela kuselipkan secercah pandangan untuk melihat keadaan didalam. Sedikit terkejut kubulatkan mataku. Didalam begitu berantakan, barang-barang diruang keluarga sudah tak pada posisinya semula, terdapat 5-6 orang namja didalam, 2 diantara mereka menahan Eunhee, seorang lagi sudah menarik rambut Bibi Shin dengan kasar. Senyum licik ditunjukkan oleh namja-namja tersebut.
"Beri aku uang sekarang juga" seru namja tersebut pelan namun penuh penekanan pada setiap kata-katanya. Tangannya juga tak berhenti menarik rambut bibi shin sampai yeoja itu nampak meneteskan air mata. Bibi shin dalam keadaan berlutut didepan namja tersebut "Hikss.. Aku tak memiliki uang yang tersisa.. Hiks.. Jeball jangan ganggu hidup ku lagi... hikss"
Percakapan demi percakapan juga tindakan dari halus sampai kasar terjadi didalam sanaNamun semua masih terdengar dapat ku handle ..sampai DEG.. Kudengar sesuatu yang sungguh memukul ku. Kukepalkan tangan ku keras. Ingin sekali kuhajar mereka semua yang berada didalam, tapi aku tak mau mereka menyakiti Eunhee, karena sejauh ini mereka hanya menahannya tanpa melakukan tindakan apapun... Tapi tunggu.. JONGIN!. Pria-pria berpakaian hitam itu keluar dari rumah Eunhee, mereka menaiki sebuah mobil, memacu cepat mobil mereka entah kemana. Sial.. Aku harus cepat sebelum mereka mencelakai JongIn.
***
07.10 AM

Aku datang disaat yang tepat, sesuatu yang buruk baru saja terjadi, namun sesuatu yang lebih buruk juga mungkin bisa terjadi. Kupacu kedua kaki ku untuk terus berlari "Hah..hah..hah" Tak ada waktu untuk mengatur nafas, aku harus segera mencari bantuan. Ah benar, jalanan ini akan melewati rumah Kris dan Luhan, semoga aku tidak salah, tap tap tap... Aku berlari semakin kencang hingg akhirnya kulihat sosok Luhan dan Kris yang hendak berangkat ke academy bersama dengan Sungchan dan juga Yoora.            "KRISSSS!! LUHANNN!" Teriakku cepat.
"Xiumin.. Ada apa? Kau sepertinya..."
Kupotong ucapan Kris barusan, tak ada waktu lagi "Ikutlah dengan ku, JongIn sedang dalam bahaya" ujar ku cepat.
"KAI! WAE?!" Tanya Yoora kaget.

☆*:.. o)o ..:*☆

POV: Author
07.13
           
Sehun sampai ditempat ia dan Kai biasanya bertemu untuk berangkat ke academy bersama, ia rasa ia sudah telat, karena ia tak menemukan Kai sama sekali disana. "Apa mungkin Kai sudah pergi lebih dulu?" Ujarnya. Sehun mengecek handphonenya, tak juga terdapat pesan dari Kai. "Mustahil ia pergi tanpa mengabarkan ku"
"Sehun" Samar-samar Sehun mendengar suara seorang yeoja memanggilnya, tapi ia mengabaikan. Sehun mendengar suara seperti orang berkelahi, tak jauh dari sana. Ia mengikuti asal dari suara itu. Alangkah terkejutnya Sehun mendapati bahwa Kai sahabatnya sedang bersusah payah sendirian menghadapi beberapa orang namja bertubuh kekar.
"KAI!" Seru Sehun, tanpa pikir panjang ia pun segera menghampiri Kai ditengah kepungan namja-namja tersebut "Gwenchana?"
"Cepat pergi, ini berbahaya" Ujar Kai.
"Cih.. Jangan meremehkan ku" Jawab Sehun.
Namja-namja tersebut memandang rendah Kai dan Sehun "Kami tak memiliki urusan dengan mu bocah, tapi kalau kau memang ingin bergabung, kami tak keberatan". Mereka mulai menyerang Kai dan Sehun satu persatu. Sayangnya mereka masih tak cukup kuat untuk melawan kedua anak itu, mereka pun mencoba untuk menyerang bersama, tapi tetap berhasil terkalahkan juga.  "Berhenti.. Jika kalian ingin yeoja ini selamat!!" Seorang dari mereka yang tak ikut berkelahi sejak tadi, menahan Inkyung. Menyeret yeoja itu kehadapan Sehun dan Kai.
"NOONA!" Seru Kai dan Sehun bersamaan.
"Nampaknya yeoja ini sangat berarti untuk kalian" Ujar Namja itu sinis, ia mengeluarkan sebuah pisau lipat. Menempatkan pisau itu tepat didepan leher Inkyung.
 "Bagaimana kalau kuhabisi saja nyawa yeoja ini"
"KUPERINGATKAN KAU... JANGAN MENYENTUHNYA!" Bentak Kai. Ia bergerak maju sebelum akhirnya ditahan oleh Sehun.
"Jangan gegabah, ia bisa melukai Inkyung noona" Seru Sehun. Namja yang sepertinya pemimpin dari gerombolan tersebut memberi aba-aba pada anak buahnya. Ia menggerakkan pandangannya kepada Sehun dan Kai. Tanpa menunggu lama, 2 orang anak buah memelintir kebelakang tangan Kai dan sehun, dan sisanya memukul juga menghajar baik wajah juga perut kedua anak itu.
"argh..arhh ugh.."
DUUKKK BAAAK!! BRUKK..
Suara semacam itu terus terdengar ditelinga Inkyung, dihadapan matanya ia melihat Kai dan Adiknya Sehun dipukuli oleh gerombolan tersebut "Hentikan.." Inkyung mencoba memberontak, namun namja yang memeganginya menekan semakin dekat pisau dileher Inkyung.
"Jangan banyak bertingkah noona manis, atau kau akan bernasib sama seperti mereka." Ancam namja tersebut. Sudut mata Inkyung mencari celah untuk melepaskan diri, ia tak lagi banyak bergerak, hanya terus memutar otak untuk menghentikan tindakan orang-orang ini. Sekilas ia menengok, melihat dengan mata kepalanya wajah namja yang sedang menahannya ini. Inkyung terdiam. Wajah itu tak akan pernah di lupakan olehnya.
"Dia.."
BRUUUKKKK!!!! Sebuah tas ransel melayang tepat ke arah kepala namja yang menahan Inkyung. Namja tersebut kehilangan keseimbangan, pisau ditangannya terjatuh bersamaan dengan dirinya. Inkyung merasa seseorang menarik tangannya. Seorang namja. Ia menarik tangan Inkyung ke tempat yang aman. Sementara Kris dan Luhan membantu Kai juga Sehun untuk menghadapi sisa gerombolan tersebut.
☆*:.. o)o ..:*☆

07.30 AM.

Minhyo berulang kali melirik jam dinding pada kelasnya. Ia juga beberapa kali menengok kebelakang. Tak ada seorangpun dari temannya datang, dan tak seorangpun pula dapat dihubungi, padahal jam masuk academy sudah tiba. Minhyo keluar dari dalam kelas, ia berjalan cepat disekitar lorong academy yang sudah sepi karena sebagian pengajar mungkin sudah masuk ke dalam kelas. "Dimana mereka, kenapa perasaan ku jadi tak enak" Ujarnya dalam hati, ia meneruskan langkahnya. Minhyo melewati toilet. Keadaan hening disana membuat buluk kuduk Minhyo agak bergidik, ia pun mempercepat langkahnya. Tap tap tap.. suara langkah terdengar oleh Minhyo. DEG.. Ia semakin bergidik dan berlari untuk menghindari suara itu. Semakin Minhyo berlari, suara langkah itu juga ternyata semakin kencang "Omaaaaaa.." Teriak Minhyo dalam hatinya. Minhyo sudah hampir sampai luar pintu utama academy, tapi suara langkah itu masih juga mengikutinya. Minhyo tak tau apa yang harus ia perbuat, ia ketakutan setengah mati. Sampai diluar, Minhyo pun dengan segenap tenaga nya mengangkat sebuah tong sampah pelastik, lalu BRUKKKKK.. Menghantamkan tong sampah tersebut pada sosok dibelaknganya.
GUBRAK.. Sosok itu K.O, ia terjatuh di jalan depan academy. Minhyo tercengang saat melihatnya "UOOO! Chingu Tao?"
"Kenapa Minhyo noona menghajar ku T.T" Ujar Tao sedih setelah terjatuh disamping tong sampah.

***
"Jadi Yoora, Sehun dan Kai juga belum datang?" Seru Minhyo setelah mendengar cerita Tao.
"Iya, tidak biasanya mereka begitu, biasanya mereka selalu datang lebih dulu dari ku. Hati kecilku yang tak pernah salah ini mengatakan ada yang tak beres pada mereka, rumah mereka kan berdekatan" Duga Tao serius dengan wajah tetap dramatis.
"Jangan-jangan..." Minhyo memikirkan ulang ucapan Tao barusan, benar juga rumah mereka berdekatan Yoora, Sungchan, Luhan, Kris, Kai dan Sehun, pasti ada sesuatu yang terjadi di sana. Minhyo semakin khawatir, sampai akhirnya.....
Tao panik, ia membuka handphonenya "Noona, jangan-jangan mereka terkena banjir bandang, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami dan sekutunya.. ANDWEEEEEEEEEE T.T apa yang harus kita lakukan" Tao meneteskan air mata saking ia panik akan terjadi bencana alam disekitar rumah Yoora. Seketika dahi Minhyo mengerut melihat sikap berlebihan Tao "Heo~ =_= tidak begitu juga maksudnya"
☆*:.. o)o ..:*☆

07.36 AM

Gerombolan namja tersebut pergi setelah kedatangan Kris dan yang lainnya. Kris membantu Kai untuk beridiri, serupa dengan Luhan membantu Sehun. "Gwenchana?" Tanya Luhan khawatir. "Ugh.. ne hyung" Jawab Sehun masih kesakitan. Sehun melepaskan rangkulan tangan Luhan yang tadi membantunya berdiri, Luhan juga membiarkan Sehun berjalan sendiri, anak itu menghampiri Sungchan setelahnya. Sehun melihat Yoora berdiri dihadapannya dengan ekspresi khawatir. "Kau disini? kupikir kau sudah berangkat"
Yoora membuang muka "Kris masih disini juga, karena itu aku masih disini"
"Jangan khawatir begitu, aku baik-baik saja" Seru Sehun.
"Na? Aku tidak menghawatirkan mu!" Sangkal Yoora.
"Argh.." Sehun meringkih berpura-pura hampir terjatuh karena tak kuat berdiri.
"Sehun-a" Secepat kilat Yoora langsung merespon memapah Sehun. "Josimae"
Sehun menunjukkan smirk nya "Sekarang aku mengerti arti kata 'aku tidak khwatir' yang sesungguhnya"
"Issh."


Sehun menemukan Inkyung dalam keadaan temenung, matanya menatap lurus kearah seorang namja yang tadi menolongnya. Namja itu sedang bersama Kris, Luhan dan Sungchan untuk membantu Kai saat ini, karena keadaan luka Kai cukup parah.            Sehun menekankan perhatiannya pada wajah namja itu. Saat itu juga Sehun menunjukkan ekspresi yang sama dengan Inkyung. "Min..seok Hyung?" ucapnya pelan. Tubuh Inkyung sendiri bergetar hebat, ia terduduk lemah disebuah batu besar pada tempat itu. Kakinya seperti tak mampu berdiri. Wajahnya tersentak seperti melihat hantu. Ingatannya sudah melayang kembali kepada apa yang ia alami beberapa tahun lalu.

☆*:.. o)o ..:*☆
FLASH BACK
☆*:.. o)o ..:*☆

POV : Inkyung.
           
Ia berdiri dihadapan ku saat ini, mencoba mencari jawaban dari apa yang baru saja ia lihat. Aku.. tak pernah mencintainya, aku hanya mempertahankan nya menjadi tunangan ku untuk keperluan tertentu, tapi.. nampaknya ia menganggap hubungan kami terlalu serius. Hari ini ia memergoki ku bersama dengan namja lain. dan namja itu hanyalah teman ku. "Kenapa kau diam?! Aku menunggu jawaban mu Oh Inkyung.. Aku tak akan pergi begitu saja dengan perasaan emosi ku. Aku mempercayaimu dan aku hanya butuh penjelasan dari mu" Ujarnya. Kim Minseok.. nama namja ini. satu tahun terakhir ia menjadi tunangan ku. Ia cukup sabar, ia tak pernah semata-mata pergi setelah melihat ku dengan namja lain, ia selalu menungguku memberi penjelasan. Terdengar seperti tunangan yang baik. Tapi kenyataannya ia tak juga sebaik itu. Ia seringkali mengikutiku, ia posesif dan selalu ingin tau urusan ku, ucapan 'aku percaya padamu' terdengar hanya seperti angin lalu bagiku. Ia selalu membuat ku tak nyaman. Aku tak bisa dengan tenang berada didekat teman-teman ku, apalagi teman laki-laki. Aku tak pernah memiliki hubungan serius dengan namja lain selain dirinya, semua namja didekat ku hanyalah teman, beberapa adalah namja yang menyukai ku, tapi aku tak sama sekali menyukainya. Karena itu sikap posesif Minseok selalu mengangguku. "Aku lelah.." Jawab ku "Sedang apa kau disini? Kau bilang kau ada dirumah tadi.. Aku sudah mengirim pesan padamu. sudah kukatakan hari ini aku akan pergi ke pesata ulang tahun teman ku, apa lagi yang kau inginkan? Aku sudah melaporkan setiap hal yang kulakukan kepada mu, dan kau.. tetap mengikuti ku seperti aku ini adalah seorang buronan"
Minseok menyentuh tangan ku. "Mianhae.. aku tak bermaksud.."
"Sudahlah" Potong ku "Kau sudah ribuan kali meminta maaf padaku karena hal yang sama.. sampai kapan kau akan terus seperti ini, aku tak yakin akan terus bersama mu jika kau terus seperti ini.!" Kesabaran ku sudah mencapai puncaknya. Aku memang tak mencintai Minseok, dan bertunangannya hanya untuk mewujudkan tujuan ku, tapi aku juga tak cukup rendah untuk mencintai namja lain selama aku masih berstatus tunangannya, aku masih punya hati untuk menghargainya.
Minseok kembali mengapai ku, kali ini ia menarikku kedalam pelukannya. Hufh.. Aku benci kenyataan kadang berada di dalam pelukan nya membuat ku nyaman, jika ia tak seposesif ini mungkin aku bisa mencintainya, karena bagaimanapun aku tau ia begitu mencitai ku juga. Tubuhku merasa begitu hangat ditengah udara dingin malam ini. Kami berada diatas jembatan penyebrangan. Suara deruan mobil-mobil yang melintas dibawah sana, juga view yang indah dari tempat kami berdiri membimbing tangan ku untuk melingkarkan tangan ku pada tubuhnya.





Tapi jika aku memaafkannya, ia pasti akan mengulanginya lagi "Lepaskan aku." Seru ku melepaskan diri. "Namja tadi hanya teman ku, aku ingin kau berhenti mencurigai semua orang yang dekat dengan ku" Jelas ku kesal. Aku melangkah mundur hendak meninggalkan nya, untuk menuruni jembatan ini. TAP...TAP..TAP.. suara seseorang berlari kencang kearah kami terdengar sangat keras. aku tak perduli. Sampai akhirnya kurasakan tangan Minseok menarik tubuh ku saat orang yang berlari tersebut secara terburu-buru datang dan hampir menjatuhkan ku. Minseok kehilangan keseimbangan saat itu. Ia mendorong ku, reflek langkah ku mundur. Dihadapan mataku Minseok terjatuh dari atas tempat kami berdiri, tubuhnya bergelut dengan kerasanya tangga jembatan tersebut. Kejadian tersebut begitu cepat, membuat otakku sulit bekerja. Mataku membelalak lebar "MINSEOK OPPA!!!" Teriakku keras.
Teriakkan ku tak membuat namja yang tadi menyenggolku dan menyebabkan semua ini terjadi bergeming, seperti tak berdosa, ia terus berlari turun bahkan tak memperdulikan Minseok Oppa yang sudah terguling disana. Aku mengejarnya, tangan ku berhasil menyentuh pundak namja itu. Tubuhku bergetar saat kulihat wajahnya, aku tak mengenalnya, tapi ia menatapku seperti ingin membunuh ku. Iahanya menghempas- kan ku, lalu kembali berlari. Aku pun membiarkannya, aku berjalan cepat dan terburu-buru menuju tubuh Minseok Oppa yang berhenti ditengah anak tangga.
"Oppa.." Ku angkat tubuhnya, kubiarkan kepalanya berbaring dipangkuan ku, yang dapat ku cerna saat ini hanya aku melihat darah terus mengalir dari beberapa bagian tubuhnya "TOLOOOONGGGG!!" Teriakku membabi buta saat melihat keadaannya "Oppa.. sadarlah.. Oppa.. Minseok Oppa.. hikss.. hikss.."


☆*:.. o)o ..:*☆
END FLASBACK
☆*:.. o)o ..:*☆




POV : Author.
           
Kris dan Luhan memapah Kai yang terlihat sudah begitu lemah "Aku dan Luhan akan mengantar Kai dan Sehun pulang" Ujar Kris "Sungchan.. Kau dan Yoora sebaiknya berangkat ke academy, kau juga inkyung"
"Ne Oppa" Jawab Yoora.
Meski tak menyukai Inkyung, Sungchan menepuk pundak Inkyung yang masih terlihat shock itu "Ayo" Ajaknya. Inkyung tak menjawab, juga tak merespon.


****



POV : Minseok
           
Kris, Luhan dan Kai pergi lebih dulu, diikuti oleh Sehun. Sungchan dan Yoora juga mulai melangkah pergi, tapi Inkyung masih disana. Ia memperhatikan ku, matanya tak lepas dari diriku. Ia pasti kaget melihat ku muncul dihadapannya. Yang ia ketahui aku masih terbaring lemah di tempat tidurku tanpa bisa melakukan apapun. Mungkin jika kami bertemu dalam kehidupan nyata, ekspresinya juga akan seperti ini saat melihat ku sehat. Aku menghampirinya. "Nona.. Gwenchana?" Tanya ku basa basi.
Ia meneteskan air matanya, entah apa ini.. tapi air mata Inkyung membuat dadaku sedikit sesak "Kau.. Hiks.. hiks.. Min..seok.. oppa"
"Sepertinya kau salah orang" Jawab Ku cepat.
Ia terkejut, tatapannya semakin intens kearah ku. Ia melirik namtag pada pakaian ku "Xiumin?" Ucapnya pelan.
Aku tersenyum getir "Mengapa semua orang selalu menyebutku Minseok.. psh.. aku jadi penasaran seperti apa namja bernama Minseok itu ^^" Kuberanikan diri untuk menyentuh tangannya. Tap.. Senyum ku semakin getir, jantungku berdebar cepat, mungkinkah aku masih mencintai nya? pandangan kami bertemu, kubaca raut kesedihan dimata Inkyung. Tenang Minseok.. kau tidak bisa terus seperti ini, ia bisa mengenali mu.  Aku berpura-pura membaca namtag pada seragamnya "Oh Inkyung.. jadi nama mu Inkyung. Hem.. Inkyung-a, Yoora dan Sungchan sudah hampir jauh, ayo berangkat. Aku akan menemani kalian untuk berangkat ke academy ^^" Ku langkahkan kaki ku. Inkyung masih menahan, ia seperti belum percaya "Kau sungguh bukan Minseok oppa?" Tanya Inkyung.
"Xiumin.. nama ku Xiumin, aku tidak mengenal mu, aku belum lama pindah dari China." Jawab ku cepat "Kalau boleh aku tahu.. Minseok itu.. apa hubungan ia dengan mu? karena sepertinya kau shock sekali melihat ku"
"Ia.." Inkyung tak meneruskan kata-katanya, air mata yang tadi sempat hilang kini membasahi pipinya lagi "Ia adalah seseorang yang begitu mencintaiku. Tunangan ku"
DEG.. Ia mengakui ku tanpa ragu. Apa ia berpura-pura? mengapa air matanya terlalu nyata bagiku. Aku ingin memeluknya. Aku tak suka melihatnya menangis seperti ini. Tapi... itu mustahil. Ia mungkin sedang berpura-pura, ia jelas sudah memiliki kekasih diluar sana. Kau mempermainkan perasaan ku, bahkan disaat aku bermimpi. nappeun yeoja.





☆*:.. o)o ..:*☆


POV: Author
07.40 AM
           
Dikarenakan tak ada orang di rumah Sehun, Kris dan Luhan membawa Sehun dan Kai ke rumah Kai. Mereka kaget saat melihat keadaan rumah Kai yang berantakan. Bibi Shin turun dari tangga, terdapat memar di pipi kirinya, ia menangis begitu bertatap muka dengan Kai
"Hiks.. JongIn-a.. apa yang terjadi padamu" Tanya nya seraya memeluk Kai.
"Bibi.. Kau baik-baik saja? Dimana Eunhee noona..? apa ia baik-baik saja?" Tanya Kai balik.           
"Eunhee baik-baik saja, bibi baru saja menenangkannya.." Bibi Shin menatap Kris dan Luhan "Bisakan kalian membantu Kai ke kamarnya, bibi akan mengambil obat juga air hangat" Pinta bibi Shin.
"Ne" Jawab Luhan dan Kris.

*** 
 

"Hyung tunggu" Ujar Kai didepan kamar Eunhee "Hyungdeul bawa Sehun ke kamar ku dulu saja, aku ingin menemui noona dulu" lanjutnya
"Keadaan mu seperti ini.. Jangan memaksakan diri" Seru Kris.
"Gwenchana, aku akan membawa Sehun, kau temani Kai saja" Sergah Luhan.

***


Kai berjalan tertatih dibantu oleh Kris. Begitu ia memasuki kamar Eunhee, ia tak melihat sang kakak di tempat tidurnya. Ia melihat kearah dekat jendela, Eunhee disana. Ia menangis sendiri, tubuhnya terlihat lemah, sepertinya bibi Shin baru memberikan obat penenang padanya.






"Noona.." Kai langsung memeluk Eunhee. Eunhee panik melihat keadaan adiknya, ia menyetuh sekitar wajah Kai tanpa henti "Eung.. eung..Hhk.. eung..hikssss.. hikssss"
"Noona.. noona gwenchana?" Tanya Kai yang kini ikut menangis. "Noona aku takut sekali, kupikir aku tak akan bisa bertemu dengan noona lagi, noona aku takut" Adu Kai pada Eunhee, pelukannya semakin erat. Hati Kris teriris melihat pemandangan itu, ia tak tahu apa yang terjadi. Siapa orang-orang yang menyerang Kai? apa alasan mereka melakuman hal tersebut? Mengapa mereka juga menyerang rumah Kai dan Eunhee? Kris berjongkok. Ia menepuk pundak Kai "Tenangkan dirimu Kai.. Kasihan Eunhee" Ucap Kris pelan. Kai mengerti maksud Kris, Eunhee memang tak boleh dibuat terlalu panik, hal itu akan semakin menganggu mentalnya, Kai menghapus air matanya "Tapi aku baik-baik saja noona" Ujarnya, ia hendak melepas pelukannya, tapi tangan Eunhee kuat memeluknya, ia sama sekali tak mau melepas Kai. "Noona~" Rintih Kai sedih, ia tau Eunhee begitu mengkhawatirkannya. Kris menyentuh pelan tangan Eunhee "Eunhee-ah.. Kai terluka, kalau kau terus memeluknya, ia akan kesakitan.. ia belum diobati" Ujar Kris perlahan.
Eunhee mengangguk, ia melepaskan Kai. Isak tangis masih terlihat pada diri Eunhee. Ia menatap lekat Kris, menyunggingkan senyum tipis, ditepuknya lengan Kai memberi tanda untuk Kris bahwa ia ingin menjaga Kai.
"Araseo.. " Kris mengelus rambut Eunhee "Kau tenang saja, Kai akan segera pulih"
Eunhee mengambil buku dan pensil dari atas meja, dengan tangan yang gemetar, ia menuliskan sesuatu disana. Saat-saat seperti itu ia selalu merasa Minseok ada disampingnya, membimbingnya untuk menulis, pelan tapi pasti meski tulisan Eunhee masih sulit terbaca, dikarenakan tangannya yang terlalu gemetar, ia berhasil menuliskan sebuah kata dibuku tersebut 'Gomawo Kris'. Kris tersenyum tenang "Eum, aku bawa Kai ke kamarnya dulu"
Eunhee mengangguk, tangannya menganggam tangan Kris beberapa saat. Kai juga tersenyum karena Eunhee sudah terlihat banyak perkembangan, setidaknya ia sudah mengerti apa yang orang lain katakan padanya, padahal sebelumnya ia hanya mengacuhkan semua orang bagaikan ia tak ada di dunia yangs ama dengan orang-orang disekitarnya.


☆*:.. o)o ..:*☆



11.30 AM

Bel berbunyi, tanda jam istirahat makan siang telah tiba. Siswa-siswa berhamburan keluar dari kelas mereka, tak terkecuali gerombolan para bandit kelas 3-2.
"Makan dimana kita?" Tanya Chen bernada seperti dora. Ia melirik-lirik Baekhyun, mungkin saja ia akan meneraktir mereka.
"Kantin" Jawab Baekhyun santai, serta merta memupuskan harapan Chen untuk makan diluar. "Hehehe" Kekeh Baekhyun.
"Eo.. Baekhyun-a bukankah itu eomma mu?" Chanyeol menujuk seorang yeoja yang terlihat seperti Eomma Baekhyun.
"Ah ne.." "EOMMA!" Panggil Baekhyun mengangkat tangannya memberitahu sang ibu keberadaannya. Eomma Baekhyun berjalan menghampiri Baekhyun dan teman-temannya itu "Adeul" Serunya, ia memberi pelukan kecil pada Baekhyun. Semua teman Baekhyun tanpa terkecuali membungkuk sopan"Annyeonghaseyo bibi" Ucap mereka bersamaan.
"Aigoo.. Chanyeol kau semakin tampan, Chen juga" Sapa Eomma Baekhyun, ia menepuk pundak D.O "Kyungsoo.. wajah mu semakin dewasa, kau juga bertambah tinggi"
"Guraeyo.. gomawo bibi" Ujar Kyungsoo. Eomma Baekhyun tersenyum pada dua orang yeoja disana, Songhee dan Micha. Karena baru semester ini Baekhyun sekelas dengan kedua yeoja itu, Eomma Baekhyun belum begitu mengenali mereka "Omoo.. neomu yeoppeo" Serunya pada Songhee sambil memegang tangan Songhee.
"Bibi jangan berlebihan, aku biasa saja" Jawab Songhee merendah, meski tak dapat disangkal siapapun pasti bahagia mendengar pujian semacam itu.
"Aniya.. Kau memang cantik, cantik sekali" Puji Eomma Baekhyun lagi "Siapa nama mu?"
Chen sedikit merapat pada Ny.Byun "Bibi.. jangan menggoda yeoja itu, namanyan Lee SongHee, ia yeojachingu baru Chanyeol". Chanyeol mendorong malu Chen "Ya.. apa yang kau katakan" katanya.
"Gureaeyo.. ^^ kau selalu kalah start dalam hal ini" Ny.Byun memukul kecil tangan Baekhyun.
"Eomma Mwoya" Sergah Baekhyun tak nyaman. Kini pandangan Ny.Byun mengarah pada Micha, ia tersenyum tipis sama seperti ia tersenyum pada Songhee "Dan kau?"
"Ah.. Ne Annyeonghaseyo Xi Yi Jie imnida" Micha memperkenalkan diri. Entah atas dasar apa, tapi setelah mendengar Micha memperkenalkan diri, Ny. Byun terdiam, ia memperhatikan Micha cukup lama. lalu kembali tersenyum
"Xi Yi Jie?"
"Ne, apa aku pernah bertemu nyonya sebelumnya?" Tanya Micha karena ekspresi Ny. Byun seperti mengenalnya.
"Ah. ani.. tapi... Bibi baru saja dari ruang kepala academy untuk mengurus surat panggilan orang tua Inkyung. Ibu kepala mengatakan Yi Jie dan Inkyung berkelahi karena kekasih YiJie .. zhang"
D.O menyelak ucapan Ny.Byun "Semua itu hanya salah paham bibi, Noona tak ada hubungan apapun dengan Lay hyung, sepertinya Inkyung yang salah menanggapi"
"Ah.. sudahlah.." Sergah Baekhyun lagi "Eomma, aku akan mengantar eomma sampai depan, dan kalian.. kalian ke kantin duluan saja, nanti aku menyusul" Lanjutnya, ia segera menemani sang ibu untuk pulang sebelum masalah semakin panjang.

☆*:.. o)o ..:*☆

"Lay kau tidak makan siang dengan Yi Jie" Tanya Suho.
"Menagapa aku harus makan siang dengan Yi Jie? sejak kami tak sekelas kami tak pernah makan siang bersama lagi, sungchan dan Minhyo juga, belakangan Yi Jie lebih banyak makan siang dengan Chanyeol dan yang lainnya" Jawab Lay tenang, sampai akhirnya ia menyadari ia baru saja mengucapkan suatu hal yang membuat Suho curiga. "Pabo.. aku lupa" Seru Lay dalam hati. Suho memikirkan apa yang dikatakan Lay "Ah.. begitu rupanya, kupikir kalian pasangan yang romantis"
Eunkyo berdiri dari tempat duduknya setelah membereskan barang-barang "Suho, kau mau makan siang bersama eomma mu atau dikantin?"
"Aku akan makan siang dikantin, kau juga? Kita kesana bersama" Ajak Suho "Kau mau ikut Lay?"
"Aniya.. aku ada janji dengan seseorang" Jawab Lay.



☆*:.. o)o ..:*☆



Chanyeol melahap makan siangnya, tapi sejak tadi sesuatu sangat mengganggu pikiran Chanyeol "Kau dengar apa yang Ny. Byun ucapkan tadi? Dia datang karena surat panggilan yang diberikan untuk Inkyung... Surat itu harusnya untuk orang tua Inkyung, kenapa justru Ny.Byun yang datang?"
"Aku juga penasaran, Baekhyun tak pernah menceritakan apapun pada kita.. saat dulu pertama aku mengenalnya, ia sering sekali membuat masalah, dan orang yang paling sering dikerjai nya adalah Inkyung. Coba lihat sekarang, semanjak masuk academy Baekhyun jadi sangat berbeda.. justru Inkyung yang jadi seperti gadis kesurupan begitu.. aku bingung" Jawab Chen dengan mulut penuh makanan. Songhee tak terlalu tau seperti apa Baekhyun dulu, dan Inkyung dulu. Ia hanya mengenal mereka saat mereka sudah dalam keadaan seperti ini, tapi ada sesuatu yang ia ketahui. "Kupikir kalian tau.. tapi Inkyung itu memang bertunangan dengan anak keluarga Byun. Karena itu aku kesal sekali waktu Micha eonnie dihukum gara-gara Inkyung, ibu kepala pasti tak berani menghukumnya karena hubungan Inkyung dengan keluarga Byun"
"MWORAGO!!" Sentak Chanyeol dan Chen bersamaan "Jadi maksudmu, Inkyung dan Baekhyun itu bertunangan?" Tanya Chen dan Chanyeol bersamaan lagi.
"Setahuku begitu.." Jawab Songhee meski ia juga tak terlalu yakin. "Kalau mau lebih pasti kalian tanya Suho oppa, dia lebih mengerti sepertinya, keluarga mereka lebih dekat"
D.O ada disana, juga mendengarkan sejak tadi, ia hanya tak ikut bicara. Ia memandang Micha dihadapannya. Yeoja itu hanya mengacak-ngacak makan siangnya tanpa menyuap sekalipun. D.O bukan tak tahu. Diantara Chen, Chanyeol dan dirinya. ialah satu-satu nya teman Baekhyun yang mengetahui tentang hubungan Baekhyun dan Inkyung sebenarnya. Ia juga satu-satunya yang sering diajak bicara serius oleh Baekhyun. Ia juga tau pasti alasan Baekhyun berusaha merubah sikapnya sejak 2 tahun lalu.

"D.O-a jika kau ingin lebih dekat dengan yeoja yang kau sukai, sekalipun ia lebih tua darimu, berhentilah memanggilnya noona, itu akan membantu merubah pandangannya tentang mu, ia akan menganggap mu 'namja' " Baekhyun.

"Bocah itu selalu terlihat baik-baik saja, tapi sebenarnya setiap saat, ia mendengarkan baik-baik ucapan semua orang, dan ia akan memikirkannya saat ia sedang sendiri" Baekhyun

Perkiraan D.O terus berputar-putar dikepalanya, ia tak begitu mengubris pembicaraan Chen, Chanyeol dan Songhee "Kupikir akulah orang paling bodoh dalam urusan ini, tak kusangka bahwa ada orang yang ternyata jauh leboh bodoh dariku.. psh.. tapi kalau kupikir-pikir kasihan juga.."
Micha berdiri "Babodeul.. aku ingin ke kamar kecil dulu" Pamitnya.

☆*:.. o)o ..:*☆

Suho merogoh kantung celananya, ia baru menyadari bahwa ia tak membawa handphonenya "Eunkyo-a kau ke kantin duluan saja, handphone ku sepertinya tertinggal di meja"
"Baiklah" Jawab eunkyo. Suho berlari kembali kekelasnya. Eunkyo menghela nafas "Ada-ada saja, padahal jarang sekali ia mau makan siang bersama, aku memang kurang beruntung"

☆*:.. o)o ..:*☆

"Apa!! Jadi ada yang menyerang Kai?" Sontak Miyoung kaget mendengar cerita Yoora dan Sungchan yang kini sedang makan siang bersama mereka. Tao ikut makan bersama para noona, ia makan dengan lahap sementara para yeoja sibuk membicarakan tentang kejadian tadi pagi. Sementara tak seorangpun dari para yeoja berniat untuk makan, karena mereka memikirkan nasib Kai dan Sehun, Tao memanfaatkan kondisi "Noona, kau tidak lapar? kenapa tidak makan, kalau tidak lapar lebih baik untukku"
Miyoung mendorong pelan piringnya pada Tao "Makan lah, nafsu makan ku sedang hilang" Ujar Miyoung, ia melanjutkan perbincangannya dengan Sungchan, Minhyo, dan Yoora "Lalu bagaimana keadaan mereka sekarang?"
"Kondisi Kai lebih parah dari Sehun, sepertinya memang orang-orang itu mengincar Kai, mereka juga menyerang Sehun hanya karena Sehun berusaha membantu Kai" Jelas Yoora.
BRAKKK!
Gebrakan meja membuat keempat yeoja disana kaget.
"Tapi mereka tak menyakiti mu kan?" Tao menggenggam tangan Yoora tiba-tiba, menatapnya seolah ia adalah pahlawan yang hendak melindungi tuan putri. Tubuh Yoora langusng merinding karena sentuhan Tao. Disentuh Tao sama seperti disentuh mahluk halus bagi Yoora, ia panik "Eonnieee T.T" rengeknya pada Sungchan. BELAPPAAKK.. Sungchan menghajar kepala Tao dengan buku tanpa bicara apapun, ia memisahkan tangan Tao dari sepupunya itu. Yoora pun langsung pindah tempat duduk, ia mengumpat disamping Sungchan.
"Mengapa semua orang selalu berbuat jahat padaku" Ujar Tao dramatis, kepalanya berbaring diatas meja, meski begitu tangannya masih lincah menggerakan sumpit untuk melanjutkan makan.
"Sabar ya Chingu, kau juga sih seram begitu" Seru Minhyo.

☆*:.. o)o ..:*☆



Suho berniat mengambil kembali handphonenya yang tertinggal dikelas, ia memasuki ruangan kelasnya "Ah.. kupikir hilang" Ujarnya setelah menemukan handphone tersebut. Ia sudah berjanji akan akan makan bersama Eunkyo, karena itu ia bergegas untuk segera ke kantin. Ia keluar dari ruangan kelasnya. Tak disangka ia mendapat sebuah 'kejutan'. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Lay dan Inkyung sedang berjalan berdua dengan tangan saling berpaut satu sama lain. "Mal...do..andwe" ucapnya tak percaya.
Suho mengikuti kedua orang tersebut, mereka pergi ke salah satu lorong yang cukup sepi, keduanya duduk disana. Lay mengeluarkan kotak makan dari tasnya, ia membuka kotak makan tersebut. Ekspresi Inkyung terlihat senang akan hal tersebut. keduanya pun melahap bekal makan siang itu bersama. Sekarang Suho mengerti arti dari jawaban Lay tadi saat Suho bertanya tentang makan siang bersama YiJie.




☆*:.. o)o ..:*☆
Luhan dan Kris masih berada dirumah Kai bersama dengan Sehun. Saat ini Kai tertidur. Kris, Sehun dan Luhan tengah menghambiskan makan siang mereka yang telah dibuatkan oleh bibi Shin.
"Hyung, apa tak sebaiknya kita bangunkan Kai dulu, agar ia makan siang?" Tanya Sehun kasihan pada Kai.
"Tapi sepertinya ia sedang lelah sekali" Jawab Luhan. "Biarkan ia istirahat, saat bangun nanti ia juga pasti merasa lapar dan meminta makan hihihi"
"Kalian tunggu disini dulu, aku ada urusan sebentar" Ujar Kris.
"Urusan apa?" Tanya Luhan.
"Sesuatu.. sudahlah" Ia pun keluar dari kamar itu.

☆*:.. o)o ..:*☆
           
Eunkyo menunggu Suho dikantin sudah lebih dari 30 menit, tapi sosok Suho belum juga terlihat, ia hanya memesan 2 segelas ice coffee untuk dirinya dan Suho, tanpa mengambil makanan. "Apa mungkin Suho memang tidak berniat makan siang dengan ku sejak awal, ia mungkin hanya basa-basi"
Sreett.. Seseorang menyeret kursi disamping Eunkyo seraya duduk disana, tanpa seizin Eunkyo ia mengambil segelas minuman yang berada dihadapan Eunkyo. Eunkyo terkejut saat ia melihat tangan itu mengambil minuman milik Suho, Eunkyo mengarahkan pandangannya pada orang disampingnya
"Ya! kau tidak sopan seka... Kyungsoo?". Heart lips D.O mengembang manis
"Aku tersedak, tidak apa ini kuminum? aku akan menggantinya.." D.O menepuk-nepuk dadanya "Uhukk.. ahh" tentu saja ia hanya berpura-pura, sejak tadi ia memang berada di kantin, ia melihat Eunkyo duduk sendirian begitu lama, karena itu ia berinisiatif untuk menghampiri Eunkyo.
"Omoo.. " Eunkyo menepuk pelan pundak D.O "Cepat minum yang banyak"
"Gwenchana, aku sudah baikan.. Aku akan membeli lagi untuk menganti milikmu" D.O berniat meninggalkan tempat saat Eunkyo menyentuh tangannya.
"Tak perlu" Ujar Eunkyo, tangannya membimbing D.O untuk duduk kembali "Pemiliknya juga tak akan datang, kau disini saja, habiskan minuman itu"
"Pemiliknya? Suho Hyung?" Tanya D.O. Eunkyo mengangguk pelan "Sepertinya ia tak akan datang" Ia menundukkan kepalanya.
"Sepertinya aku harus mengganti minuman mu"
"Apa maksud mu?"
D.O menyentuh dagu Eunkyo, mengangkat wajah yeoja itu. mengarahkan pandangannya ke depan, dimana sosok Suho sudah terlihat mendekat "Karena dia datang" Jawab D.O menahan perih dihatinya. Eunkyo tersenyum bahagia melihat Suho. D.O berdiri dari tempat duduk itu "Hwaiting" Seru nya pelan "Setidaknya kau tersenyum karena hal itu, aku cukup bahagia karenanya.. seharusnya.. seperti itu. tapi.. mengapa hatiku tetap merasa sakit... sigh~.." Ujar D.O dalam hati. Eunkyo melihat D.O kembali menuju meja tempat teman-temannya berada, ia menelisikkan padangannya "Ini hanya perasaan ku, atau.. Kyungsoo memang terlihat.. kecewa..". Suho mengibaskan tangannya di depan wajah Eunkyo "Eunkyo-a"
"Ah.. ne" Sinar wjaah Eunkyo memancar begitu ia melihat Suho dihadapannya.




☆*:.. o)o ..:*☆

Kris mengendap-endap keluar dari kamar Kai, ia memiliki firasat yang buruk jika tidak hati-hati, pelan ia berjalan menuju kamar Eunhee. Disentuhnya handle pintu kamar Eunhee. Clekk.. kebetulan tak terkunci. Kris mengintip kedalam. Eunhee berdiri didepan pintu geser kamarnya, yeoja itu tak henti melirik-lirik ke bawah, sepertinya ia sedang menunggu seseorang. "Eunhee-ah~" Panggil Kris pelan.
Eunhee mendengar panggilan Kris, kondisinya jauh lebih sehat dari beberapa jam yang lalu. Ia berlari ke arah Kris, menarik Kris masuk, lalu segera menutup pintu kamarnya, setelah sebelumnya ia memastikan tak ada yang melihat Kris.
"Wae?" Tanya Kris.
Eunhee tak menjawab, ia hanya mengunci pintu kamarnya. Eunhee kembali menarik tangan Kris, ia meminta Kris duduk di sofa yang terdapat dikamarnya. Eunhee mengambil buku dan pulpen miliknya, ia menuliskan sesuatu lagi disana "Kau dapat membaca ini?" itulah yang tertulis dibuku tersebut. Orang awam (?) mungkin tak bisa membacanya, termasuk Minseok. Tapi Kris dapat dengan santai membaca tulisan tersebut "Ah.. tentu saja aku bisa membacanya, tulisan ku jauh lebih buruk dari itu haha"
Eunhee tersenyum, ia menulis lagi. Eunhee menarik nafas, gemetar ditangannya sudah mulai berkurang "Apa kau bertemu dengan xiumin?"
Kris mengangguk "Hum.. tadi ia ikut menyelamatkan Kai dan Sehun, tapi Aku meminta ia untuk tetap berangkat ke academy bersama dengan Yoora, Sungchan dan Inkyung. Berjaga-jaga kalau sampai gerombolan tadi masih mengikuti mereka. ah... Kenapa kau menanyakan xiumin?"
Eunhee menjawab melalui tulisannya sekali lagi "Ia yang selama ini terus membantu ku, hari ini ia tidak datang, aku mencemaskannya"
Kris tersenyum miris "Ah begitu.. chakaman.. kau bilang ia membantu mu? Jadi kau terus bertemu dengannya? Bagaimana ia bisa menemui mu?"
Eunhee menunjuk pintu geser kamarnya. Kris melangkahkan kakinya menuju pintu geser tersebut, ia membuka pintu itu, disamping beranda kamar tersebut terdapat tangga kayu "Xiumin menggunakan tangga untuk naik ke tempat ini?" pikir Kris. Ia menatap Eunhee dengan seksama "Benar, pantas saja Eunhee terlihat jauh lebih sehat dari terakhir kali aku bertemu dengannya di perkebunan. Xiumin pasti begitu berarti bagi Eunhee. Ia melakukan sesuatu yang terlalu berani.. sesuatu yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh ku. Selama ini aku hanya menunggu dan menunggu. Membiarkan Eunhee terkurung ditempat ini tanpa bertemu siapapun, aku tak pernah berinisiatif untuk melakukan sesuatu untuk bertemu ataupun bertanya padanya. Aku iri pada mu Xiumin"
Eunhee menulis cukup panjangan pada selembar kertas, ia melipat kertas tersebut. Eunhee menyentuh pundak Kris yang sedang termenung.
"Ne.. wae?" Tanya Kris saat tersadar dari lamuanannya.
Eunhee menyerahkan kertas tersebut pada Kris. Ia juga membuka lembaran kertas pada bukunya "Karena hanya kau yang bisa membaca tulisan ku saat ini, tolong aku.. beritahu apa yang tertulis disana pada Xiumin" Eunhee membuka lembar berikutnya "Sekarang sebaiknya kau keluar dari kamar ini, akan berhaya bagi diriku dan Kai jika mereka mendapati mu berada disini"
Kris mengangguk "Aku mengerti.. aku akan berusaha membaca dengan benar apa yang tertulis disini, sebisa mungkin aku akan memberi tahu isinya pada Xiumin. Kau.. jaga baik-baik dirimu Eunhee-a"
Kris beranjak untuk keluar. Ia terhenti. kembali berbalik. Ia merogoh kantungnya, mengeluarkan sebuah Handphone dari sana "Sembunyikan ini.. Aku akan meminta no xiumin padanya nanti, dan akan mengirimkan pada mu melalui no ku yang lain. Jika keadaan memang terdesak, dan seorangpun termasuk xiumin tak bisa menemui mu, kau bisa memberitahu keadaan mu dengan ini. Disana ada nomor Yijie, Luhan, Sungchan, Yoora, Chanyeol, Suho, Miyoung dan yang lainnya, pastikan tak seorangpun mengetahui kau membawanya, termasuk adik mu Kai"
Tatapan Eunhee menyendu. perlahan air matanya menetes. Ia memeluk Kris, memeluk namja itu begitu kuat, ia tak tahu bagaimana harus berterima kasih pada Kris.





☆*:.. o)o ..:*☆
Next 2 week
POV: Minseok
08.00 AM

Minggu pagi yang cerah mengarahkan setiap langkah kecil kaki Eunhee menuju perkebunan bunga, ia bersama diriku berjalan mengendap-endap untuk mengagetkan Kris dan Miyoung. Upaya kami selama 2 minggu terakhir ini nampaknya cukup berhasil. Eunhee begitu sehat sahat ini, ia sudah mampu berjalan juga berlari kecil.
"Eunhee-a.. sebenarnya aku tak bisa mengantar mu ke dalam eum.. aku ada sedikit urusan, tapi jam 10 nanti aku akan kembali untuk mengantar mu pulang" Ujar ku padanya.
Eunhee tersenyum kecil, ia mengeluarkan note kecil dari sakunya "Ne.. Hati-hati ^^"
Aku tersenyum kecil, melepasnya masuk kedalam area perkebunan bunga. Senyum miris ku jelas tergambar. Kurasa Eunhee sudah mulai kembali menemukan hidupnya, mungkin ia tak akan memerlukan ku lagi suatu hari nanti. Aku tak mungkin terus menjadi penghalang antara dirinya dan Kris. Ia sudah banyak berkomunikasi pada Kris melalui handphone, aku tak memberikan no ku. lebih tepanya tak mungkin. Aku hanya bermimpi, mimpi yang cukup aneh.

***

Kubuka pelan mataku, dan aku kembali ke dunia nyata ku dalam. Semudah itu aku pergi lalu kembali. Semakin lama kurasa diriku semakin mirip dengan hantu. Hari ini kamar ku terlihat lebih cerah, seseorang membuka lebar jendela kamar ku, membiarkan pancaran sinar memenuhi ruangan ku. Ia berdiri didepan jendela kamar ku sekarang. Selalu seperti itu, seperti bocah kesepian yang tak memiliki teman, padahal orang yang tinggal dirumah nya begitu banyak. Ia bisa bicara dengan siapa saja.. tapi ia selalu dan selalu kembali ke dalam kamar ku. Ia berbalik, menyadari bahwa aku sudah bangun. "Ya kim minseok.. kau baru bangun ckkckc.. ini sudah pukul 8 ckckc" Ujarnya. Ia duduk di sisi tempat tidur ku, melipat kedua kakinya bersila. "Kau lihat lagit itu.. ? Diriku dan dirinya berada dalam jarak sejauh itu sekarang hahaha" Tawanya. Entah apa yang ia tertawakan, ucapannya begitu menyedihkan.
"Seseorang pernah mengucapkan padaku.. Karena kau merasa hidup mu menyakitkan, maka saat itu kau seharusnya berterima kasih, katanya cobaan berupa rasa sakit itu lebih ringan dibandingkan cobaan berbentuk kebahagiaan. Karena rasa sakit itu.. lebih terlihat" Sial anak ini. Akulah yang dulu pernah mengucapkan hal itu padanya.
"Gwenchana.. Kau bisa terus seperti itu.. Mungkin jika aku tak tahan dengan perasaan ini, aku akan mati lebih dulu, itu takdir... Annyeong" Ia berlari keluar kamar ku. Ia menyindir ku lagi, itu caranya mengadu, ia sedang mengatakan padaku bahwa saat ini hatinya sedang tersakiti, dan tak ada yang bisa kuperbuat untuknya, karena aku terus seperti ini, maka ia akan terus merasakan sakit. Aku.. adalah pengecut, karena mimpi ku jauh lebih indah dari kehidupan ku, aku terus hidup didalamnya, membiarkan setiap orang dalam kehidupan nyata ku menanti ku kembali dan seperti mendapat harapan kosong. Aku terlalu takut untuk meninggalkan kehidupan mimpi ku, tenggelam didalamnya, meski masalah disana juga tak kalah berat dari masalah ku dikehidupan nyataku. Yang jelas berbeda hanya keadaan ku. Berulangkali ku ucapkan pada Eunhee agar ia tak terkalahkan oleh rasa takutnya, lalu bagaiman dengan diriku sendiri?

☆*:.. o)o ..:*☆
POV: Author.
07.00 PM

D.O berjalan sendiri disekitar danau, ia hendak berangkat ke rumah Baekhyun. D.O mengecek handphonenya, 2 minggu terakhir notofication dari account SNS sedikit sepi, sesekali Chanyeol dan Songhee ramai hanya berdua saja. Chen juga Baekhyun hanya merusuh sesekali juga, itu juga akhirnya mereka berhenti karena tak ingin menganggu Chanyeol dan Songhee.
"Tak kusangka.. Aku merindukan keributan mereka, bahkan rasa rinduku men- dorong aku berbuat sampai sejauh ini" Ujar D.O bicara pada handphonenya.
"Kyungsoo-a~~" Seru sebuah suara dari kejauhan.
D.O menegaskan pandangannya, ia melihat Suho disana "Suho hyung"
Suho menghampiri D.O "Sedang apa kau disini?"
"Aku ingin ke rumah Baekhyun, hyung sedang jalan-jalan?" Tanya D.O balik
"Aniya.. Habis menemui teman lama, Minseok hyung" Jawab Suho. "Sepertinya Baekhyun juga sedang butuh teman hahah" Canda Suho. D.O tersenyum "Ah.. dari mana hyung tau?"
Suho menepuk pundak D.O "Aissh jangan bercanda D.O-a, aku duluan"
Mata D.O semakin membulat, ia tak mengerti sedikitpun maksud ucapan Suho.

☆*:.. o)o ..:*☆
Chanyeol membuka pintu rumahnya, ia datang bersama Songhee ke tempat itu. Tempat yang ia datangi hanya sesekali saja, tempat yang sesungguhnya ingin ia lupakan jika ia bisa. "Masuklah Songhee, maaf berdebu sekali"
Songhee tersenyum tenang, dimanapun, ditempat segelap dan sekotor apapun akan sama indah saat berdua Chanyeol baginya. "Wajar saja, sudah hampir sebulan semenjak liburan berakhir hehe.. Eum Kau tinggal disini sendiri?" Tanya Songhee. Chanyeol mengangguk, ia menepak-nepak sofa pada ruang tamu. Megibaskan tangan diudara setelah terkena debu hasil tepakannya pada sofa "Uhukk.."
"hihi.." Kekeh Songhee.
Chanyeol hanya melihat ke arahnya dengan pandangan manis, disertai senyum ringan. "Duduklah dulu"
Songhee duduk pada sofa tersebut. Ia menunggu Chanyeol yang pergi ke ruangan lain. Songhee melirik jam tangannya, Miyoung berjanji akan menjemputnya jam 9 nanti. "Masih 2 jam lagi" ucap Songhee pelan "Chanyeol-a" Ia sedikit keras memanggil Chanyeol karena takut Chanyeol tak mendengar.
"Ne?" Chanyeol muncul dari balik dinding.
"Bagaimana kalau kita membereskan rumah ini?" Saran Songhee.
Chanyeol menghampiri Songhee, ia duduk disamping yeoja itu setelah meletakkan 2 kaleng juice jeruk diatas meja "Untuk apa?"
"Markas" Cetus Songhee.
"Eo? Markas? Bukankah markas kita di rumah Suho hyung?" Ujar Chanyeol. Songhee menjabarkan idenya "Justru itu.. Kita selalu berkumpul disana, jadi aku mau tak mau terus bertemu dengan Suho Oppa, dia juga sering tiba-tiba bergabung sok bersahabat dengan kita, ia menganggu sekali. Lagipula rumah mu ini lebih dekat dengan rumah D.O dan Micha eonnie.. Jadi mereka juga bisa ikut main dengan kita. Baekhyun memiliki kendaraan pribadi, jadi tak masalah. Kita.. Juga bisa menginap setiap akhir pekan, sepertinya akan seru, eotte?"
Chanyeol menimbang-nimbang saran yang diberikan oleh Songhee, sepertinya ada bagusnya juga, sebenarnya ia juga sering cemburu kalau Songhee selalu diantar pulang oleh Suho. Kalau mereka berkumpul dirumah Chanyeol, maka Songhee akan pulang bersama eonnienya Miyoung selesai dari perkebunan bunga. "Ide bagus, tapi aku tidak persiapan apa-apa untuk membersihkan rumah ini"
"Aissh Supermarket tinggal menyebrang jalan begitu hehe.. Kita tinggal membeli beberapa keperluan, lalu melakukannya bersama ^^, besok pulang dari academy kita beri kejutan pada anak-anak lain"
Reflek, Chanyeol meletakkan tangannya dikepala Songhee, lalu mengelusnya pelan "Kau penuh ide sekali" Chanyeol merasa canggung saat mata Songhee mengarah pada tangannya "Mian". Songhee menjawab sikap malu-malu Chanyeol itu dengan senyum.

☆*:.. o)o ..:*☆

07.10 PM
           
Baekhyun membuka pintu kamarnya. D.O sudah berdiri disana. Baekhyun bergegas keluar dari kamarnya, ia mengecek sampai ke arah tangga, memastikan tak ada orang lain yang datang. Ia kembali lagi kehadapan D.O. Sekali lagi ia melakukan hal aneh, ia mengucak matanya, menatap D.O dengan seksama. "Kau sedang apa =_=" Tanya D.O heran seperti anak hilang didepan kamar Baekhyun tersebut. Tatapan wahhhhh..~ seperti mendapat kado, Baekhyun lancarkan ke arah D.O "Do Kyungsoo? D.O? Monggiee?"
SREKK..Tanpa berkata apapun, D.O menarik Baekhyun, tangannya mengambil posisi membelit leher Baekhyun. Ia menekankan kekuatan pada lengannya tersebut, lalu memberi 'hadiah' untuk Baekhyun.
"Aaa~ " Rintih Baekhyun kesakitan. D.O melepaskan tangannya dari leher Baekhyun. Tatapan mong khas D.O terus menghujami Baekhyun.
"Aku minta lagi.. Yang tadi" Ujar Baekhyun jahil.
BLEPAKK..
"Ahhh" Baekhyun terlutut didepan pintu kamar, karena D.O menedang kakinya. Lagi-lagi tanpa kata-kata dan tanpa persetujuan DO memasuki kamar Baekhyun setelah melangkahi Baekhyun yang masih kesakitan didepan pintu kamarnya.

***
"Setan apa yang membawa mu kesini?" Tanya Baekhyun santai, ia memakan sendiri snack yang dibawakan oleh pelayannya untuk D.O. D.O menunjukkan handphonenya ke depan mata Baekhyun.
"Omooo"
D.O heran mengapa Baekhyun mendadak seperti fangirl yang melihat foto idolanya "Wae?"

"Oppa tampan sekali" Baekhyun menunjuk-nunjuk wallpaper handphone D.O yang memajang (?) fotonya sendiri.
"Ya!" BLEPAKKK.. D.O mengetuk kepala Baekhyun dengan handphone milik
nya. "Bukan itu =_="
D.O da Baekhyun terdiam sesaat, wajah D.O perlahan menunjukkan keseriusan. Sedangkan Baekhyun santai-santai saja. "Kau akan membiarkan hal ini berlanjut?" Ujar D.O membuka pembicaraan.
"Apa?"
"Aku sudah mengatakan penyebabnya pada mu beberapa hari yang lalu. Mereka semua salah paham mengenai hubungan mu dengan Inkyung."
"Lalu kenapa.. Biarkan saja, itu tak merubah apapun" Jawab Baekhyun tenang. Tatapan D.O menajam melihat Baekhyun yang terlalu santai "Tak merubah apapun? Mereka semua menjadi canggung setiap kali pembicaraan mulai membawa Inkyung. Mereka menjadi hati-hati saat bicara padamu, kita sudah berteman lebih dari 2 tahun, dan kau ingin menyimpan hal seserius ini selamanya dari mereka?"
Tapi Baekhyun tetap saja menjawab dengan jawaban enteng "Aku tak ingin mereka mengcemaskan ku, itu saja"
"Ia akan lebih cemas saat ia tak tau apapun" D.O berdiri, ia berjalan pelan menuju jendela kamar Baekhyun. DEG.. Mendadak ucapan D.O barusan menusuk bagi Baekhyun, Baekhyun terdiam oleh ucapan tersebut.
"Aku mengerti.. Kau juga tak berniat mengacaukan semua ini. Ini juga berat bagimu, tapi kau tak bisa selamanya bersembunyi, tak akan ada yang datang jika kau hanya diam saja. Aku sekalipun.. meski aku sadar tak memiliki harapan lagi, aku terus mengusahakan apa yang bisa kulakukan." D.O bersandar pada sisi jendela tersebut.
"Aku bukan tipe perencana yang baik.. Sejak dulu aku selalu membiarkan segala sesuatu disekitar ku berjalan sesuka mereka" Jawab Baekhyun lagi, pelan pelan wajahnya mulai terbawa serius oleh situasi yang D.O ciptakan.
"Kau benar.. Kau selalu membiarkan dirimu tenggelam dalam penyesalan. Kau lebih suka menyesali sesuatu yang telah hilang dibanding mempertahankannya sebelum hal itu direbut oleh orang lain, ternyata kau masih seorang yang sama yang kutemui 2 tahun lalu, kau masih ..... " D.O mendekat kearah Baekhyun, ia duduk di sofa pada samping tempat tidur Baekhyun "Seorang Pengecut".




☆*:.. o)o ..:*☆

07.30 PM
Chanyeol dan Songhee selesai membeli beberapa keperluan seperti cairan pembersih juga yang lainnya, mereka mulai membersihkan rumah tersebut. Songhee memegang kemoceng, ia membersihkan debu-debu yang jelas banyak terlihat pada permukaan laci, kursi, meja, juga furniture lainnya. Chanyeol sendiri sejak tadi membersihkan bagian-bagian yang tinggi, banyak sarang laba-laba yang dibagian atas dinding, tak jarang ia menggunakan kursi "Na..na~ na~" Senandungnya gembira meski ia lelah membersihkan rumah.
Trakk.. Kemoceng Songhee tak sengaja menyenggol figura berisi foto keluarga Chanyeol, untung saja figura tersebut tidak pecah, Songhee memungut figura tersebut. Keluarga Chanyeol terlihat bahagia didalam foto sana. Songhee melirik ke arah Chanyeol yang masih riang gembira membersihkan rumahnya. Ia sebenarnya sedikit penasaran dengan hubungan Chanyeol dan Sungchan, mereka kakak beradik, tapi setiap kali bertemu tak saling bertegur sapa, sikap Chanyeol justru terkesan dingin.
"Songhee-a sudah selesai?" Tanya Chanyeol membuyarkan lamunan Songhee.
Songhee duduk kembali di sofa, tangannya masih memegang foto keluarga Chanyeol. Chanyeol penasaran mengapa Songhee tiba-tiba diam, ia pun menghampirinya.
"Chanyeol-a"
"Eum?"
"Igo.." Songhee menyodorkan foto tersebut pada Chanyeol "Apa kau keberatan, jika aku bertanya tentang ini?"
Senyum Chanyeol sedikit parau, ia menduduki bagian pojok sofa dimana Songhee duduk, helaan nafasnya memberat "Apa yang ingin kau tanyakan?"
Songhee bicara dengan nada pelan, ia berhati-hati karena tak ingin menyakiti Chanyeol "Apa kau membenci Sungchan eonnie? Apa yang terjadi pada kalian?"
Chanyeol menengadahkan kepalanya ke atas, mencoba mencari sedikit udara karena dadanya mulai sesak "Ne, dia adalah orang yang paling ku benci di dunia ini." Chanyeol menghentikan ucapannya sesaat, lalu melanjutkannya lagi "Ia mengingkari janji nya padaku, ia.. berjanji akan selalu berada disisiku selamanya, tapi kenyataannya ia pergi meninggalkan ku bersama pria berengsek yang dulu ku sebut sebagai appa"
Songhee mengigit bibirnya, ia tidak berbicara sama sekali, hanya mendengarkan Chanyeol bercerita. Tangan Songhee menggapai tangan Chanyeol, lalu menggenggam tangan itu. Dingin.. tangan Chanyeol begitu dingin.
"6 tahun lalu kedua orang tua ku memang sudah sering bertengkar, semenjak Ibu ku sakit dan sudah tak bisa bekerja lagi. Appa tak pernah memperdulikan eomma yang sedang sakit, ia sibuk bekerja dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Aku dan Sungchan noona berjanji.. jika memang mereka akan bercerai.. setidaknya kami harus terus bersama. Satu tahun kemudian saat kedua orang tua kami sungguh-sungguh bercerai.." Chanyeol menggepalkan tangannya kesal "Ia memilih untuk ikut bersama Appa, Ia tak ingin hidup susah bersama diri ku dan eomma.. Selama ini aku selalu menggangtungkan hidup ku pada noona, ia tau aku sangat membutuhkannya, tapi ia memilih untuk hidup jauh dariku.. ia..sangat keterlaluan."
Songhee menepuk bahu Chanyeol "Lalu dimana eomma mu sekarang?"
Chanyeol menundukkan kepalanya, perlahan air matanya menetes "Hanya berselang 1 tahun setelah perceraian itu, eomma ku meninggal, sejak saat itu aku.. hiks" Chanyeol tidak meneruskan kata-katanya, kesedihan yang ia masih rasakan sampai saat ini begitu dalam dan sulit untuk pergi. Songhee merangkul Chanyeol, ia merasa bersalah karena untuk menjawab pertanyaannya, ia secara tak langsung telah membuka luka lama yang mungkin tak ingin lagi Chanyeol ingat "Mian.. mianhae.. hiks Chanyeol-a"
Chanyeol mengangkat kepalanya, ia berusaha untuk tersenyum setelah melihat Songhee ikut menangis. Ditariknya Songhee kedalam pelukannya "Aniya.. Kau tidak bersalah, kau tak perku meminta maaf, aku memang ingin kau mengetahuinya"

☆*:.. o)o ..:*☆
08.00 PM

Chen dan Suho pergi ke perkebunan bunga untuk mencari Tao. Anak itu belum pulang sejak pergi pagi tadi. Tao juga tidak pamit. Chen dan Suho turun dari mobil yang dikendarai oleh Suho.
"Hyung, aku mau main-main di perkebunan bunga saja sambil menenunggu hyung... hyung masuk ke dalam sendiri ya" Pamit Chen.
"Eo" Jawab Suho. Suho memasuki toko bunga. Pegawai toko bunga menyapa Suho, juga menawarkan bunga padanya. "Aku datang bukan untuk membeli bunga, apa Miyoung noona atau Kris hyung ada?"
"Nyonya Miyoung ada di ruangannya, Kris sepertinya masih diperkebunan" Jawab pegawai tersebut
"Ah.. Kamsahamnida"
Suho melangkahkan kakinya menuju ruangan Miyoung. Ia membuka pintu. Ruangan itu sepi "Annyeonghaseyo" Sapa Suho, tapi tak seorangpun menjawab. Suho tetap masuk ke dalam. "Ah.. ia tertidur rupanya, lalu bagaimana aku menanyakan Tao dimana" Ujar Suho setelah melihat Miyoung ternyata tertidur di sofa.





Suho membiarkan Miyoung tertidur. Ia melangkah pergi. 2 menit kemudian ia masuk kembali ke dalam ruangan tersebut. Suho mengambil jacket milik Miyoung yang digantungkan di kursi kerjanya. Ia menyelimuti Miyoung dengan jacket tersebut. "Kau terlihat lebih baik saat tertidur.. saat bangun kau seperti nenek sihir, hahah.. Jaljayo" Ujarnya, lalu pergi.
***
"Ayo masuk, disini dingin" Ajak Kris pada Minhyo, Kris menuip-niup telapak tangannya.
"Kau saja masuk sana.. aku suka melihat pemandangan disini" Jawab Minhyo "Eo.. gigi kuda.. yeoja yang tadi pagi kesini itu yeojachingu mu ya? ia pasti depresi karena frustasi memiliki namjachingu seperti mu" celetuk Minhyo asal.
"Mungkin.. frustasi karena namjachingu nya terlalu tampan" Jawab Kris.
"Apanya yang tampan, gigi mu saja seperti kuda"
"Hidung mu seperti patrick"
"Ya! patrick tak punya hidung"
"Maksud ku kau kau begitu hahah"
Minhyo merajuk karena Kris terus membahasa masalah hidung "Ah, aku tidak mau main dengan mu lagi.."
Kris merangkul pundak Minhyo "Kau mau main dengan siapa lagi? Jongdae tidak mau main dengan mu hahah"
"Jangan bahas dia lagi.. Aku sudah menyerah"
"Kemarin kau bilang akan mengejarnya lagi, hari ini kau bilang menyerah =_="
"Kalau begitu aku kan mengejarnya lagi"
"Kalau begitu semangat"
"Aku menyerah saja"
"Main sendiri sana, bisa gila main dengan mu" Seru Kris mendorong Minhyo.
"Jadi tinggal Tao saja yang mau main dengan ku.. kejam sekali" Minhyo menatap lagit malam yang luas "Tuhan.. ampuni dosa mahluk-mahluk ini" doa Minhyo. "Mereka pasti menyesal kalau aku sudah pergi ke jepang nanti, mereka pasti menangis Tuhan"
"Jangan bahas masalah itu, aku jadi sedih.. Kita kan sedang main, kenapa kau jadi serius" Selak Kris.
"Aku berdoa pura-pura kok o_O" Minhyo mendekatkan diri kepada Kris"Ahaha Kau sedih sungguhan ya, omooo omoooo.. kuda bisa sedih juga"
           
Diam-diam sejak tadi Chen menguping pembicaraan Kris dan Minhyo "Minhyo noona.. akan pergi ke Jepang? Kapan? Apa mungkin karena hal itu dia berhenti mengejar-ngejar ku? Mengapa ini terdengar menyedihkan bagiku.. bagaimanapun juga.. Minhyo noona kan satu-satunya yeoja yang menyukai ku hingga detik ini" Pikir Chen

***
Suho kini juga kehilangan Chen, ia melihat-lihat perkebunan tapi tetap tidak menemukan Chen. Ia keluar dari kawasan perkebunan, menuju tempat mobil diparkir, tetap tak ada orang juga disana. Ia justru melihat seorang yeoja berjalan sendiri menuju kearahnya "Xi Yi Jie!" Suho berlari ke arahnya. Micha tak mengucapkan apapun, ia memasukkan kedua tangan ke saku jaket, pandangannya terlihat kosong.
"Kau kenapa?"
Micha menghindari Suho melihat wajahnya, ia terus menunduk atau membuang muka ke arah lain. Suho justru semakin penasaran dengan sikap Micha yang seperti itu. Karena tak jua mendapat jawaban, Suho berbicara langsung pada tujuannya "Ada hal penting yang ingin ku tanyakan pada mu. Kau dan Lay.. kalian bukan sepasang kekasih sungguhan bukan?" Selama apapun Suho menunggu, Micha tidak menjawabnya "Ya! Aku tidak sedang bermain-main. Lay adalah teman baikku, aku sangat bersyukur kalau kau memang yeojachingunya. Tapi aku.. melihat dengan mata kepala ku sendiri ia dan Inkyung sering bersama, kalau memang ia berselingkuh dibelakang mu.. aku akan bantu dengan bicara padanya. Masalah yang lebih besar adalah, jika kau selama ini telah menipu ku.. menutupi kenyataan bahwa Lay dan Inkyung adalah sepasang kekasih, dengan berpura-pura menjadi kekasihnya.. "





Nada suara Suho mulai meninggi "Kau harus tau, Inkyung sudah bertunangan dengan anak keluarga Byun! Aku tidak mengerti Lay mengetahuinya atau tidak karena kebohongan yang selama ini kau buat dengannya telah menutup pandangan ku!!!"
"Hiks..hiks.. hh.." Micha menutup telinganya, wajahnya yang tertunduk diwarnai dengan isak tangis yang mulai terdengar.
"Yi Jie.. Mian" Ujar Suho, ia menyadari cara bicaranya barusan terlalu keras. "Kenapa kau menangis.. aa. eung.?" Tanya suho bingung "Atau memang sejak tadi kau menangis" Gumam Suho. "Yi Jie-a Minahae.. kumohon jawablah pertanyaan ku, kalau kau menagis begini aku jadi merasa bersalah"
Micha mengangkat wajahnya, matanya sayu juga terlihat bengkak "Bantu aku.. hiks.. Mengatakan semua ini pada Lay hiks. Aku dan Lay tidak mengetahui apapun tentang Inkyung sebelumnya hiks.. Aku tidak tau bahwa diriku justru membuatnya dibodohi semakin lama oleh Inkyung.. hiks Suho-a Lay sunguh-sungguh mencintai Inkyung, Aku.. tidak tau bagaimana harus menyampaikan semua ini padanya hikss.. eung.. hh.. eotthokhe.."
Suho kasihan melihat Micha, yeoja itu sepertinya juga tertekan karena masalah ini. Micha dan Lay sama-sama tidak mengetahui permainan ini, mereka hanya saling melindungi sesama sahabat tanpa tau mereka saling menyakiti disaat yang bersamaan. Suho menyentuhkan tangannya pada pundak Micha, perlahan ia merangkul yeoja itu "Sudahlah.. Kau tidak perlu memikirkan hal ini terlalu dalam, Maafkan aku karena tadi terlalu keras, aku hanya ingin meluruskan akar permasalahan. Tentang Lay.. Ini bukan kesalahan mu sendiri, Inkyung memang mempermainkan kalian.. kau tidak perlu merasa terlalu bersalah"
***
Inkyung baru saja kembali setelah mengantar Lay ke halte bus. Ia tersenyum licik saat tak sengaja melihat Suho memeluk Micha. Ia mengeluarkan handphone lalu mengambil beberapa foto "Pemandangan bagus.. Kim JoonMyeon - Xi YiJie date, ini balasan untuk yeoja sok tau yang selalu ikut campur urusan orang lain"

☆*:.. o)o ..:*☆

Tidak ada komentar:

Posting Komentar